Telinga tidak bisa menyortir suara yang masuk. Saat suara itu datang, telingamu akan mendengarkan secara otomatis. Saat ada musisi jalanan bernyanyi, kau tidak bisa memilih mode senyap untuk suara kendaraan di belakangnya.
Suara memengaruhi tindakanmu. Saat ada seseorang yang menyebut namamu, otomatis kau akan berbalik. Terutama suara yang kau sukai. Suara kucing kesayanganmu, tawa anakmu di halaman belakang rumah, atau nyanyian Ibu di kamar tidurmu.
Walau kau tidak bisa memilih suara apa yang harus didengar, kau masih bisa menyortir tindakan apa yang harus kau lakukan setelah mendengarnya.Tak ada manusia yang ingin hidup dalam penyesalan tetapi pepatah yang berbunyi penyesalan selalu datang terlambat sering kali menjadi kenyataan. Salah satu penyebabnya adalah tindakan setelah mendengar sesuatu. Pilihan-pilihan yang ada setelah mendengar suara adalah pilihan yang bisa memengaruhi masa depan. Akankah kita beraksi segera atau memikirkannya terlebih dahulu. Biasanya, kita memiliki tiga pilihan.
Pertama, kau membiarkan reflek menguasaimu. Jerit minta tolong seorang wanita yang terjatuh membuatmu langsung berlari dan memberi bantuan. Akankah tuduhan tetangga bahwa anakmu mencuri sebuah cincin membuatmu langsung memukulnya?
Kedua, berpikir terlebih dahulu, memastikan kebenaran atas apa yang kau dengar, memilih tindakan terbaik setelahnya. Sahabatmu berkata telah melihat istrimu berselingkuh lalu kau memastikan kebenaran dengan bertanya langsung pada istrimu, juga melihat bukti dan alibi yang ada. Jika kau seorang pengguna narkoba yang berkali-kali memastikan tentang kebenaran bahaya narkoba, apakah itu kebijaksanaan atau hanya ego yang tak ingin merasa disalahkan?
Ketiga, kau memilih mengabaikannya seakan tidak mendengar apapun. Seseorang berkata buruk padamu, kau memilih untuk mengabaikannya demi kesehatan mentalmu. Akankah kau mengabaikan nasihat seseorang yang menyayangimu?
Aku pernah salah melalui semuanya dan seringkali kesalahan itu berulang. Seolah menjadi kebiasaan yang sulit untuk diubah. Kemudian, penyesalan bertubi menderaku.
Aku tidak mendengarkan nasihat orang-orang yang menyayangiku, berusaha mencari pembenaran akan sikapku. Aku sering terburu-buru dalam bersikap, mudah marah saat mendengar hal yang tidak ingin kudengar. Sedangkan, aku malah memikirkan dalam-dalam perkataan buruk orang lain hingga menangis semalaman padahal itu tidak memberi manfaat apapun untukku. Aku yakin, tidak hanya aku yang pernah bersikap seperti ini, bukan? Aku ingin berubah jadi lebih baik, bagaimana denganmu?
Aku ingin menyortir tindakan atas apa yang kudengar dengan lebih baik lagi. Sebisa mungkin aku akan bergerak cepat saat seseorang memerlukan bantuan, berpikir terlebih dahulu saat menerima informasi yang belum pasti, serta mengabaikan suara-suara yang tidak memberi manfaat untukku.
Kuharap, kedepannya aku akan lebih sering mendengar suara indah. Suara-suara yang memacu semangatku untuk menjadi seseorang yang bermanfaat untuk orang lain dan memacu semangatku untuk mengejar cita-cita. Suara-suara yang bisa membuatku lebih bersyukur dan mencintai diri sendiri. Kau juga, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengalir Dalam Riak - Antologi Cerpen dan Puisi
General FictionHidup sangat terkait pada takdir. Seringkali orang-orang meminta kita untuk mengikuti aliran takdir yang ada. Berawal dari buangan di selokan Aku mengikuti kelokan sungai dan benturan bebatuan Aku yakin Laut lepas dan bebas itu Di sanalah aku berakh...