8 -Kuesioner Katanya

25K 2.9K 70
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

****

Menghapus tinta yang pernah kau lukis di kanvas hatiku
Merobek semua bayangan yang tampak di relung sukmaku
Ego telah menghasutku 'tuk kembali padamu
Namun logika berkata baiknya ku menjauh

    "Woy! Itu yang depan bisa diem nggak?" teriak Arga dari pojok kelas merasa terganggu.

    Seorang cewek yang duduk di deretan depan menoleh, menatap Arga tajam. "Apaan sih, Ga? Enak nih lagunya!"

    "Lagunya sih enak, pas lo ikut-ikutan nyanyi jadi nggak enak!" cetus Arga kejam.

    "Jahat lo, Ga!" balas cewek itu. Matanya berkaca-kaca, bibirnya berkedut menahan tangis. Selanjutnya cewek itu berlari keluar kelas dengan air mata yang mulai jatuh membasahi pipinya.

Arga mengerjap bingung. "Lah? Gitu doang nangis?"

    "Cewek lagi galau lo kata-katain, ya jelas nangis, Ga," sahut Bian yang duduk di sebelah Arga. 

    "Galau gimana? Orang dia dari tadi nyanyi-nyanyi nggak jelas gitu."

    "Lo nggak denger lagunya lagu orang baru putus semua?" tanya Bian dengan alis terangkat tinggi. 

    Arga termenung untuk beberapa saat. Setelah diingat-ingat memang benar juga. 

"Ganteng doang kagak peka buat apa?" Clovis yang dari tadi tak banyak bicara tiba-tiba nyaut. 

"Nyaut aja lo." Arga mencibir.

    Hari ini kelas 12 IPA 2 jamkos. Lebih tepatnya, hampir semua kelas memang sedang jamkos. Guru-guru sedang rapat di kantor, sementara anak muridnya diminta mengerjakan tugas agar tidak ribut. 

    Tugas Arga sudah selesai dari tadi, nggak tau benar apa salah yang penting ngerjain. Sedangkan Bian si perfeksionis itu masih menulis jawaban dari setiap pertanyaan dengan sangat detail. Di depan bangku mereka ada Clovis yang sibuk sendiri sama handphone-nya, padahal tugasnya belum tersentuh sama sekali. Sementara di sebelah Clovis ada Alta yang sama sekali tidak bisa diharapkan. Bukannya mengerjakan tugas cowok itu malah tertidur pulas dengan lipatan tangan sebagai bantalan. 

    Arga menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, kedua tangannya ia silangkan di depan dada, menatap teman-temannya malas. Dia gabut, nggak tau mau ngapain. Ingin main basket tapi cuaca di luar sedang panas menyengat. Kalau pakai lapangan indoor harus turun dulu dari lantai tiga ke lantai satu, setelah itu masih harus berjalan jauh menuju gedung belakang, belum mulai main yang ada udah capek duluan.   

"Hujat gue dong!" pintanya random.

Untuk beberapa saat tidak ada yang peduli dengan permintaan Arga. "Brengsek lo!" Sampai Alta yang dikira tidur tiba-tiba menyahut. Cowok itu mengangkat kepala, memutar tubuh ke belakang, menatap Arga datar.

Arga menyeringai. "Ngatain gue lo?"

"Minta dihujat, kan? Gue hujat, nih," balas Alta enteng. "Sialan lo!" Seakan belum cukup, Alta kembali meneruskan ucapannya. Arga tadi hanya berniat bercanda, akan tetapi Alta justru sebaliknya. Ada keseriusan dari kilat mata cowok itu. Arga tidak mebalas lagi. Dengan irisnya yang hitam legam dia balik menatap Alta  dengan kilatan yang tak kalah tajam. 

"Lo berdua dari pada ribut mending bikinin gue caption IG, deh!" Clovis yang paham situasi segera membelokkan topik pembicaraan. Kalau tidak perang dingin itu akan berubah menjadi perang panas. 

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang