REJECT ME BY GALEXIA
Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations
***
"Udah jam delapan. Mau sampai kapan kamu di sini?" Mora yang tengah duduk manis menonton salah satu series Netflix menoleh ke arah Alta. Cowok itu berdiri di dekat kursi, kedua tangannya disembunyikan di balik saku celananya.
Bukannya menjawab pertanyaan Alta, Mora justru bergeming memperhatikan kilat mata dan raut wajah cowok itu. "Kamu bisa nggak sih jangan natap aku kayak gitu? Terlalu datar dan dingin. Aku nggak suka." Mora suka memerintah. Seolah dia pusat semesta dan dunia hanya berputar padanya.
Alta tak peduli ucapan Mora barusan, masih tetap mempertahankan wajah datar dan tatapan dinginnya. "Di dunia ini bukan Cuma tentang apa yang kamu suka dan nggak suka," ujarnya kemudian.
Terhitung sudah lima jam lebih Mora berada di apartemen Alta. Tadi siang dia datang tanpa mengabari terlebih dahulu, tau-tau sosoknya sudah ada saat Alta membuka pintu. Alta tidak pernah suka kebiasaannya yang satu ini, tapi Mora tak peduli. Jangan pernah lupa kalau Mora akan melakukan apapun yang dia mau dan tak boleh ada seorang pun yang berani melarangnya.
Tentu saja kedatangan Mora bukan pertanda bagus bagi Alta. Dia lelah setelah seharian belajar di sekolah. Dan kehadiran Mora justru menambah beban di tubuh dan pikirannya.
Oleh karenanya Alta mengurung diri di kamar. Membiarkan Mora melakukan apapun yang dia inginkan di apartemennya. Berpikir bahwa cewek itu akan bosan dan memilih pulang saat tau Alta mengabaikannya. Tapi nyatanya Mora justru betah.
Alta menghela napas jengah, ingin segera cewek itu pulang agar dia bisa merasa bebas. Tangannya menyahut cepat kunci mobil dari atas meja. "Bangun. Aku anter pulang."
Alta akan berjalan keluar, tapi melihat Mora tetap bergeming membuat dia berhenti melangkah.
Mora tertawa hambar, tak lama setelah itu dia menatap Alta sarkas. "Nganter pulang? Sejak kapan kamu peduli sama aku? Berjam-jam aku di sini kamu malah ngurung diri di kamar seolah aku nggak ada! Kalo kamu lupa aku tuh pacar kamu loh Ta, tunangan kamu! Tapi kamu nggak pernah sekalipun nganggep aku!"
Napas Mora terengah-engah. Amarahnya yang ia tahan dari tadi akhirnya meledak juga.
Mora bangkit dari duduknya, berjalan mendekat dan berhenti tepat di hadapan Alta. "Kayaknya selama ini aku terlalu baik sama kamu, makanya kamu jadi seenaknya kayak gini. Apa perlu aku deketin lagi cewek kesayangan kamu itu? Siapa namanya? Oh iya, Gea. Argea Favella Zavendra, right?"
Satu alis Mora terangkat dengan bibir tersenyum miring. "I think it will be fun, udah lama juga aku nggak seneng-seneng."
"Amora!" Alta mencengkram erat pergelangan tangan Mora. Tidak sulit untuk menemukan kelemahan Alta. Hanya dengan satu nama, Mora berhasil memancing emosi cowok itu. Jika menyangkut Gea, Alta akan siaga.
Kilatan emosi jelas terlihat di manik mata cowok itu, otot-otot wajahnya menegang, sementara giginya saling bergemelutuk. Untuk beberapa waktu pandangan mereka saling bertumbuk. Lewat matanya Alta seolah mengatakan pada Mora untuk tidak macam-macam, namun sayangnya Mora sama sekali tidak terpengaruh. Gadis itu tak mudah gentar.
"Lo lupa sama kesepakatan kita?" tanya Alta tajam. Terlampau emosi, dia bahkan tak lagi menggunakan aku-kamu.
"Kesepakatan yang mana?" Mora balas bertanya retoris. "Oh, yang itu. Yang kamu bilang bakal ngejauh dari Gea asal aku berhenti ganggu dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REJECT ME
Novela JuvenilDemi kepentingan riset novelnya, Ashena Saletta rela melakukan hal gila!!! Keinginannya satu, dia ingin tau rasanya ditolak cowok. Dan, untuk mewujudkan hal itu Shena rela membuang rasa malunya dan dengan nekat menembak Arga Fidelyo Zavendra, Ketua...