Bagaimana kau bisa menata hati? Sementara perasaan tumbuh dari hari ke hari. Seperti sayang yang tak ingin hilang. Seperti kenal yang tak ingin lupa. Seperti gugusan kenangan yang tak ingin abai.
Bagaimana kau bisa merelakan kecuali dalam keterpaksaan? Seperti melepas tubuh tapi bayangan masih mengejar hingga menjadi bunga kala terlelap. Seperti kau yang mengintip-intip kabar darinya. Seperti kau yang rela tapi masih mencari-cari dalam remang.
Matahari terbit dan tenggelam berkali-kali. Panas dan hujan serta musim pancaroba membuatmu lalai akan waktu. Kau mulai bertanya, "Sungguhkah ia nyata? Atau hanya tokoh fiksi yang pernah kau baca entah di mana?"
Ia nyata. Kau tahu itu. Satu yang tidak kau siapkan hanyalah kesiapan hati. Kau lupa, bahwa setiap yang hadir tidak selalu menetap. Mungkin ia adalah bagian dari mereka. Mereka yang hadir, mengambil seiris hatimu, lalu pergi setelah persinggahannya usai. Membuatmu merasakan sesuatu bernama luka.
Sementara, perasaan itu tak mau pergi mengikuti mereka yang hanya singgah. Tak peduli dengan usahamu merelakan atau jiwa-jiwa yang datang menghibur. Perasaan itu meringkuk di sudut hatimu, bersembunyi di balik senyuman yang kau tebar. Membekas terbawa mati tubuh yang fana. Kau mulai bertanya-tanya. Jika perasaan adalah sesuatu yang hidup, akankah ia menghampiri tuannya saat tubuhmu membangkai?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengalir Dalam Riak - Antologi Cerpen dan Puisi
General FictionHidup sangat terkait pada takdir. Seringkali orang-orang meminta kita untuk mengikuti aliran takdir yang ada. Berawal dari buangan di selokan Aku mengikuti kelokan sungai dan benturan bebatuan Aku yakin Laut lepas dan bebas itu Di sanalah aku berakh...