Aku sudah terkunci di kamar berhari-hari. Ayah tidak mungkin datang, sedangkan Ibu tak kunjung pulang. Padahal Ibu bilang, Ibu hanya ingin bekerja sebentar.
Malam ini, seorang anak laki-laki berbaju hijau menjebol jendelaku yang berteralis. Pertama kali melihatnya aku langsung mengenalinya. Peter Pan.
Peter datang dan menjemputku. Dia mengatakan akan membawaku ke Neverland. Sebuah negeri tempat di mana anak-anak tidak akan pernah menjadi dewasa. "Aku janji kau tidak akan pernah kesepian lagi," katanya.
Aku tahu tentang Neverland. Aku sudah membaca buku dan film-film Peter Pan. Kisah itu sangat mendebarkan. Bermain sepuasnya, tanpa ada orang dewasa beserta aturan-aturannya. Aku tidak seperti Wendy. Aku tidak akan memilih pulang. Aku tahu persis, Ibu akan baik-baik saja tanpaku. Terbang keluar bersama Peter, aku sempatkan diri menatap tubuhku yang terbaring damai.
"Mengapa tubuhku masih di sana?" tanyaku penasaran.
"Membawa tubuh hanya akan membebani kita. Coba rasakan ringannya dirimu saat ini," ucap Peter dengan senyuman jahil yang khas.
Aku tertawa menikmati sensasi angin di bawahku saat aku melesat mengintari rumah. "Keren," aku bergumam.
"Ayo, kita pergi sekarang." Peter menggenggam tangannya.
"Tunggu dulu, Peter." Aku menahannya dan bertanya, "Hanya kita berdua? Kau tidak mengajak anak-anak lain?"
Peter Pan tertawa geli. "Khusus malam ini hanya kau yang bisa kujemput. Tenang saja, Peter yang lain sedang menjemput anak sepertimu dari kota sebelah."
"Wah, jadi ada berapa banyak Peter Pan?"
"Sebanyak yang dibutuhkan," jawab Peter sambil mengedipkan matanya.
Aku mengangguk senang dan mengikutinya terbang ke langit. Semakin tinggi kami terbang, suara sirine yang sejak tadi menyakiti telingaku semakin tidak terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengalir Dalam Riak - Antologi Cerpen dan Puisi
General FictionHidup sangat terkait pada takdir. Seringkali orang-orang meminta kita untuk mengikuti aliran takdir yang ada. Berawal dari buangan di selokan Aku mengikuti kelokan sungai dan benturan bebatuan Aku yakin Laut lepas dan bebas itu Di sanalah aku berakh...