Sejak Mama menjadi kondektur metromini, Mama mulai jarang di rumah. Saat berdagang koran, kami masih bisa bertemu di siang, sore, atau malam harinya. Namun, kini, sulit sekali bertemu Mama.
Mama berangkat bekerja saat aku masih tertidur lelap lalu pulang saat aku sudah tertidur. Masih di kelas 2 SD, saat aku sedang gemar bermain, aku hanya bermain sendirian di rumah. Walaupun begitu, sebenarnya hari-hariku tidak terlalu buruk.
Seperti biasa, bangun tidur mengecek uang untuk makan dan jajan yang ditinggalkan Mama. Mama juga sudah menyelipkan uang dua ribu rupiah di buku tabungan untuk kubawa ke sekolah. Setelah itu, biasanya aku akan membeli nasi uduk di gang sebelah, atau membeli nasi campur di Warung Padang Uni di Jalan Mundari.
Pagi hariku diisi dengan menonton televisi di rumah Rima. Siang hari, aku bersekolah. Pulang sekolah aku menghabiskan waktu bermain dengan anak-anak sebaya. Hingga waktu Magrib, saat seluruh teman-temanku satu persatu dipanggil oleh ibunya untuk pulang, aku masih tetap bermain di luar rumah. Walaupun, rasa bosan bermain sendiri akan membuatku pulang juga. Malam hari, aku bermain lagi. Lagi-lagi, sampai para ibu mengomeli anaknya untuk pulang, dan aku terpaksa pulang juga karena bosan bermain sendiri. Setelahnya aku akan membaca majalah, mengerjakan PR, atau kembali bermain. Menghabiskan waktu dengan banyak bermain, membuatku mudah tidur malamnya.
Karena di rumah kontrakan itu tidak terlalu menyenangkan, aku lebih suka jika menemani Mama bekerja. Hari Sabtu dan Minggu, tepat di jam 05.30 aku akan duduk di pagar jembatan depan Pasar Kaget. Memperhatikan dengan teliti, setiap metromini yang lewat. Menanti kedatangan metromini Mama. Biasanya, dalam rentang waktu 05.30 sampai jam 06.30, metromini itu akan lewat di depan Pasar Kaget, dari arah Terminal Pulo Gadung menuju Terminal Tanjung Priok. Jika aku terlambat bangun sedikit, aku akan menunggu di sisi sebelahnya karena metromini Mama akan lewat dari arah sebaliknya.
Menemani Mama bekerja itu menyenangkan. Pak Endut yang duduk di kursi supir akan membiarkanku menghabiskan dua kursi paling depan untukku tertidur lagi. Jam 9, kami akan tiba di Terminal Pulo Gadung. Di sini, metromini Mama akan mengantri giliran untuk mencari penumpang. Sambil beristirahat, aku akan sarapan bersama Mama di warung Mba Sri. Kadang, Mama juga akan mengajakku ke Toko Aneka di depan terminal, kalau-kalau ada kebutuhan sekolah yang perlu dibeli.
Sekitar jam setengah 11 siang, metromini Mama sudah ada antrian paling depan. Berteriak-teriak memanggil penumpang dibantu seorang calo, Mama pun mulai bekerja lagi. Hingga semua kursi penumpang terisi, Pak Endut baru memberangkatkan metromininya.
Sore hari sekitar jam 16.30, metromini Mama akan mengantri lagi di Pasar Bulog. Tepat di pintu keluar KBN. Mengharapkan luapan penumpang yang pulang kerja. Dari sini tepat jam 5 sore hingga waktu Magrib, metromini akan selalu penuh sesak hingga ada yang berdiri di pintu. Mama akan berusaha meminta ongkos dari tiap orangnya meski harus terjepit di tengah-tengah.
Biasanya, uang akan dihitung tiga kali. Setelah satu rit di pagi hari, setelah membawa penumpang KBN, lalu di malam hari sebelum pulang. Sekitar jam 9 malam, Pak Endut akan membagi hasil 60% untuknya dan 40% untuk Mama. Setelah bagi hasil dan makan malam, sekitar jam 10 Mama pun akan pulang. Karena lokasi pulang dari Pupar Jakarta Timur, Mama harus naik angkot untuk pulang. Dari sana, kadang Mama akan sampai di rumah jam 11 hingga tengah malam. Karena kendaraan sudah sangat jarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengalir Dalam Riak - Antologi Cerpen dan Puisi
Fiksi UmumHidup sangat terkait pada takdir. Seringkali orang-orang meminta kita untuk mengikuti aliran takdir yang ada. Berawal dari buangan di selokan Aku mengikuti kelokan sungai dan benturan bebatuan Aku yakin Laut lepas dan bebas itu Di sanalah aku berakh...