71 - Leave

5.6K 766 32
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

Arga menyetir dengan raut muka yang terlihat masih kesal. Alisnya yang melengkung tajam itu sedikit berkerut memunculkan lipatan kecil di dahinya. Ditambah bibirnya yang sedikit mengerucut ke depan. Berada dalam satu mobil dengan Alta jelas bukanlah hal yang nyaman baginya. Apalagi mengingat hubungan mereka yang belum membaik.

Sudah lima menit sejak mobil yang dikendarai Arga melaju menyusuri jalanan yang sepi. Dan selama itu pula dua manusia di dalamnya saling berdiam diri. Arga tidak berharap Alta mengajaknya bicara, karena jujur dia pun juga malas menanggapi. Tapi keheningan ini terlalu kaku dan menyesakkan. Dia butuh sesuatu hal untuk mencairkan suasana di antara mereka.

Dari sudut mata Arga melirik Alta di sebelahnya. Berbeda dengan dirinya, Alta nampak sangat tenang seperti biasa. Kepalanya bertumpu pada tangan kirinya yang ia lipat dan sandarkan pada pintu. Cowok itu sesekali menolehkan wajah ke arah jendela kaca yang sengaja ia buka. Membiarkan udara dingin menyapu wajahnya. Kedua matanya terpejam, seakan menikmati momen itu.

"Gue tadi udah makasih belom, sih?" 

"H-hah?" Arga sedikit gelagapan saat tiba-tiba Alta melontarkan pertanyaan. Matanya bergerak ke sana kemari panik.

Alta menoleh, lantas menyunggingkan senyum geli. "Muka lo nggak usah kaget gitu kali."

"Ngomong mulu direktur lo?" balas Arga ketus, kembali fokus pada jalanan di depannya.

Kali ini Alta tak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Dari dulu perlakuan Arga padanya tak pernah berubah. Orang yang paling terlihat acuh tapi selalu menjadi yang diam-diam paling peduli. "Thanks, by the way. Kalau lo nggak jemput gue kayaknya gue bakal kejebak di sana sampai besok pagi."

"Gue nggak segabut itu sampai harus bela-belain jemput lo dari rumah ke sini. Mending tidur. Bodo amat lo membusuk di sana sampe besok pagi atau bahkan selamanya." 

"Nyatanya lo nganterin gue balik sekarang," balas Alta mempermainkan kegengsian Arga.

"Kapan gue bilang mau nganterin lo balik?" tanya Arga menantang. Setelah itu dia menginjak pedal rem sehingga mobil yang dikendarainya berhenti di pinggir jalan. 

Alta menoleh ke sekeliling. Bertanya-tanya di mana mereka sekarang. 

"Udah gue bilang kan kalau gue cuma nggak sengaja lewat. Lo aja yang sotoy yang tau-tau naik ke mobil gue," jelas Arga datar sembari melepas seatbelt yang melingkari tubuhnya. 

"Orang bodoh pun kayaknya nggak bakal percaya sama omongan lo, Ga," sahut Alta bersikeras. "Lagian ngapain juga jam dua pagi lo lewat sini sementara rumah lo aja jauh dari sini?"

Tangan Arga melintang di depan wajah Alta. Menunjuk sebuah warung tenda yang berada di seberang jalan sana. "Gue mau beli itu."

Kepala Alta otomatis mengikuti arah telunjuk Arga. Dari sini dia dapat melihat sebuah warung tenda penjual nasi goreng. Yang makin membuatnya heran adalah, tempat itu masih ramai pelanggan meskipun jarum jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Kebanyakan dari mereka adalah anak muda dan bapak-bapak yang habis makan sekalian nongkrong.

"Udah percaya kan sekarang kalo gue emang nggak sengaja lewat?" Arga tak mau Alta tau kalau sebenarnya dia tak sepenuhnya salah. 

Dia punya pilihan untuk mengabaikan cowok itu saat melihatnya di pinggir jalan tadi. Dan Arga tak memilih opsi satu itu. Dia justru turun dan menghampiri Alta, bahkan membiarkan cowok itu yang dengan seenaknya masuk mobilnya.

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang