REJECT ME BY GALEXIA
Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations
***
Saat hendak keluar dari bangkunya, Bian tiba-tiba sudah berdiri di hadapan Arga, menghalangi langkah cowok itu. Arga mendesah tak suka. "Minggir," usirnya.
"Mampir tongkrongan yuk. Udah lama gak kumpul juga," ajaknya seakan tak menyadari gelagat Arga yang ingin segera pergi dari tempat itu.
Clovis yang nampak masih duduk di bangkunya dan menjejalkan buku asal-asalan ke dalam tas juga ikut berceletuk. "Nah, boleh tuh. Sekalian traktir gue juga." Cengiran lebar terukir di wajah tengilnya.
Jam pelajaran terakhir baru selesai beberapa menit yang lalu. Saat pelajaran masih berlangsung, Arga memang sudah berencana untuk langsung pulang. Pulang menurutnya di sini adalah menghabiskan waktu bersama Shena.
Semenjak kejadian Arga menghajar Alta beberapa waktu yang lalu, rasa semangat Arga untuk masuk kelas menjadi berkurang drastis. Alasannya tak lain dan tak bukan adalah karena Alta. Masuk kelas sama artinya dengan berada satu ruangan dengan Alta, dan Arga tak menyukai gagasan yang satu itu.
Apalagi mengingat bangku Alta yang tepat ada di depannya, membuat Arga mau tak mau harus melihat punggung cowok itu seharian. Bahkan hanya dengan melihat punggungnya saja membuat Arga merasa muak.
Akibatnya beberapa hari terakhir Arga lebih sering skip kelas dengan alasan sibuk ngurusin OSIS yang sebentar lagi mau reorganisasi. Walau sebenarnya itu bukan cuma alasan belaka karena kenyataannya memang begitu. Jadi anggap saja Arga memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Hubungan sekawan antara Arga dan Alta yang emang dasarnya lagi nggak baik-baik aja jadi makin nggak baik-baik aja alias makin parah. Semenjak kejadian malam itu Alta jadi makin banyak diam, diajak bicara pun juga jarang nyahut. Sementara Arga diri sibuk melakukan ini itu untuk menghindari interaksi dengan Alta.
Bian dan Clovis yang melihat hal itu jadi serba salah.
Awalnya mereka ingin terlebih dahulu memberikan keduanya waktu. Tapi seiring hari berganti tak ada tanda-tanda dari keduanya untuk memperbaiki hubungan. Kalau begini terus bisa-bisa mereka akan musuhan sampe sarjana.
Dan setelah diskusi secara diam-diam, Bian dan Clovis memutuskan untuk menjalankan misi perdamaian Arga dan Alta. Di mana tujuannya adalah untuk memperbaiki hubungan keduanya. Menjelaskan semua hal yang tak pernah dijelaskan. Bian dan Clovis hanya punya waktu sampai kelulusan nanti.
Mereka pikir misi ini akan berjalan mudah. Tapi belum apa-apa keduanya sudah dibikin kelabakan.
"Weh weh wehhh, mau kemana?" Clovis buru-buru menahan Alta saat cowok itu beranjak dari kursinya.
"Rahmatullah," jawab Alta asal dengan tatapan malas tak menunjukan semangat hidup.
"Mulut lo jelek dikabulin baru tau rasa," balas Clovis tak suka mendengar jawaban Alta barusan.
Alta hanya melirik kaki Clovis yang menghalangi jalannya. "Minggir dulu gue mau lewat."
Clovis berdecak. "Nggak denger tadi Bian ngajak nongkrong? Nggak stress lu sekolah mulu? Cari hiburan dulu napa?" cecarnya bertubi-tubi.
"Lo nggak lihat gue dari tadi tidur? Mau stress dari mana?" balas Alta malas.
Clovis berpikir sejenak, wajahnya nampak polos seperti anak kecil. "Iya juga ya. Lo aja dari tadi tiduran mulu, gue doang kayaknya yang stress denger Bu Nadia ceramah."
Arga menghela napas di tempatnya. Ingin pergi sekarang juga. Tak betah rasanya berlama-lama berada satu ruangan dengan Alta.
"Ah lo pada ribet, langsung gas aja lah ke tongkrongan yuk! Buruan lo Pis." ujar Bian menyuruh Clovis segera berdiri.
Cerdiknya, Alta memanfaatkan kesempatan itu untuk keluar dari bangkunya. "Gue skip."
"Gue nggak mau ikut-ikut dia tapi gue juga skip." Arga mengambil satu langkah ke samping dan melangkah melewati Bian.
"Lah?! Kok malah skip semua?!" Bian berteriak mencegah dua orang yang bergantian melewati pintu kelas. Dia buru-buru mengejar, berusaha membujuk Arga. Sementara Clovis bertugas membujuk Alta yang melangkah lebih dulu di depan.
Tapi jawaban yang didapat keduanya pun sama, tak lain dan tak bukan adalah penolakan.
"Gue mau pacaran sama Shena," tolak Arga terang-terangan menyakiti jiwa kejombloan Bian.
"Lo berisik," tolak Alta dingin di sertai tatapan mata tajam yang membuat Clovis tak bisa berkutik.
Misi perdamaian Arga dan Alta pun resmi gagal dipercobaan pertama.
***
Bian:
Ayolah Gaaa, gue pengen basket nih
Bosen banget anjir di rumah
Lo pada diajakin main sok sibuk amat
Berasa temenan sama bupati gue
Bupati aja nggak sesibuk kalian loh
Arga:
Sama Opis sana
Jangan resek lu ya
Bian:
Ah elah, tuh bocah sore-sore gini palingan molor
Arga:
Ya udah sama yang satunya lagi
Bian:
Alta mana pernah mau sih gue ajakin
Cuma lo nih satu-satunya harapan gue
Arga:
Lebay
Gue masih pacaran
Bian:
Bajingan
Lupa temen lo Ga
Kacang lupa kulit
Setelah pesan terakhir yang dikirim Bian, ada sedikit rasa bersalah dalam diri Arga. Dia menjawab demikian hanya agar Bian berhenti memintanya untuk menemani cowok itu bermain basket. Setelah dipikir-pikir Arga memang merasa dia keterlaluan. Masalahnya dengan Alta sama sekali tidak ada kaitannya dengan Clovis dan Bian, tapi pertemanan mereka jadi ikut bermasalah karena hal itu. Mereka jadi tak lagi sedekat dulu.
Alhasil pada akhirnya Arga menerima ajakan Bian dan menemani cowok itu untuk bermain basket. Jujur dia juga merindukan momen-momen indah dalam pertemanan mereka. Tapia pa boleh buat? Memang beginilah keadaannya.
Dua orang cowok memasuki pintu lapangan basket dalam ruangan dengan jersey kebesaran yang melapisi tubuh mereka. Bian bilang dia sudah menyewa lapangan ini khusus untuk beberapa jam ke depan. Katanya dia benar-benar ingin bermain basket sampai puas. Arga hanya mengiyakan tanpa banyak kata.
Sepanjang perjalanan Arga menunduk ke bawah, melihat ke arah sepatunya. Sama sekali tak menyadari kehadiran dua orang lain yang juga ada di ruangan itu. Saat baru saja meletakkan tasnya di bangku memanjang pinggir lapangan dan mengangkat kepala, Arga baru sadar kalau Clovis dan Alta juga ada di sana.
Dia menatap Clovis yang nyengir lebar.
Ganti menatap Alta yang juga menatapnya dingin bercampur sedikit keterkejutan.
Arga menghela napas. Kepalanya memutar ke arah Bian, memberikan tatapan dingin dan tajam pada cowok itu. "Lo bilang cuma berdua?" tanyanya pelan namun sarat akan amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REJECT ME
Teen FictionDemi kepentingan riset novelnya, Ashena Saletta rela melakukan hal gila!!! Keinginannya satu, dia ingin tau rasanya ditolak cowok. Dan, untuk mewujudkan hal itu Shena rela membuang rasa malunya dan dengan nekat menembak Arga Fidelyo Zavendra, Ketua...