REJECT ME BY GALEXIA
Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations
****
"Lah, kok?" Arga mendelik bingung saat melihat teman-temannya sudah terkapar kekenyangan dengan berbagai bungkus bekas makanan di hadapan mereka.
Clovis berdiri, berpindah tempat dari sudut ruangan ke atas brankar dengan langkah pincang. Nih anak satu emang batu, udah tau sakit bukannya anteng malah ada aja polahnya.
"Lo pada gimana sih? Tadi suruh beliin makan tapi sendirinya malah makan duluan," protes Arga kesal. Dia mengangkat kantung kresek berisi makanan yang ia beli. "Terus ini gimana? Siapa yang mau makan?"
Tak ada yang menanggapi dengan serius kekesalan Arga barusan. Clovis justru menunjuk ke arah Arga dengan dagu. "Ini nih yang di suruh beli makan malah pacaran?" sindirnya retoris.
Alta hanya melirik singkat, lalu kembali melanjutkan kegiatan membereskan sisa-sisa makanan.
Otak Arga bekerja cepat memproses maksud ucapan Clovis barusan. Arga menarik napas, roman-romannya dia udah mulai tau maksud perkataan Clovis. "Oh, Shena. Gue nggak sengaja ketemu dia tadi di depan," akunya jujur. Mau menutup-nutupi pun juga buat apa? Toh sepertinya mereka juga sudah tau.
Arga melangkahkan kakinya ke sudut ruangan, ada sofa dan meja yang disediakan untuk kerabat yang menunggu pasien. Setelah dia meletakkan makanan di atas meja, Arga duduk di sebelah Bian, mengistirahatkan kakinya yang lelah sehabis berjalan jauh.
Terserah itu nanti makanannya mau diapain. Dia sedang tidak berselera.
Bian menyikut pinggang Arga pelan. "Di tungguin sejam nggak balik-balik. Kirain lo kenapa-napa, eh ternyata pas disamperin malah enak-enakan kencan di taman," curhat Bian dengan ingatan kembali ke beberapa waktu yang lalu.
Sepeninggalan Arga Bian, Clovis serta Alta sudah sangat excited untuk mendapat asupan gizi. Sesekali mereka menggerutu karena setelah tiga puluh menit berjalan Arga belum juga kembali. Tapi mereka tetap sabar dan positif thinking, siapa tau aja restorannya rame banget dan Arga tengah bersusah payah mengantri.
Lima belas menit menuju satu jam penantian, beberapa umpatan mulai keluar dari bibir mereka. Dihubungi via telfon ataupun chat juga nggak ada balasan karena sepertinya Arga mematikan data selulernya dan mengatur handphone-nya dalam mode pesawat. Seperti yang selalu cowok itu lakukan.
Dan setelah satu jam menunggu, akhirnya hilang juga kesabaran mereka. Ini jangan-jangan Arga ngerjain mereka dan langsung pulang tanpa bilang-bilang. Tapi tak bisa dipungkuri ada bayangan buruk yang menggerayangi kepala mereka, seperti takut jikalau Arga juga ikut-ikutan kecelakaan.
Merasa tak cukup hanya dengan menunggu dan mengucap sumpah serapah nggak jelas, akhirnya Bian menarik Alta keluar untuk mencari keberadaaan cowok itu.
"Tuh anaknya." Alta berujar datar seperti biasa.
Baru beberapa langkah kaki mereka menapak keluar dari dalam gedung, rumah sakit mata elang Alta sudah menangkap figur yang sudah sangat ia hafal tengah duduk di kursi taman dengan seorang cewek di sebelahnya.
"Lah, anjas. Sama siapa tuh dia?" tanya Bian sangat penasaran.
"Shena," jawab Alta mudah padahal jarak mereka cukup jauh dan wajah cewek itu tidak kelihatan, hanya punggungnya saja.
"Serius lo?" Bian tidak yakin.
"Nggak, ngarang."
"Etdah, gimana sih lo Ta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REJECT ME
Teen FictionDemi kepentingan riset novelnya, Ashena Saletta rela melakukan hal gila!!! Keinginannya satu, dia ingin tau rasanya ditolak cowok. Dan, untuk mewujudkan hal itu Shena rela membuang rasa malunya dan dengan nekat menembak Arga Fidelyo Zavendra, Ketua...