42 - Denial

7.4K 949 33
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

Siang itu koridor lantai dua SMA Star High ramai dengan murid yang berlalu lalang. Ada juga beberapa siswa yang membentuk gerombolan kecil di depan kelas, membicarakan berbagai hal dan tiba-tiba tertawa keras karena celetukan salah seorang dari mereka. Membuat keramaian di jam istirahat ini makin terasa. Tak sedikit pula yang memilih berada di dalam kelas dan menikmati makanan yang telah mereka borong dari kantin.

Di antara orang-orang yang asyik dengan urusan mereka itu, Shena dan Mera memilih berdiri di depan kelas menikmati es krim mereka. Mereka berdua berdiri berdampingan dengan arah berlawanan. Shena menghadap ke arah lapangan yang ada di bawah dengan tangan bertumpu pada pagar pembatas. Sedangkan Mera menghadap kelas dengan punggung bersandar pada pagar pembatas.

"Shen," panggil Mera membuka pembicaraan di antara mereka.

"Hmm?" Shena hanya merespon seadanya, tidak terlalu fokus dengan Mera yang tengah mengajaknya bicara.

"Lo denger gak sih anak-anak pada ngomongin dies natalis yang rumornya ngundang Enam Hari?"

"Hmm."

"Lo gak pernah tanya-tanya gitu ke Kak Arga itu bener atau rumor doang? Kan lo deket tuh sama dia, siapa tau dikasih bocoran," tanya Mera diburu rasa penasaran. "Mana official announcement dari OSIS belum keluar juga, padahal kan tinggal bentar lagi ya?"

Hal itu sudah jadi tradisi tiap dies natalis. OSIS tidak akan mengumumkan guest star yang akan mereka undang untuk memeriahkan acara sampai mendekati hari-H. Di awal mereka hanya akan melihat kira-kira public figure siapa yang tengah menjadi perbincangan hangat di antara para siswa. Dan mengungkapkannya di akhir layaknya sebuah surprise.

Walaupun dibuat penasaran, tapi justru itu bagian serunya. Dan sejauh ini mereka tidak pernah dibuat kecewa dengan hasilnya.

"Hmm." Lagi-lagi Shena hanya merespon dengan bergumam.

Mera melirik sengit ke arah Shena saat merasa ucapannya tidak direspon dengan baik oleh cewek itu.

"Lo dari tadi ham hem ham hem mulu diajak ngomong! Ini kita lagi ngomongin Enam Hari loh Shen, Enam Hari!" sewotnya tak terima.

"Hmm." Shena justru mengulanginya lagi.

Masih tak kunjung sadar, Mera menyikut lengan cewek itu cukup keras. Shena terlonjak kaget sampai es krim di tangannya jatuh ke bawah. Matanya melebar, spontan dia langsung menjulurkan kepala, menengok apakah di bawah sana ada orang atau tidak. Dan untungnya es krim tadi mendarat naas di lantai, bukan di kepala orang.

"Gila lo! Untung gak kena orang," gertak Shena kesal tapi juga lega.

Mera melipat bibir, memandang Shena dengan tatapan bersalah. "Sorryyy. Abisnya lo diajak omong gak ada responnya." Mera cengengesan, masih berani membela diri.

Shena memutar bola mata sambil menghela napas. 

Dari gelagatnya Mera menyimpulkan kalau ada sesuatu yang mengusik pikiran temannya itu. "Lo kenapa sih Shen? Tubuh lo ada di sini tapi pikiran lo kayak ada di tempat lain tau gak?" 

Shena tak menjawab. Lagi dia justru menghela napas, kali ini terdengar lebih berat. Seolah dia mencoba mengeluarkan semua beban yang mengusiknya dengan itu.

Yang ditanya pun sebenarnya juga tak tau apa yang salah dengan dirinya. Hanya saja semenjak panggilan video bersama Arga semalam, Shena dibuat tidak tenang dengan ucapan cowok itu terakhir kali.

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang