Sayangnya, Tak Perlu Disayangkan

10 0 0
                                    

Sayang sekali kau lupa pada komitmen yang sudah kita buat dahulu. Saat kau dan aku memutuskan untuk saling berdampingan dalam menjalani hidup ini. Saat kita memutuskan untuk bersama-sama meraih cita-cita. Saat kita memutuskan untuk hidup dalam satu atap dan satu ranjang yang sama.

Sayang sekali kau lupa pada semua hal sudah kita lalui. Kau lupa tentang kesulitan yang kita hadapi berdua saat krisis menerpa. Kau lupa tentang aku yang lakukan untuk membantumu bangkit. Kau lupa bahwa akulah yang tetap bertahan di sampingmu saat semua orang meninggalkanmu. Kau, lupa, bahwa tak banyak yang mengerti dirimu sebaik aku.

Sayang sekali, kau mengabaikan rumah kita. Kau memilih fokus pada dirimu sendiri dan lupa bahwa aku juga bisa lelah mempertahankan hubungan. Kau pergi saat aku menginginkan pendampingku, dan kau seenaknya datang saat menginginkan pendampingmu. Kau lupa bahwa hubungan terjalin atas komunikasi dua arah. Ini, bukan lagi rumah tangga.

Semakin disayangkan, kau pada akhirnya, tetap dan selalu memilih terjerumus pada hal-hal yang kubenci. Hal-hal yang kau tahu akan menghancurkan bukan hanya dirimu sendiri tapi juga orang-orang di sekitarmu. Kau memilih menghamburkan uangmu untuk mengundi dadu-dadu palsu, sementara tagihan atas namamu dilimpahkan padaku. Kau memilih menghabiskan waktu dengan permainan yang bagimu lebih seru dibanding menyusun masa depan yang lebih baik. Kau memilih mengasah kemampuan menyembunyikan wanita-wanita penjaja diri, dibanding mencari cara menyelamatkan hidupku yang terlanjur hancur karenamu.

Setelah semua itu, jangan pernah menyayangkan alasanku meninggalkanmu. Karena takkan ada manusia yang mau mempertahankan penyebab lara berkepanjangan. Kau adalah luka yang takkan kubiarkan mengoreng di hidupku.

Mengalir Dalam Riak - Antologi Cerpen dan PuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang