Setelah aku menutup warung, rupanya Tamet sudah siap di rumah.
"Sayang, kamu mandi, gih. Nanti sambil kamu mandi, aku nelpon Supri, nanyain rumah sakitnya," ucap Tamet.
Aku menurut. Setelah mandi, Tamet memberitahu bahwa kakaknya itu berada di RS Islam Cempaka Putih. Informasi tambahan yang diterima, Kak Saripah kecelakaan motor dan Tumitnya hancur. Ya Allah...
Di ruang IGD, kondisi Kak Saripah sangat memprihatikan. Kak Saripah sadar, wajahnya baik-baik saja. Namun, perban putih yang membungkus kaki Kak Saripah, berwarna merah karena darah yang terus merembes keluar. Aku menebak, bekas tetesan darah yang ada di jalan masuk IGD pasti bekas darah Kak Saripah.
Kak Supri, suami Kak Saripah, mengatakan, "Lu tahu, enggak? Kakinya Saripah udah kaya sol sendal yang copot. Jadi telapak kakinya mangap gitu. Tulangnya keliatan. Merinding gua liatnya."
"Emang gimana, sih, Kak. Kok bisa begini?" tanyaku.
Kak Saripah dengan suara rendah menceritakan, "Jadi Kakak mau belanja. Terus di perapatan Pemuda Pramuka, udah lampu ijo. Biar nggak ketinggalan lampu ijo, Kakak ngebut. Tahunya ada mobil pickup yang lurus. Kakak nggak bisa ngindar, jadi tabrakan sama mobil itu."
"Supirnya tanggung jawab?"
"Iya, dia mau tanggung jawab. Cuma supirnya di kantor polisi sekarang. Kalau dari kronologisnya Kakak nggak salah, kan itu memang jalurnya untuk belok. Kalau lurus harusnya di naik fly over, bukannya lewat bawah," Kak Saripah menjelaskan.
Tidak lama, dokter datang dan memeriksa. Hasil pemeriksaan, dokter meminta untuk diadakan operasi malam harinya. Untuk memperbaiki tendon yang rusak sekaligus memeriksa fraktur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengalir Dalam Riak - Antologi Cerpen dan Puisi
Ficção GeralHidup sangat terkait pada takdir. Seringkali orang-orang meminta kita untuk mengikuti aliran takdir yang ada. Berawal dari buangan di selokan Aku mengikuti kelokan sungai dan benturan bebatuan Aku yakin Laut lepas dan bebas itu Di sanalah aku berakh...