75 - Once Again

5.5K 671 31
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

     Sepulang sekolah Arga langsung masuk ke dalam kamarnya. Meletakkan tas dengan asal ke atas meja belajar setelahnya melepas satu per satu kancing seragamnya. Menyisakan kaos putih polos. 

    Arga merebahkan tubuh ke atas kasur dengan posisi terlentang. Satu tangannya melintang di atas wajah menutupi matanya yang terpejam. Meski Mamanya tadi sudah mengingatkannya untuk turun dan makan siang dulu, Arga memilih mengurung diri di kamarnya sedikit lebih lama. Moodnya sedang tidak bagus sekarang. Dia tidak berselera melakukan apapun bahkan hanya untuk sekedar makan siang.

    Ting!

Bunyi notifikasi pesan masuk dari ponselnya membuat tangan Arga tergerak merogoh saku celananya. Ternyata Shena yang mengirim pesan. Arga hanya membaca pesan itu dari bilah notifikasi, dia akan membalasnya nanti saja. 

Shena:

Kak Arga baik-baik aja kan? Tadi tumben banget di mobil diem aja nggak ngajak aku ngobrol? Aku ada salah ya?

"Nggak. Aku lagi banyak pikiran. Nggak ada kok," batin Arga menjawab satu per satu pertanyaan Shena tanpa mengetikkannya secara langsung. Sudah dibilang kan, mood-nya sedang tidak baik sekarang. Pada akhirnya Arga hanya melempar ponselnya asal ke atas kasur dan kembali melintangkan tangannya sehingga menutupi mata.

Kamarnya hening, berbanding terbalik dengan isi kepalanya yang ricuh sampai membuatnya pusing. Arga kembali teringat percakapannya dengan Bian saat di sekolah tadi. Percakapan yang menjadi alasan dia dilanda dilemma.

"Lo pikir dengan nggak ngasih tau Gea tentang kepergian Alta dia nggak bakal sakit hati? Seenggaknya kasih mereka kesempatan buat bener-bener nyelesaiin semuanya, Ga. Pikir baik-baik omongan gue." Ucapan Bian yang satu it uterus terputar di kepalanya. 

Arga benar-benar bingung apakah dia perlu memberitahu Gea tentang kepergian Alta lusa nanti. Tapi bukankah selama ini mereka sudah terbiasa terpisah jauh? Setelah kecelakaan hari itu Gea sama sekali tak berhubungan dengan Alta lagi. Dan Alta juga tak pernah berusaha menghubungi Gea. Tapi setelah Arga pikir-pikir lagi, masalah keduanya di masa lalu memang belum sempat terselesaikan. 

 Sekarang Arga jadi memikirkan ucapan Bian ada benarnya. Dengan mempertemukan Gea dan Alta, keduanya  punya kesempatan untuk menyelesaikan apa-apa yang belum sempat mereka selesaikan di masa lalu. Namun di sisi lain Arga takut hal itu justru akan membuka luka lama Gea. Arga takut kembali melakukan kesalahan yang sama, dia takut tak bisa melindungi Gea dan menjadi sosok Kakak yang buruk.

"Biarin dia tau, Ga. Penting atau enggaknya biar Gea yang nentuin sendiri. Hubungan mereka emang nggak bisa dibilang baik setelah kecelakaan hari itu. Tapi gue yakin mereka masih sama-sama ada rasa. Kata gue lo nggak usah jadi penghalang."

 Lagi dan lagi ucapan  Bian kembali menghantui kepalanya. Apakah benar selama ini dirinya hanya jadi penghalang antara Gea dan Alta. Arga merasa selama ini dia hanya melakukan tugasnya sebagai seorang kakak yang tengah melindungi adiknya. Bukankah tidak ada yang salah dengan hal itu? Tapi bagaimana jika Gea tidak merasa demikian? 

 Arga membalikkan tubuh cepat sehingga tengkurap. Kepalanya ia tenggelamkan dalam bantal dan ia menggeram keras-keras di sana, menyalurkan segenap rasa frustrasi yang teramat mengganggu itu. Berharap dengaan demikian pening di kepalanya bisa sedikit berkurang. 

Saat Arga mengangkat kepala dia teringat kembali ucapan Bian yang tadi sempat membuatnya terdiam. Rentetan kalimat yang Bian lontarkan tepat sebelum Arga memilih keluar meninggalkan kelas. 

 "Jujur gue gak niat ngasih tau hal ini ke lo sebelum Alta yang ngomong sendiri. Tapi tuh bocah bego satu kayaknya nggak ada inisiatif sama sekali. Gue kasih tau ya, Ga, terserah lo mau percaya apa enggak. Alesan kenapa Alta ninggalin Gea karena itu cuma satu-satunya cara yang bisa dia lakuin untuk ngelindungin adek lo. Dan kenapa orangnya harus Mora? Orang yang udah bully dan nyelakain Gea. Karena dengan Alta tunangan sama Mora, tuh cewek gila janji nggak akan ganggu kehidupan Gea lagi."

Arga tidak tau apakah ucapan Bian bisa dipertanggungjawabkan atau tidak. Yang jelas dia semakin bingung sekarang.

Setelah menghabiskan waktu beberapa menit untuk memikirkan semuanya baik-baik, Arga akhirnya mengambil sebuah keputusan. Dia bergegas bangun dari tempat tidurnya dan keluar kamar. Langkahnya berhenti tepat di depan pintu kamar Gea.

Benar yang dikatakan Bian. Mungkin Arga memanglah penghalang. Dan sekarang waktunya Arga untuk membiarkan Gea mengambil keputusannya sendiri. Dia akan memberitahu Gea tentang kepergian Alta lusa nanti. Sudah waktunya Gea dan Alta menyelesaikan apapun yang belum sempat mereka selesaikan di masa lalu. 

Pokoknya kalo nanti Alta sampai macam-macam lagi, Arga hanya perlu melayangkan kepalan tangan dan menghajarnya.

Tok tok tok...

"Ge, Kak Aga masuk ya?" tanya Arga setelah mengetuk pintu sebanyak tiga kali.

"Masuk aja Kak."

Setelah sang pemilik kamar mengizinkan, Arga membuka pintu dan langsung melihat Gea yang tengah merebahkan diri di atas kasur dan menatapnya heran. "Kenapa, Kak? Kangen ya sama aku, hehehe? Pacaran sama Shena mulu ya gitu, tuh. Aku-nya diduakan."

Arga hanya tertawa singkat menanggapi hal itu. Wajahnya berubah serius kemudian, hal itu membuat Gea penasaran. "Kamu malem ini sibuk nggak?"

"Kak Arga pernah emang lihat aku sibuk? Orang tiap hari kerjaan cuma di rumah gak dibolehin ke mana-mana."

"Ya udah kalo gitu nanti ikut Kak Aga ya?"

"Ke mana? Jalan-jalan? Kita udah lama gak jalan-jalan! Shena ikut kan?" seru Gea terdengar bersemangat.

"Sayangnya bukan. Kak Aga bakal ngajak kamu keluar tapi bukan buat jalan-jalan."

Kerutan di dahi Gea semakin terlihat jelas. "Lah? Terus ke mana?"

"Pokoknya nanti kamu sebelum jam tujuh siap-siap aja. Oke?"

"Bikin penasaran aja, ih," gerutu Gea dengan bibi maju beberapa centi.

"Awas aja nanti pas Kak Aga samperin kamu belom siap," ancam Arga bercanda dan setelahnya berjalan kembali menuju kamarnya sendiri.

Tangan Arga meraih ponselnya yang tadi sempat ia lempar di atas kasur. Jari jemarinya bergerak lincah di atas lancar mengetikkan rentetan pesan untuk Alta.

Arga:

Waktu itu lo bilang pengen ketemu Gea kan?

Gue ralat sekarang. Jawabannya boleh, lo boleh ketemu Gea

Gue bawa dia ke lo malam ini, selesaiin semua urusan kalian sebelum lo pergi



REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang