Tak banyak orang tahu bahwa gemuruh hati bisa begitu membahayakan. Sangat mengkhawatirkan hingga aku bertanya-tanya apakah gemuruh ini bisa berujung kematian. Jika memang bisa mematikan, aku harap aku bisa menggunakan kacamata hitam mulai dari sekarang.
Semua salah senyummu. Salah keramahan tak manusiawi dari sosok seanggun dirimu. Dirimu yang berdiri bak burung bangau, lehermu melekuk seperti angsa, sedang senyummu tak bisa ditandingi oleh Monalisa.
Harusnya, kau bisa sedikit menutup kecantikanmu, hai Bidadari. Aku tak berbicara tentang dosa yang harus ditanggung oleh pasang mata yang menelanjangimu. Aku khawatir akan datang kekecewaan dari mereka (termasuk diriku) saat tiba waktunya kau dimonopoli oleh kecoak yang menempel secara acak.
Duh, Peri Bunga Matahari. Sepertinya bunga-bunga pun takjub akan indahmu.
Setiap bergerak, kau akan membagikan semangat. Saat bicara, kau menghadirkan kesejukan. Saat kau tersenyum, -lagi-lagi- hatiku bergemuruh. Degupnya begitu kencang hingga kumbang-kumbang malu mendengarnya.Aku pernah mendengarmu marah. Kurasa, semua orang sepakat bahwa marahmu pun cantik, Sayang. Kau marah seperti singa memarahi anaknya. Kau cantik, anggun, dan mengagumkan. Orang-orang akan tetap bersedia mengikuti kemana pun kau pergi meski kau marahi setiap saat.
Duh, Pujaan Hati. Jika saja kurcaci seperti diriku ini tidak memiliki rasa malu, niscaya gemuruh hati ini kujadikan pertanda untuk segera memintamu jadi pendamping hidupku. Namun, aku tahu ada yang lebih penting dari memiliki. Yakni menjagamu tetap bersinar seperti ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/283641811-288-k460515.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengalir Dalam Riak - Antologi Cerpen dan Puisi
General FictionHidup sangat terkait pada takdir. Seringkali orang-orang meminta kita untuk mengikuti aliran takdir yang ada. Berawal dari buangan di selokan Aku mengikuti kelokan sungai dan benturan bebatuan Aku yakin Laut lepas dan bebas itu Di sanalah aku berakh...