72 - Tears

4.9K 689 22
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

    Dengan gerakan lemah Shena mendorong pintu kaca yang memisahkan area kantin dan lorong kamar rawat inap. Satu tangannya membawa kantong plastic berisi bubur ayam hangat yang baru ia beli. Shena hanya membeli satu porsi untuk Arga sarapan. Dia sendiri masih kenyang karena nasi goreng yang dibelikan Arga menjelang subuh tadi. Mereka bergantian membelikan makanan untuk satu sama lain. 

Sembari berjalan menuju kamar rawat inap mamanya, Shena memperhatikan beberapa petugas dengan troli berisi tumpukan makanan untuk pasien. Dengan wajah cerah mereka mengetuk pintu dan  masuk dari satu ruangan ke ruangan lain. 

Berbicara tentang wajah Shena baru sadar kalau wajahnya pasti tampak kacau sekarang. Efek akibat dia tidak bisa tidur semalaman. Dalam hati Shena berharap semoga saja Arga belum bangun. Tadi Arga masih tertidur di sofa saat dia beranjak ke kantin. Cowok itu tidak boleh melihat penampilannya yang kacau balau. Meskipun sebelumnya Arga sudah pernah melihat penampilannya yang buruk, Shena merasa penampilannya kali ini lebih parah dari apapun. 

Shena berniat membersihkan diri terlebih dahulu sebelum Arga sempat melihatnya.

Tapi baru saja Shena membuka pintu kamar rawat inap mamanya, dia langsung disambut oleh dua pasang mata yang terarah padanya. 

Mamanya sudah sadar. Tatapannya masih tampak lesu saat melihat Shena. Di hadapan wanita itu nampak senampan sarapan yang sepertinya baru disentuh. 

"Mama udah sadar? Mama semalem pulas banget tidurnya. Pasti karena kecapekan ya, ditambah efek obatnya juga," ujar Shena sembari berjalan mendekat ke arah tepi ranjang yang kosong.

"Kamu abis dari mana?" tanya Arga menjeda sejenak kegiatan mengupas apelnya. Ternyata harapan Shena tadi tak terkabul. Arga sudah bangun dari tidurnya dan juga sudah melihat penampilannya yang kacau ini. Sekarang tidak ada pilihan lain bagi Shena selain bodo amat.

"Kantin," jawabnya singkat. "Nih, bubur ayam buat Kak Arga sarapan." Selanjutnya dia mengulurkan sekantong plastic di genggamannya kepada Arga.

"Kok cuma satu? Kamu udah sarapan di kantin atau gimana?" Arga menerimanya dengan heran.

"Aku nggak laper." 

"Kamu nggak sarapan?"

"Masih kenyang makan nasi goreng tadi."

"It was four hours ago. Lagian yang tadi itungannya late dinner. Ini buburnya kamu aja yang makan buat sarapan, nanti aku beli lagi."

"Udah dibilangin aku belum laper." Shena bersikeras. "Lagian kan itu aku niatnya beli buat Kak Arga masa ujung-ujungnya aku yang makan? Nanti aku beli sendiri aja kalo udah laper."

"Nggak, buat kamu aja."

"Buat Kak Arga aja."

"Buat kamu aja Shena."

"Udah dibilang buat Kak Arga aja, nanti aku beli sendiri."

"Nantinya kapan? Pasti ujung-ujungnya nggak sarapan."

Keduanya malah keterusan berdebat tentang siapa yang akan memakan bubur ayam itu. Arga sampai melupakan apel di tangannya yang belum sepenuhnya terkupas. Yang lebih parah dua manusia itu melupakan keberadaan manusia lain di tengah-tengah mereka. Mama Shena yang dalam posisi setengah duduk menatap keduanya bergantian dengan dahi berkerut. 

"Ya nanti kalo—"

"Kalo apa?" potong Arga dengan nada menantang.

"Are you guys officially dating or what?" Belum sempat perdebatan itu berlanjut, Sania segera menyela dengan satu pertanyaan yang terlintas di kepalanya.

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang