REJECT ME BY GALEXIA
Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations
***
Malam Itu Arga pulang dengan perasaan paling kacau. Selesai menghajar Alta dan memaki cowok itu habis-habisan, Arga pergi dengan beban dan amarah yang tak sedikit pun berkurang. Bahkan dia sempat mengelilingi jalanan ibu kota yang mlam itu diselimuti udara dingin, tapi hal itu tak mampu meredakan panas di kepalanya.
Segala rasa bersalah, amarah, kecewa, dan berbagai perasaan lainnya berkecamuk menjadi satu. Kejadian hari ini membuat Arga merasa tak becus menjadi seorang kakak. Sejak kecil dia selalu dididik untuk menjadi seorang kakak yang bisa menjaga adiknya. Dan saat ia tak bias melakukan satu tugas itu dengan benar, Arga merasa menjadi manusia paling gagal.
Mungkin orang lain menganggap kemarahannya ini berlebihan. Mungkin mereka berpikir Arga tidak perlu sampai sebegitunya. Tapi mereka tak pernah tau bahwa kemarahannya pada diri sendiri bukan tanpa sebab.
Karena tak beda jauh seperti Mora dan Alta, Arga juga menjadi alasan di balik keadaan Gea sekarang. Andaikan hari itu dia menjadi seorang kakak yang tak mementingkan dirinya sendiri, hidup Gea pasti lebih bahagia daripada sekarang.
Arga tersenyum getir. Sebelum menghajar Alta, dia seharusnya terlebih dulu menghajar dirinya sendiri.
***
Arga berjalan perlahan memasuki rumah setelah berhasil melewati pintu depan tanpa menimbulkan suara sedikit pun. Seluruh lampu rumahnya sudah padam. Arga hanya bisa mengandalkan cahaya bulan yang masuk melalui jendela untuk menentukan arah langkahnya agar tak menabrak apapun.
Dengan keadaan minim cahaya itu, matanya masih mampu menangkap tubuh yang terkapar di atas sofa. Arga berjalan medekat, mendapati sosok mamanya yang tengah tertidur lelap dengan selimut yang menutupi tubuh seadanya. Arga membenarkan letak selimut itu. Dalam hati berujar maaf karena telah membuat wanita itu khawatir sampai tak tidur di kamar.
Arga kembali melanjutkan langkah. Saat ia hendak membuka pintu kamar Gea, bertepatan dengan gagang pintu yang terlebih dahulu diputar dari dalam. Papanya muncul. Mereka berpandangan selama dua detik, sebelum akhirnya Arga terlebih dahulu menundukkan pandangan.
"Gea udah cerita semuanya." Arga dapat merasakan bahunya diremat pelan. "Kamu nggak salah. Itu semua bukan salah kamu Arga."
"Maafin Arga Pa. Maafin Arga nggak bisa jaga Gea."
"Kalo ada yang harus minta maaf, bukan kamu orangnya. Tapi perempuan itu. Dia yang salah bukan kamu." Perempuan yang dimaksud papanya adalah Mora.
"Tapi ini semua nggak akan terjadi kalau Arga bisa jagain Gea. Entah dulu atau sekarang, Arga nggak pernah jadi kakak yang baik." Ucapan sang Papa tak mampu membuat rasa bersalah Arga memudar.
Kali ini Arga merasakan kedua bahunya di remat lebih keras daripada sebelumnya. Dia mengangkat kepala, menemukan papanya yang tengah menatapnya dengan tatapan paling serius.
"Arga, apapun yang terjadi dulu ataupun sekarang itu bukan salah kamu. Kamu adalah kakak terbaik bagi Gea. Nggak perlu untuk mencoba menjadi kakak yang sempurna, karena tanpa mencoba pun kamu udah jadi kakak paling sempurna di dunia. Seenggaknya di dunia Gea. Dari kecil sampai sekarang kamu selalu jagain dia lebih baik daripada Mama dan Papa. Jadi stop salahin diri kamu hanya karena satu atau dua kesalahan."
"Satu atau dua kesalahan itu adalah kesalahan paling fatal yang pernah aku buat Pa," balas Arga dengan senyum tipis yang terlihat nanar.
"Tapi kesalahan itu nggak ada apa-apanya dibanding semua kebaikan dan ketulusan yang kamu kasih selama ini. Percaya sama Papa, kamu nggak salah. Kalau ada yang salah, maka orang itu adalah Mora. Salahnya karena memilih menjadi jahat. Jujur Papa juga sakit hati karena nggak bisa berbuat banyak buat anak-anak Papa. Tapi Tuhan itu ada, begitupun dengan karma."
KAMU SEDANG MEMBACA
REJECT ME
Novela JuvenilDemi kepentingan riset novelnya, Ashena Saletta rela melakukan hal gila!!! Keinginannya satu, dia ingin tau rasanya ditolak cowok. Dan, untuk mewujudkan hal itu Shena rela membuang rasa malunya dan dengan nekat menembak Arga Fidelyo Zavendra, Ketua...