Day 1 - Sebuah Puisi

91 9 0
                                    

Bodohkah aku?
Yang menyusun puisi
Padahal berkata saja
Tak mengurai kusutnya temali
Aku berjalan terlalu jauh
Dari titian semakin rapuh
Mungkin kau akan tertawa
Melihat monyet bertingkah jemawa

Hai, kau
Ya. Kau yang tak berbibir
Bisakah sebar kerikil?
Aku bosan dengan tanah kemarau

Sungguh puisi ini tak bermakna
Karena penulisnya sama hampa
Untuk apa berlanjut sajakku
Tak jua beralasan namun jariku tak bisa beristirahat
Aku lupa pada kehidupan
Inilah yang terjadi saat roh masuk ke tubuhmu dan kau seperti robot yang lupa tujuan hidupmu
Tunggu, masihkah ini sebuah puisi?

Rima meninggalkan tulisan
Muak pada larik yang itu itu saja
Aku juga muak
Muak pada puisi yang membuat hidup lebih indah

Mari jangan berhenti
Berpuisi sampai aku mati
Mungkin kau akan sadar bahwa berpuisi menyiakan lemari
Tapi bahkan udara yang dingin tidak bisa menghangatkanmu seperti puisi
Menyenangkan sekali berpuisi tak tentu arah
Setelah hidupmu mendikte setiap langkah yang mengalir
Saat kau yang terpaksa berjalan disebut berjuang
Hasil dan gagalmu disebut takdir

Buka mata,
Kembali ke dunia nyata dan eja dari awal
Ini. Ibu. Budi.
Ayah. Pergi. Ke pasar.

Mengalir Dalam Riak - Antologi Cerpen dan PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang