46 - No Words Just Action

6.6K 1K 73
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

"Shen, cek grup angkatan Shen! Buruan cepet cepet!" Shena yang lagi enak-enak menikmati batagornya langsung tersedak saat Mera menepuk-nepuk bahunya heboh.

"Apaan sih?!" sungut Shena kesal menahan sakit di dada.

"Cek grup angkatan buruan!" Mera masih memerintah dengan nada sama hebohnya.

Pasrah, Shena mengeluarkan ponsel dari saku dan langsung menuju aplikasi Line. Kalau gak gitu Mera akan tetap heboh dan dia gak akan bisa melanjutkan makan dengan tenang. "Gue gak masuk grup angkatan," sadarnya baru ingat.

Mera menggertakkan gigi gregetan. Segera dia menarik kursinya maju agar bisa lebih dekat dengan Shena. "Nih lihat nih, guest star buat pensi dies natalis beneran Enam Hari dong anjir. Parah-parah!" Kaki Mera jingkrak-jingkrak kesenangan di bawah meja.

"Terus ada Hindia juga, Reality Club, Nadin Amizah, sama Arash Buana! Sumpah sih gue mau nangisss!" Mera nggak bohong, saking semangatnya cewek itu emang beneran nangis, lihat saja air yang menggenang di pelupuk matanya.

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Poster untuk pensi dies natalis baru saja di posting beberapa saat lalu. Bukan Cuma di grup masing-masing angkatan, tapi juga di seluruh media sosial SMA Star High. Keadaan kantin yang semula ramai jadi makin ramai saat pengumuman resmi itu dikeluarkan. Terdengar bisik-bisik dari seluruh penjuru kantin.

"Gila acaranya pasti bakal lebih pecah dari yang tahun lalu!"

"Habis dana berapa nih panitia?"

"Kalo bintang tamunya kece parah kayak gini di suruh beli tiket mahal juga gak nyesel gue!"

"Anak OSIS bolak-balik rapat ada hasilnya juga ternyata."

"Sepuluh hari kenapa lama banget sih ya Allah gue nggak sabarrr!"

"Nggak kebayang gimana stressnya panitia nyiapin ini semua."

Shena menatap layar ponsel menyala di hadapannya dengan mata kosong. Kalimat terakhir yang masuk ke indra rungunya barusan membuatnya termenung. Dengan acara semegah ini pasti ada orang-orang di belakang layar yang repot ngurus berbagai macam hal.

Alih-alih merasa senang, pikiran Shena justru tertuju pada Arga. Dia tidak bisa membayangkan betapa repotnya cowok itu akhir-akhir ini. Ngurus sekolah, UTBK, organisasi, event, dan masih meluangkan waktu untuk membantunya belajar. Shena yang kerjaannya Cuma sekolah dan nulis aja ngeluhnya udah kayak mau diarak ke neraka. 

Mendadak Shena disergap perasaan bersalah pada cowok itu. Selama ini dia sering marah-marah ke Arga dan cowok itu masih bisa bersabar menghadapinya.

"Shen, Shena!" Mera menyikut keras lengan Shena, membuat kesadaran cewek itu langsung kembali ke dunia nyata.

"Hah?! Kenapa-kenapa?!"

"Kebiasaan deh kalo diajak ngomong suka bengong! Mikirin apaan sih?"

Buru-buru Shena menunjuk poster di ponsel Mera. "Ini, mikirin ini. I am just too stunned to speak," ujarnya berbohong.

"Serius?" Mera mengernyit, tidak yakin dengan jawaban temannya.

Shena mengangguk cepat. "Ya iya lah. Siapa coba yang gak tercengang kalo lihat ini?"

"Gue enggak. Gue malah heboh dari tadi," jawab Mera. Kepalanya menoleh ke sekeliling. "Tuh lihat anak-anak lain juga pada heboh," tambahnya kemudian.

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang