102

6.3K 715 62
                                    

Kini Asta duduk di pangkuan Yelena sedangkan Axel mengusap rambut hitam kecoklatan si kecil dengan lembut. Kaivan dan Kailash telah pergi ke markas untuk membahas mengenai geng mereka.

"Diddy kapan Tata boleh pulang?" Tanya Asta polos mendongak menatap ayahnya yang masih sibuk mengecup pucuk kepalanya.

"Hmm minggu depan baby baru bisa pulang" Jawab Axel lembut.

Asta yang mendengar itu membulatkan matanya tak percaya mendengar jawaban ayahnya. Asta benar-benar tak menyukai rumah sakit beserta isinya seperti dokter dan perawat. Baginya rumah sakit adalah tempat yang paling tidak ingin ia temui walaupun ia sakit sekalipun.

Maka dari itu setiap Asta sakit, Yelena selalu menelepon Leo untuk datang memeriksa si kecil walaupun harus menghadapi tangisan histeris si bayi besar karena tidak mau diinfus dan diperiksa oleh Leo.

"Aaa ndak mau Tata mau pulang diddy disini ndak enak" Rengek Asta yang memohon pada Axel untuk bisa pulang.

Axel yang melihat itu entah kenapa tiba-tiba ide untuk menjahili Asta terbersit begitu saja di kepalanya. Ia memutuskan untuk sedikit menjahili sedikit anaknya dengan sedikit menggoda si kecil.

"Diddy maunya minggu depan bagaimana hm?" Tanya Axel dengan jahil.

Ia benar-benar ingin melihat wajah cemberut anaknya yang menurutnya begitu candu dan menggemaskan. Bagaimana tidak menggemaskan, wajah cemberut itu yang pipinya menggembung dan bibirnya mengerucut ke depan membuatnya benar-benar ingin memberikan ciuman yang begitu banyak pada wajah si kecil.

Asta yang mendengar itu benar-benar kesal hingga menggembungkan sebelah pipi tirusnya dan bibirnya mengerucut ke depan membuat apa yang Axel inginkan benar-benar terwujud.

Sementara Asta matanya sudah berkaca-kaca dengan air matanya yang sudah menggelinang di mata bulatnya yang jika sekali kedip saja air mata itu akan luruh seketika dan menjadi air sungai.

"Ungg mimmy" Asta mulai merengek tidak ingin bersama ayahnya lagi lantaran benar-benar kalah beradu argumen dengan ayahnya.

Yelena langsung memeluk anaknya dengan lembut lalu menghapus air mata yang entah kapan telah jatuh dari mata bulat itu.
Yelena menghela nafas panjang begitu melihat mata Axel yang ia lihat ada kilat jahil.

Ia memang menyukai kedekatan antara ayah-anak itu, namun kalau Axel sudah jahil anak mereka sudah dipastikan akan menangis dan mogok bicara pada ayahnya yang akhirnya membuat Axel kelabakan dan uring-uringan melihat anaknya benar-benar mogok bicara padanya.

"Hungg mimmy mau pulang hiks" Pecahlah tangisan Asta merengek pada Yelena meminta ibunya untuk pulang.

Ia benar-benar membenci rumah sakit dan isinya menurutnya rumah sakit itu adalah tempat yang tidak menyenangkan karena tidak bisa memakan apa yang ia makan yang ia suka, tidak bisa bermain, dan yang paling tidak Asta suka adalah ia harus selalu bertemu dengan suntik dan infus yang membuat tangannya selalu bengkak jika ia sakit.

Yelena menenangkan Asta dengan cara mengusap punggung tangan Asta yang diinfus dan mencium pipi tirus itu dengan lembut lalu menatap Axel dengan tatapan tajamnya yang membuat pria itu meringis melihat tatapan tajam istrinya.

"Hey baby liat diddy sini" Ucap Axel dengan lembut.

Sayangnya Asta sudah memilih untuk mogok bicara alias ngambek pada ayahnya karena tidak mengizinkannya pulang.

"Mimmy kapan Tata boleh pulang?" Tanya Asta menghiraukan ucapan ayahnya.

Axel yang melihat anaknya menghiraukan dirinya membuatnya menjadi kelabakan karena Asta benar-benar merajuk padanya. Padahal ia ingin menjahili anaknya malah berujung seperti ini.

Asta Cassano A. (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang