2

31.3K 2.1K 30
                                    

"Nama abang Jovan Kaivan Anderson baby. Kamu bisa panggil abang apa aja" Jawab pria itu dengan lembut.

Orang yang menggendong Asta adalah Jovan Kaivan Anderson cucu bungsu dari keluarga Anderson yang terkenal lebih pendiam dari kakak kembarannya bahkan lebih dingin. Ia bahkan tidak segan-segan membentak dan membully orang-orang yang mengganggu ketenangannya.

Jika biasanya ada orang yang menarik jas almamater miliknya, ia akan membentak lalu memberikan perkataan yang sarkas dan pedas. Namun berbanding terbalik dengan Asta yang membuat jantungnya berdebar-debar. Bukan jatuh cinta, namun perasaan seorang kakak kepada adik.

Ia melihat pemuda ini begitu mungil membuatnya gemas ingin membawanya pulang lalu mengurungnya dikamar agar hanya ia yang bisa melihat tingkah laku si mungil ini. Ia bisa menebak bahwa tingginya tidak sampai 160 melihat si kecil ini begitu pendek.

"Umur kamu berapa kok bisa masuk ke SMA?" Tanya Kaivan dengan lembut kepada Asta yang sedaritadi menatapnya dengan tatapan polos membuatnya menggeram gemas melihat si kecil yang berada di gendongannya.

"Um umur Tata 13 tahun bang Ian. Terus Asta bisa disini karena Asta lompat kelas dua kali" Jawab Asta ceria membuatnya tertawa pelan lalu mencium pipi gembul itu dengan gemas.

"Hm... Bang Ian?" Tanya Kaivan tidak mengerti.

"Um itu nama panggilan dari Tata buat abang" Jawaban dari Asta membuat hatinya menghangat. Selama ini, di keluarganya ia di panggil, adek, dek, maupun Kaivan.

Namun berbeda dengan pemuda mungil ini, ia malah memanggilnya dengan nama lain Kaivan membuatnya merasa bangga bisa memiliki nama panggilan itu dari kesayangannya.

Orang-orang yang melihat adegan itu seketika terdiam melihat orang yang julukannya monster bisa tunduk pada murid baru yang begitu polos namun manis dan juga imut membuat mereka langsung mencap Asta sebagai pawang monster bernama Jovan Kaivan Anderson.

Namun, kedua orang yang menjadi pusat perhatian malah tidak peduli dengan reaksi orang-orang dan malah bercanda satu sama lain. Mereka berdua berbincang-bincang sampai mereka telah sampai diruang kepala sekolah.

Ceklek

Pintu ruang kepala sekolah terbuka menampakkan dua pemuda dengan tinggi yang berbeda membuat kepala sekolah menaikkan sebelah alisnya.

"Murid baru" Jawab Kaivan singkat membuat kepala sekolah mengerti setelah melihat pria itu menggendong anak yang ia kira anak SD.

"Siapa nama kamu nak?" Tanya kepala sekolah dengan nada yang datar.

"Um nama Tata, Asta Cassano A." Jawab Asta malu-malu membuat kepala sekolah gemas dengan murid barunya.

"Ah... Ternyata kamu. Kamu bisa masuk kelas XI-MIPA 1" Ucap kepala sekolah kepadanya. Sementara Kaivan hanya diam saja dengan wajah datarnya.

"Kalau begitu kalian bisa masuk ke kelas masing-masing" Ujar kepala sekolah kepada kedua orang itu.

Asta langsung mengucapkan terimakasih lalu dibawa oleh Kaivan menuju ke kelas barunya dengan digendong. Koridor kelas sepi karena telah bel masuk beberapa menit yang lalu.

"Kamu kok pendek banget sih baby?" Tanya Kaivan jahil membuat Asta kesal lalu menggembungkan pipinya.

"Ih... Tata gak pendek bang Ian aja yang ketinggian" Jawab Asta kesal lalu memberontak ingin turun dari gendongan Kaivan namun, pemuda itu tidak menurunkannya malah semakin mengeratkan gendongannya membuat Asta hanya bisa pasrah lalu menduselkan wajahnya di dada bidangnya.

Kaivan hanya bisa tersenyum tipis lalu kembali mendatarkan wajahnya ketika telah sampai ke kelas baru Asta. Ia menurunkan Asta dengan berat hati karena ia masih ingin menggendong si kecil.

Asta Cassano A. (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang