Mama dan Pak Endut sudah lama mengenal. Mungkin dari sebelum aku dilahirkan. Namun, Mama dan Daddy baru dekat setelah mereka bekerja sama saat aku kelas 2 SD. Berarti, saat aku kelas 1 SMA, mereka sudah dekat selama 9 tahun. Kapan mereka mulai saling menyukai? Entahlah. Bagiku, mereka memang sudah sangat harus berada dalam satu ikatan yang pasti. Pernikahan.
Aku pernah tidak menyukai Pak Endut, betul. Bukan tidak suka secara personalnya. Aku hanya cemburu karena Mama lebih banyak bersama dengannya dibanding denganku. Pada dasarnya, Pak Endut adalah laki-laki terbaik yang bisa Mama miliki.
Sudah pernah kukatakan, Mama itu cantik. Banyak laki-laki yang menyukainya. Namun, siapa sangka kalau baik Mama maupun aku lebih menyukai laki-laki kelahiran 1949 ini. Laki-laki yang memiliki perbedaan 16 tahun dari usia Mama. Jangan sebut ia laki-laki tua sekarang. Bagaimana pun, ia adalah laki-laki gagah yang memberi kami jalan untuk bertahan hidup selama ini.
Ungkap Hutabarat, nama aslinya. Tak banyak yang tahu nama itu. Orang-orang lebih mengenalnya sebagai Opung. Sebagian lagi yang hanya mengenal marganya, memanggilnya dengan sebutan Opung Hutabarat. Sedangkan aku, yang awalnya dipaksa Mama untuk memanggilnya dengan sebutan Bapak, akhirnya nyaman dengan panggilan Daddy.
Norak? Percayalah, tidak sama sekali. Setidaknya untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengalir Dalam Riak - Antologi Cerpen dan Puisi
General FictionHidup sangat terkait pada takdir. Seringkali orang-orang meminta kita untuk mengikuti aliran takdir yang ada. Berawal dari buangan di selokan Aku mengikuti kelokan sungai dan benturan bebatuan Aku yakin Laut lepas dan bebas itu Di sanalah aku berakh...