Hp Tamet rusak. Lagi. Hp bututnya itu, tidak mau menyala walau sudah diisi baterainya. Bukannya menyala, lampu indikator batrai justru hanya berkedip-kedip merah. Semua kabel daya dicoba. Kabelku, kabel Tamet, hingga kabel tetangga.
"Halah. Apes," gerutu Tamet.
Uang yang hanya pas-pasan untuk makan, akhirnya dialihkan untuk membeli papan konektor baterai -entah apa namanya-, tapi kemampuan Tamet memperbaiki HP rupanya tidak cukup baik dalam mendiagnosis penyakit di hpnya. Ya, hp itu masih tidak mau menyala.
Demi berlangsungnya kehidupan kami. Aku bersedia meminjamkan HP-ku agar suamiku itu bisa bekerja. Akun Gojeknya bisa pindah HP tanpa kendala, tapi akun Shopeefoodnya baru bisa digunakan esok harinya.
Hari kedua, Tamet berpikir bahwa baterainyalah yang rusak. Lagi-lagi diagnosisnya salah lagi. Melihat Tamet yang uring-uringan karena tuntutan penagih utang, bayar kontrakan, dan biaya makan kami, aku hanya bisa menjaga ucapan. Berusaha menjaga agar pikirannya yang kalut tidak bertambah.
Dua hari tanpa batrai, aneh sekali. Jemariku yang biasanya digunakan untuk menulis, menggulir video-video lucu di Instagram, atau bermain HayDay, kini terasa kosong. Aku memanfaatkan kekosongan tanganku untuk melanjutkan rajutan yang pernah terbengkalai. Akhirnya, dalam dua hari aku bisa menyelesaikan dua topi rajut untuk anakku yang kini berusia 23 minggu dalam kandungan. Dua topi rajut bernuansa putih biru yang akan membuatmu gemas saat melihatnya. Percayalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengalir Dalam Riak - Antologi Cerpen dan Puisi
General FictionHidup sangat terkait pada takdir. Seringkali orang-orang meminta kita untuk mengikuti aliran takdir yang ada. Berawal dari buangan di selokan Aku mengikuti kelokan sungai dan benturan bebatuan Aku yakin Laut lepas dan bebas itu Di sanalah aku berakh...