Kini Axel telah berada di halaman kediaman Anderson. Ia keluar dari mobil sementara sekretarisnya ia suruh menginap di hotel tentu dengan Axel yang membiayai penginapan pria itu.
Axel menghela nafas sebelum memasuki mansion Anderson yang terlihat sunyi dan dingin itu. Ia melihat dekorasi mansion yang tidak berubah sama sekali dan posisi tempat juga yang tidak berubah. Mansion bernuansa eropa yang meninggalkan kesan mewah dan juga elegan yang membuat siapapun terpesona.
"Kau baru ingat pulang?" Tanya seseorang yang membuat Axel berbalik dan melihat ayahnya yang duduk tenang di sofa sambil meminum teh herbal hangat buatan istrinya.
Ayahnya, Aldrich menatapnya dengan tatapan tajam kepadanya sedangkan ibunya, Claire menatapnya dengan tatapan lembut nanti teduhnya. Hubungannya dengan ayahnya merenggang semenjak Yelena pergi dari Axel yang membuat pria paruh baya itu kecewa dengannya.
Axel yang saat itu memilih kekasihnya dibanding istrinya. Apalagi ketika pria itu ketahuan berselingkuh dengan kekasih pria itu beberapa bulan. Kini ia menyesal memilih kekasih dibanding istrinya.
Kini ia sedang mencari Yelena dan anak mereka yang belum diketahui jenis kelaminnya karena Yelena pergi saat hamil muda saat itu. Ia akan mencoba mencari mereka di Indonesia dan mengulik semua tempat yang ada sekalipun tempat yang terpencil.
"Hm" Jawab Axel singkat yang membuat Aldrich mendengus pelan mendengar jawaban putra bungsunya.
"Bagaimana kabarmu Axel?" Tanya Claire lembut yang membuatnya merasa nyaman dengan ibunya.
"Baik seperti biasanya, mom" Jawabnya dengan sedikit lembut.
"Apa kau sudah menemukan mereka?" Tanya Aldrich datar kepada Axel.
"Belum" Jawabnya yang membuat Aldrich menahan emosi mendengar jawabannya.
"Kalau bukan karena ulahmu saat itu Yelena dan anak kalian masih disini dan bahagia bersamamu kalau egomu tidak memilih wanita jalang itu" Ucap Aldrich dengan sedikit penekanan setiap perkataannya.
Axel tersentak mendengar perkataan ayahnya yang memang sedikit dingin ia dengar. Ia menundukkan kepalanya dalam merenungi kesalahannya yang begitu fatal.
"Aldrich sudahlah, nanti kau bisa sakit" Ucap Claire khawatir sambil memegang lengannya.
"Maaf" Hanya kata itu yang keluar dari bibir Axel.
Benar kata ayahnya, jika seandainya ia memilih untuk belajar mencintai istrinya, pasti sekarang ia tengah berbahagia dengan istri dan anak mereka. Namun waktu tak dapat diulang, ia hanya bisa meratapi penyesalan dan nasib.
"Istirahatlah Axel, mom tau kau pasti capek" Ujar Claire lembut membuat pria berusia 39 tahun itu mengangguk dan meninggalkan sepasang suami-istri paruh baya itu.
"Kau sudah menemukan mereka Aldrich?" Tanya Claire sendu mengingat penderitaan menantunya yang akhirnya meninggalkan anaknya karena tidak sanggup dengan perlakuan dingin dan kasar dari putra bungsunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asta Cassano A. (End)
Novela JuvenilAsta nama yang mengartikan bintang. Orang dengan nama Asta tergolong percaya diri. Ia cenderung memimpin dengan berwibawa dan selalu mencari petualangan. Ia sangat tertarik dengan kehidupan dan memiliki sifat mandiri. Namun tidak dengan Asta, ia cen...