Dunia Tahu Kita Bahagia

29 2 0
                                    

Ini tentang aku, kamu, dan semua yang mengelilingi kita berdua.
Kita yang berseberangan, pernah saling membenci, ada luka-luka yang menjadi kenangan tak terlupa. Anehnya, bersamamu juga aku paling merasakan bahagia, haru, bangga, juga saling mengiba.

"Hanya kamu yang Mama miliki," ucapmu.

Duhai kamu, manusia yang kucintai sejak awal Tuhan memberiku kesempatan untuk hidup di luar rahimmu. Kalau saja aku bisa bersikap dewasa sejak baru dilahirkan, mungkin kehidupan kita bisa jadi lebih baik. Mungkin aku dan kamu akan menjadi partner terbaik yang membuat iri seluruh makhluk di bumi.

"Mama tidak akan pernah memaafkan mereka," sumpahmu.

Kalau saja aku bisa lebih cepat mengenalmu lebih dalam, aku akan memberikan antibiotik untuk mengusir bakteri-bakteri yang menyebabkan luka hatimu sulit sembuh. Kini, aku rasa tak apa walau kamu tidak mau membebaskan luka itu. Tak apa jika kamu ingin membawa setiap dendam yang kamu miliki saat menghadap Tuhan. Aku berharap, semua orang yang menyakitimu bisa mendapat ganjaran yang setimpal. Termasuk jika akulah penyebab luka hatimu.

Aku menyerahkannya pada Tuhan karena aku tak berdaya untuk mengobatimu, Ma. Aku tak berdaya untuk setiap masa lalu kelammu yang membusuk itu. Aku juga tak berdaya pada setiap kenakalan masa remajaku yang sudah terlanjur itu. Namun, kamu harus tahu, sampai kini aku masih mencari cara untuk membahagiakanmu. Dimulai dari hal paling kecil dalam hidupmu.

Aku berusaha dan masih berusaha, mencapai semua anganmu. Kamu bilang, aku adalah piala yang melambangkan kesuksesanmu. Aku adalah pembungkam mulut-mulut kotor mereka. Aku adalah pembuktian bahwa kamu bukan manusia yang bisa dihinakan begitu saja.

"Kamu harus jadi orang, Nak. Biar mereka yang jahat itu malu," perintahmu.

Ma, maaf karena aku masih berusaha. Hanya berusaha tanpa aku bisa melihat hasil dari semua usaha itu. Mungkin, karena lukamu telah tercampur dengan lukaku. Mungkin karena bayang masa lalu itu mengikutiku hingga cahaya masa depan tak terlihat setitik pun.

Ma, aku masih berusaha. Tak apa kah jika sampai akhir nanti hanya usaha yang bisa kuberikan padamu? Bukan aku lambang kesuksesanmu. Percayalah, setiap warna putih di helai rambutmu adalah cerminannya. Percayalah jika kubilang, setiap kerut di wajahmu adalah penandanya. Kamu tidak perlu berusaha lagi, Ma. Kamulah manusia paling berhasil yang pernah kukenal.

Mama, simpan sejenak semua luka itu. Simpan sejenak semua dendam itu, Ma. Lihat aku dan nikmati waktu yang kita miliki saat ini. Aku lelah harus melakukan pembuktian. Aku juga tahu, kamu pun lelah terus berada dalam bayang-bayang masa lalu. Aku mencintaimu dan kamu mencintaiku. Saling bergandengan sampai Tuhan berkata waktunya istirahat. Aku meyakini, itu sudah cukup untuk membuktikan pada dunia bahwa kita bahagia.

Mengalir Dalam Riak - Antologi Cerpen dan PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang