Dear, Aku.
Bagaimana kabarmu saat ini? Kuharap kau dalam keadaan sehat dan sudah lebih bahagia saat ini. Maaf aku kurang memperhatikanmu belakangan ini.
Terakhir kali kau bangkit dengan sangat baik. Kau terpuruk tapi masih mau bangun dan terus berjuang. Walau sambil mengeluh, kau tetap melangkah. Kau harus tahu, kau hebat.
Jika saat ini kau kembali bersedih, jika kali ini hatimu dalam keadaan tidak baik-baik saja, jika masalah yang ada membuatmu ingin menyerah, jangan biarkan keputusasaan mengambil alih seluruh hidupmu, ya. Menangislah, marahlah, sembunyilah, bermainlah, ambil waktu yang kau butuhkan untuk dirimu, tapi ingat untuk kembali lagi. Kembali menjadi dirimu yang tangguh.
Tidak ada alasan untukmu berhenti hidup, bahkan saat semesta berniat membunuhmu. Tidak ada alasan untukmu rendah diri bahkan saat kau berada di bawah kaki dunia. Tidak ada alasan untukmu putus asa bahkan saat tidak ada yang berpihak padamu. Karena kau berharga.
Jujurlah, bukan itu yang terjadi padamu bukan? Semesta kadang memang suka bercanda, tertawalah. Dunia menuntunmu ke arah yang lebih baik, percayalah dia menuntunmu untuk naik. Apakah tidak ada yang berpihak padamu? Masih ada orang-orang di sekelilingmu yang menyayangimu dan mendoakan yang terbaik untukmu. Mereka yang khawatir saat kau tersandung, menyemangatimu untuk bangun, bahkan ada yang menawarkan bantuan. Sungguh kau adalah orang yang sangat dicintai. Jika kau masih tidak menyadari itu, jangan sampai kau lupa bahwa Tuhan menyayangi hamba-Nya. Dia ingin yang terbaik untukmu.
Duhai, Aku. Kau yang cengeng, manja, dan mudah mengeluh, selalu ingat tujuan hidupmu saat ini, ya. Kau bilang ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi sesamamu. Kau bilang ingin membuat keberadaanmu membawa perubahan baik bagi orang yang sayangi. Kau bisa. Pasti. Jangan menyerah dan meninggalkan hal yang akan kau sesali di penghujung usiamu.
Semangat, ya. Aku ingin melihat lebih banyak lagi senyumanmu, tawamu, aktivitas-aktivitas remehmu, hingga tiap langkah yang membawamu pada cita-cita.
Salam hangat,
Aku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengalir Dalam Riak - Antologi Cerpen dan Puisi
General FictionHidup sangat terkait pada takdir. Seringkali orang-orang meminta kita untuk mengikuti aliran takdir yang ada. Berawal dari buangan di selokan Aku mengikuti kelokan sungai dan benturan bebatuan Aku yakin Laut lepas dan bebas itu Di sanalah aku berakh...