55 - First Fight

7.6K 1K 40
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

"Lihatin apa sih, Shen?" Pandangan Mera menyapu sekitar, mencari-cari objek apa yang lebih menarik perhatian sahabatnya daripada semangkuk mie ayam lezat dengan asap masih mengepul itu.

Shena cepat-cepat mengalihkan pandangan dari sudut kantin, lalu menyendokkan mie ayam panas itu ke dalam mulutnya begitu saja. "Aw, aw, aw. Panas banget gila." 

Sendok dan garpunya refleks terlepas dari tangan hingga menimbulkan dentingan. Shena mengeluh kesakitan, lidahnya terasa terbakar. Mera segera mendekatkan sekotak tisu dan es teh di hadapannya.

"Tuh kan nggak fokus. Bukannya makan malah lihatin sana-sini," omelnya kemudian. "Emang ada yang lebih menarik daripada mie ayam dengan toping penuh ini?" 

Shena mengipas-ngipasi lidahnya dengan tangan. Ingin balas menggerutu tapi keadaan tidak memungkinkan. "Lo mending diem deh," ucap Shena dengan artikulasi belepotan.

Belum selesai masalah dengan lidahnya, Shena dibuat panik dengan Arga yang bangkit dari kursi dan nampak menuju ke tempatnya. Cowok itu tersenyum santai, sama sekali tidak menangkap kode dari Shena yang melotot sampai matanya nyaris keluar. 

Shena belum memberi tau Mera tentang hubungannya dengan Arga. Sudah Shena bilang kan, dia belum siap diejek habis-habisan sama Mera.

"Hai."

Tamatlah sudah. Sekarang Shena hanya bisa menunduk dalam dalam. Memijat pelipisnya yang mendadak terasa nyut-nyutan.

"Eh, Kak Arga, cari Shena ya?" tanya Mera ramah seperti biasa.

"Iya nih. Kasian dia dari tadi ngelihatin ke tempat gue mulu, jauh. Jadi mending sekalian gue samperin, biar deket. Iya kan, Sayang?" Sekarang kepala Shena bukan Cuma nyut-nyutan, tapi mau pecah! Kenapa juga Arga memanggilnya dengan sebutan demikian tanpa persetujuaannya terlebih dulu.

"Sa ... yang?" Mera terlihat bingung. Dia menatap Shena menuntut penjelasan. Shena tak melakukan kejahatan, tapi anehnya dia tetap ketakutan. Padahal ini tidak seperti Mera akan mengulitinya saat ini juga. Tapi tetap saja, Shena belum siap!

Arga mengerjap. Menolehkan kepala ke kanan dan ke kiri beberapa kali. Bingung saat dua perempuan di hadapannya hanya saling bertukar pandang, seperti tengah berbicara lewat tatapan mata.

Mera dengan tatapan siap menghunus, dan Shena yang sudah pasrah di tempatnya.

"Gue kayaknya harus balik ke kelas dulu deh, baru inget belom ngerjain tugas." Mera bangkit dari kursinya, berujar dengan senyum dipaksakan. "Duluan ya Kak." 

Arga hanya mengangguk. "Oke."

Sebelum benar-benar hilang dari pandangan, Mera sempat berbalik badan sekali lagi. Matanya menyipit ke arah Shena tajam, seakan sedang  meneriakinya keras-keras. Lo hutang penjelasan sama gue!!!

***

"Kak Argaaa!" Suara Shena teredam karena kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi wajah. Kakinya menghentak-hentak di bawah meja menahan kesal.

Arga yang sudah duduk di hadapannya memasang raut bingung. "Kenapa lagi sih?"

Tangan Shena sudah turun dari wajah. Sekarang cewek itu gantian mendesah lelah. 

"Kamu juga tadi ngapain tatap-tatapan sama Mera sampai kayak gitu? Serem tau nggak," ujarnya sambil bergidik ngeri.

Gigi Shena bergemeletuk. Mengapa pacarnya yang satu ini amat sangat tidak peka saat benar-benar dibutuhkan?!

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang