Semua orang mengenalku sebagai anak yatim. Tetangga, teman-teman di sekolah, guru-guru, pokoknya semua orang di sekitarku tahu bahwa aku anak yatim. Hal itu diperjelas dari semua berkas yang kumiliki. Bahkan, data diri di halaman depan rapor yang tercantum nama Bapak, terdapat tulisan '(Almarhum)' dibelakang namanya.
Sebagai anak yatim, aku sering diundang ke acara santunan. Khususnya, pada bulan Ramadan. Biasanya, anak yatim sepertiku diundang oleh orang kaya, orang baik, orang yang memiliki hajat, atau gabungan dari ketiganya. Mereka mengundang anak yatim sepertiku untuk mendoakan mereka dan sebagai gantinya mereka akan membagikan rezeki.
Aku selalu senang saat pulang dari acara seperti itu. Karena, Mama akan menyambutku dengan wajah gembira. Menantikan oleh-oleh apa yang kubawa. Biasanya, sebuah amplop putih berisi uang dan sebuah nasi dalam besek. Tak jarang, aku membawa pulang peralatan sekolah yang dibungkus dengan pita cantik. Sungguh, orang-orang dermawan itu adalah penyelamatku dan Mama.
Sepanjang ingatanku, aku meyakini aku memang tidak pernah memiliki seorang ayah. Aku selalu hanya berdua dengan Mama. Seseorang yang menggandeng tanganku, yang memelukku saat tidur, yang mengajakku berbelanja, juga yang sering memarahiku. Rasanya memiliki seorang ayah layaknya Pak'e Rima, Ayah Ansor, Bapak Yani, atau ayah dari temanku yang lain.
Setidaknya, dengan mengikuti santunan aku tahu bahwa banyak yang bernasib sepertiku. Aku merasa menjadi anak yatim membuatku disayangi banyak orang. Walaupun, kesedihan saat melihat kebersamaan teman-teman dengan ayah mereka sering membuatku sesak. Hingga, aku tidak bisa lagi berlindung dibalik kata yatim.
Mama membohongiku. Bapak kandungku masih hidup. Aku bukan anak yatim. Setelah mengetahui semuanya, bagaimana mungkin aku berani datang ke acara santunan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengalir Dalam Riak - Antologi Cerpen dan Puisi
Ficción GeneralHidup sangat terkait pada takdir. Seringkali orang-orang meminta kita untuk mengikuti aliran takdir yang ada. Berawal dari buangan di selokan Aku mengikuti kelokan sungai dan benturan bebatuan Aku yakin Laut lepas dan bebas itu Di sanalah aku berakh...