43 - Is It Normal ?

7.3K 1K 56
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

"Tadi gue ketemu Bu Nisa, katanya nilai lo udah mendingan," kata Arga saat dia dan Shena berjalan menuju parkiran.

Hari ini Arga mengajaknya pulang bersama. Sekalian katanya. Mumpung hari ini dia senggang jadi Arga bisa menemani Shena belajar di rumah cewek itu.

Mata Shena yang sedari tadi gelisah mengawasi sekitar beralih menatap Arga di sampingnya. Untuk sesaat Shena terpana, bahkan side profile cowok itu terlihat sempurna. Rahang yang tegas, hidung yang mancung, dan alis tebal yang menukik tajam, semua itu benar-benar perpaduan yang menakjubkan.

Sadar Shena memperhatikannya, Arga balas menoleh. Secepat kilat Shena menoleh ke arah lain saat pandangan mereka bertemu.

"Kok lo kayak gak seneng gitu?" tanya Arga heran.

"Se-seneng kok!" jawab Shena terbata, panik karena ketahuan memperhatikan Arga. Padahal yang bersangkutan tak berpikir macam-macam. 

Arga mengerucutkan bibir. Merasa aneh dengan sikap Shena yang lebih banyak diamnya. 

Tapi Arga tak mau ambil pusing. Karena ini Shena, dia memang absurd dan gak bisa ditebak. "Gue ngasih tau lo biar makin semangat belajarnya. Jangan gampang puas dulu oke?" kata Arga kemudian.

Shena mengangguk kaku. Tubuhnya langsung membeku saat Arga menepuk puncak kepalanya pelan. "Good girl," katanya.

Seharusnya Shena sudah ngamuk di tempat karena Arga sembarangan menyentuhnya. Tapi tubuhnya justru bereaksi lain, kakinya terasa lemas akibat perlakuan Arga dan dua kata yang keluar dari bibirnya tadi.

Arga memasukkan ponsel yang sedari tadi ia genggam ke dalam saku celana. Setelahnya dia langsung membukakan pintu mobil untuk Shena. "Nanti mampir ke apart Alta bentar ya, nyari flashdisk buat tugas. Ngrepotin banget emang tuh bocah," ujar Arga.

Shena tak terlalu fokus dengan ucapan Arga. Dia justru bergeming akibat apa yang dilakukan Arga barusan. Mengapa cowok itu membukakan pintu untuknya? Padahal kan dia punya tangan dan bisa membukanya sendiri.

"Shena," panggil Arga menyadarkan cewek itu.

"Hah?"

"Kenapa diem? Buruan masuk."

"Oh, iya iya," responnya seperti orang ling lung.

Arga mengernyit heran melihat hal itu. Dia jadi khawatir. Apakah Shena lagi ada masalah yang mengganggu pikirannya? Cewek itu terlihat tidak baik-baik saja.

Setelah duduk di balik kemudi, Arga mengambil sebotol air minum di kursi belakang dan menyerahkannya pada Shena. Bukan hanya itu, Arga bahkan sekalian membukakan tutup botolnya. Hal kecil tapi bikin ketar ketir.

"Minum ini dulu deh Shen, lo gue lihat-lihat kayak kurang fokus gitu. Kecapekan ya?" tanya Arga. Kalau Shena tak salah mengartikan ada sebersit kekhawatiran di matanya.

"Enggak kok," respon Shena singkat kemudian menerima botol minum yang diulurkan Arga.

"Seriusan? If you have a problem just tell me okay? I am all ears."

Shena berasa akan menyemburkan minumannya. Ngapain pakai ngomong bahasa Inggris sih? Bikin tambah gila aja! 

Lagi, Shena Cuma bisa mengangguk sebagai jawaban. Ada terlalu banyak hal di pikirannya sekarang. Mulai dari perlakuan Arga dan semua kalimat yang dilontarkan cowok itu.

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang