REJECT ME BY GALEXIA
Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations
***
Selesai memastikan Shena sampai rumah dengan aman dan mengantar Gea pulang, Arga langsung tancap gas menuju apartemen Alta. Menyetir seorang diri. Meski dokternya bilang dia belum diperbolehkan menyetir.
Mamanya sempat histeris saat melihat Arga keluar dari kamar Gea layaknya orang kesetanan. Papanya mengejar meminta penjelasan apa yang sebenarnya tengah terjadi. Tapi Arga menulikan telinga. Yang ada di kepalanya sekarang adalah mendatangi Alta dan melayangkan pukulan di wajah cowok itu.
Setelah memarkirkan mobilnya asal-asalan di basement, Arga naik menggunakan lift. Menunggu angka bertambah dengan tidak sabar. Tangannya sudah teramat gatal.
Arga bahkan tak perlu repot-repot memencet bel. Dia sudah hafal kode pintu Alta yang sejak dulu tak pernah berubah. 112504. Ulang tahun Gea.
Arga mendorong pintu kasar. Menimbulkan bunyi keras akibat berbenturan dengan tembok. Kakinya berjalan menuju ruang tengah. Mendapati Bian dan Clovis yang sepertinya tengah bermain PS. Tak mendapati Alta di sana.
Bian dan Clovis terkejut melihat kemunculan Arga yang tiba-tiba. Mereka bergeming sesaat, sebelum akhirnya lanjut main seolah tak terjadi apa-apa. Fokus pada stik PS dan layar besar di hadapan mereka. Tak menyadari kilat kemarahan di mata Arga.
"Lo bilang tadi nggak bisa ikut kumpul Ga, kok sekarang malah di sini?" Bian melempar pertanyaan tanpa menoleh. Mereka emang janjian kumpul tadi siang, tapi Arga bilang nggak bisa karena sorenya ada janji sama dokter.
Clovis menoleh sekilas. "Wiihh, udah balik lagi tangan lo. Diulangin lagi Ga, siapa tau belom kapok," ujarnya disusul gelak tawa.
"Alta mana?"
"Tau dah tuh ke mana," sahut Clovis asal. Tak menangkap nada dingin pada pertanyaan Arga.
Arga berkeliling ke setiap sudut apartemen Alta. Balkon, kamar, dapur, bahkan kamar mandi, tapi tetap tak menemukan keberadaan cowok itu. Dia menggeram kesal. Menendang tempat sampah terdekat hingga isinya berserakan.
Fokus Bian teralihkan saat mendengar suara dari dapur. "Arga kenapa? Tumben juga nyariin Alta?"
"Kangen kali." Lagi-lagi Clovis berceletuk asal.
Bian melempar stik PS-nya lantas berdiri. Bertepatan dengan Arga yang baru saja keluar dari dapur. Mata Bian terbelalak melihat wajah cowok itu yang dipenuhi oleh guratan emosi.
Dia menendang kaki Clovis, mengirim sinyal peringatan.
"Monyet lu diem dulu bisa nggak?! Mau menang nih ah elah!" Tapi emang dasarnya Clovis lahir dengan sifat tidak pekaan dan nggak bisa baca keadaan, alhasil cowok itu tetap asyik dengan dunianya.
Lagi Bian menendang kaki cowok itu. Kali ini sampai dia meringis kesakitan. Clovis menengadahkan kepala siap ngamuk. Tapi alis Bian yang bergerak-gerak seolah berusaha menunjuk sesuatu itu akhirnya berhasil membuat Clovis paham.
Suara pintu terbuka. Bian dan Clovis bertukar pandang. Bicara lewat tatapan mata. Menoleh ke arah Alta yang baru masuk dengan sekresek camilan di tangannya. Bergantian menatap Arga yang sudah berjalan cepat menghampiri cowok itu.
Bug!
Semuanya terjadi dalam sekejap mata. Bunyi pertemuan kulit dan tulang itu membuat siapapun yang mendengarnya ikut merasa ngilu. Arga melayangkan pukulan tepat di wajah Alta yang kini sudah tersungkur di lantai.
"Anjing lo!"
Bian dan Clovis berlari panik. Sementara Bian membantu Alta untuk berdiri, Clovis merengkuh Arga dari depan, mendorong cowok itu untuk mundur. Napas Arga terengah. Tenaganya terkuras habis untuk memberi makan emosinya sendiri.
"Gila lo dateng-dateng langsung ngamuk!" Clovis menatap Arga marah. "Kalo aja lo lupa Alta masih temen kita ya anjing! Kalo ada masalah omongin baik-baik, jangan langsung main fisik. Gue kira otak lo lebih pinter daripada gue buat mikir ginian."
Alta mengusap sudut bibirnya yang ternyata berdarah. "Lo gapapa?" tanya Bian khawatir. Alta menggeleng singkat, pandangannya lurus menuju Arga. Mencari alasan dibalik matanya yang mengobarkan amarah.
Arga mendengus. "DIA YANG GILA!" Arga berontak maju menunjuk wajah Alta. Sekuat tenaga Clovis berusaha menahannya. "Temen? Temen mana yang ngingkarin janjinya sendiri?"
Bian berjalan mendekat. "Tenang dulu Ga tenang! Jelasin ke kita ada apa! Marah doang nggak akan nyelesaiin masalah!"
Mata Arga menyorot Bian tajam. Berpindah pada Alta dalam sekali gerakan. Cowok itu masih bergeming di tempatnya.
"Dulu pas pertama kali lo bilang ke gue kalau lo mau pacarin Gea, lo janji ke gue bakal jagain dia. Tapi mana buktinya? Lo ingkar!" Arga berujar penuh penekanan. "Setelah kalian pisah, lo janji ke gue nggak akan muncul di kehidupan dia lagi. Lo juga janji nggak bakal biarin Mora ganggu adek gue lagi. Dan nggak beda jauh sama sebelumnya, kali ini lo juga ingkar!"
Alta mengernyit bingung. Berusaha memahami setiap kata yang keluar dari mulut Arga. Baiklah. Anggap saja pernyataan pertama dan kedua yang diucapkan cowok itu memang benar. Tapi untuk yang terakhir, Alta sama sekali tak paham.
"Hari ini Mora muncul di hadapan Gea! Nggak ada rasa bersalah di wajahnya. Adek gue ketakutan, tapi dia malah senyum gak berdosa. Seolah dia gak pernah bully Gea, seolah dia nggak pernah bikin adek gue kecelakaan, seolah dia nggak pernah bikin kaki Gea cidera dan bikin dia gagal meraih mimpinya buat jadi atlet lari!"
Wajah Alta yang semula datar berubah cemas setelah mendengar penuturan Arga. "Gimana Gea sekarang? Dia gapapa?"
Dia melangkah mendekat. Tak peduli Arga bisa saja menghantam wajahnya lagi. Dia hanya ingin tau keadaan Gea sekarang. Keterdiaman Arga membuat kesabaran Alta habis dalam sekejap. Di raihnya kerah kemeja cowok itu kasar. "BILANG KE GUE GIMANA KEADAAN GEA SEKARANG!"
"APA PEDULI LO BANGSAT!" Sekali lagi Bian dan Clovis kalah cepat. Belum sempat melerai, Arga sudah terlebih dahulu mendorong Alta mundur sekuat tenaga sampai punggungnya menghantam tembok.
"Dari awal lo emang gak pernah peduli sama adek gue. Lo tuh Cuma manis di awal doang Ta! Ujung-ujungnya anjing juga!"
"Lo nggak tau apa-apa Ga!"
"GUE TAU!" Arga berteriak kesetanan. Urat-urat di sekitarnya lehernya bermunculan. Wajahnya merah karena amarah. "Gue tau lo adalah cowok yang diem aja saat Gea dibully di sekolah. Lo adalah cowok yang ninggalin adek gue di hari di mana dia kecelakaan dan dokter bilang dia nggak bisa jadi atlet lari. Dan lo adalah cowok bangsat yang tunangan sama orang yang udah hancurin hidup Gea."
Alta menjambak rambutnya sendiri. Ucapan Arga tak hanya menusuk telinganya, tapi juga hatinya.
"Lo ninggalin adek gue di fase terendah dalam hidupnya. Fase di mana dia lebih butuh lo daripada gue kakaknya sendiri. Dan lo tau apa yang bikin gue tambah marah? Fakta kalo sampe sekarang Gea nggak pernah sekalipun benci sama lo."
***
#FROMHFCREATIONS
GIMANA YEOROBUN, APAKAH PERTANYAAN KALIAN SELAMA INI SUDAH TERJAWAB? ALASAN DI BALIK KENAPA ARGA SENSI BANGET SAMA ALTA🧘🏻♀️
Terus nanti apa hubungannya konflik ini sama Shena, akan aku bahas di next chapter!
Info aja sih, aku kayaknya gak bakal terlalu detail bahas hubungan Alta-Gea, karena aku kepikiran bikin cerita mereka sendiri HSHSHSHS. Tapi ini nggak tau yaaa, aku Cuma kepikiran aja. Kalo beneran ada yang minat gak sih. Serius nanyaaa🥶☃️
DAH YA SEGITU DULU, SAMPAI JUMPA MINGGU DEPANNN🤸🏻♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
REJECT ME
Teen FictionDemi kepentingan riset novelnya, Ashena Saletta rela melakukan hal gila!!! Keinginannya satu, dia ingin tau rasanya ditolak cowok. Dan, untuk mewujudkan hal itu Shena rela membuang rasa malunya dan dengan nekat menembak Arga Fidelyo Zavendra, Ketua...