Aku belajar melihat Mama dari sudut lain. Sudut yang sangat kukagumi tapi terabaikan karena perasaan negatifku sendiri. Mama, yang mungkin dulu tak kucermati dengan baik karena aku fokus dengan kesedihanku sendiri. Mengapa aku mengabaikan sosok yang selalu berjuang demi kebahagiaanku itu? Sungguh, aku adalah anak yang bodoh.
Di balik kesibukannya bekerja, di balik kemarahannya yang meledak-ledak, Mama selalu mendukung semua hal yang kusukai. Walaupun tidak memiliki uang, Mama selalu mengusahakan agar semua hobiku tersalurkan dengan baik. Mama juga selalu memantau nilai-nilai akademikku tanpa membuatku terkekang.
Aku menyukai seni menggambar sejak kecil, Mama berusaha menyediakan semua yang kubutuhkan. Buku gambar, krayon, pensil warna. Saat aku mengikuti kelas melukis gratis di sebuah sanggar lukis, Mama juga mengusahakan agar aku bisa memiliki peralatan yang perlukan. Sesuatu yang bagi kami membutuhkan banyak uang. Mama, tidak pernah mengeluh akan hal itu. Mama justru sangat mendukungku.
Aku ingin bisa bermain gitar, hal bagi sebagian orang tua dianggap tidak perlu, tapi Mama justru senang-senang saja dengan minatku. Mama mengumpulkan uang dan membelikanku sebuah gitar murah di Poncol, Senen, Jakarta Timur.
Hal ini terus berlanjut hingga buku yang kulahap semakin beragam. Pelan-pelan, aku meninggalkan Majalah Bobo lalu beralih ke komik dan novel. Kebutuhanku akan bacaan semakin mahal namun Ibu tidak pernah marah akan hal ini. Dengan uang dua puluh ribu rupiah, aku bisa membeli 5 buah komik. Padahal jika aku membeli Majalah Bobo aku bisa mendapat 10. Harga novel juga dua kali lipat dari komik. Dengan sangat baik, Ibu akan mengusahakannya.
Tentu saja aku tidak pernah memaksa Ibu memberi yang kuinginkan. Ibulah yang berinisiatif membawaku ke Pasar Senen setiap kali Ia memiliki uang lebih. Sebagai gantinya, aku juga akan membelikan Ibu buku Kumpulan Teka-Teki Silang saat uang hasil mengamen cukup banyak. Pasar Senen adalah tempat rekreasi kami.
(Catatan untuk Tiyas : Poin lebih lengkap sudah pernah dituliskan dalam bab berjudul Cinta Ibu)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengalir Dalam Riak - Antologi Cerpen dan Puisi
Fiksi UmumHidup sangat terkait pada takdir. Seringkali orang-orang meminta kita untuk mengikuti aliran takdir yang ada. Berawal dari buangan di selokan Aku mengikuti kelokan sungai dan benturan bebatuan Aku yakin Laut lepas dan bebas itu Di sanalah aku berakh...