Arinda akhirnya bisa meloloskan diri dengan menipu daya seisi ruangan Komandan Kodim. Tentu saja dia melakukannya dengan jantung yang berdegup kencang, tingkahnya kali ini benar-benar menantang malaikat maut dengan beralasan mengantar Deno kerumah sakit untuk memeriksa kesehatannya yang di duga menderita saraf kejepit yang cukup parah. Padahal faktanya Deno tengah duduk di balik meja kerjanya dengan setelan santai dengan keadaan baik-baik saja. Arinda memang anak durhaka.
Kini dia mengendarai mobilnya dengan tujuan menuju rumah calon mertuanya, Indah. Karena terlalu fokus mengendarai mobilnya menuju tujuan, Arinda lupa membelikan bingkisan untuk calon mertuanya, dia baru sadar saat mobilnya telah terparkir sempurna di depan garasi rumah milik Indah.
Arinda menepuk dahinya sendiri. Dia menyesali kelebihannya yaitu mengendalikan fokus dengan menepuk dahinya beberapa kali.
"Ini masuk gak bawa apa-apa? Yaudahlah ya, gue 'kan orangnya apa adanya, nanti pesen makanan online juga bisa." ucap Arinda pada dirinya sendiri dengan nada sombong seolah mengunggulkan dirinya sendiri, padahal sebelumnya dia sempat mem-bully dirinya sendiri.
Kakinya melangkah menuju depan pintu utama walaupun dengan perasaan bersalah karena tidak datang tepat waktu seperti yang dia katakan dan datang dengan tangan kosong, bukan masalah memang, tapi membuat orang lain menunggu itu sungguh hal yang tidak sopan.
"Assalamualaikum, Ma?" Tangannya mengetuk pintu beberapa kali, sebelum seseorang dari dalam membukanya, Arinda tersadar bahwa pintu dari rumah yang cukup mewah itu bercelah pertanda bahwa rumah itu tak terkunci rapat.
Arinda mendorong pintu utama itu agar terbuka. Arinda memasukkan sedikit kepalanya agar bisa melihat seseorang di dalamnya. Matanya menangkap seorang perempuan dengan pakaian berwarna senada membelakangi pintu utama yang dia yakini itu adalah pemilik rumah, Indah.
"Assalamualaikum, Ma.." tangan Arinda menyentuh pundak Indah yang masih belum menyadari kehadirannya.
"Eh-," Indah gelagapan menyembunyikan kertas yang sempat dia baca dan segera menghapus aliran air yang menetes dari matanya.
"Arinda kok baru datang, Nak?" tanya Indah lagi.
"Iya, tadi dari Kodim dulu. Mama kenapa?" Tangan Arinda terulur untuk mengelus pundak Indah.
"Sayang, temenin mama makan siang di luar ya? Mama lagi mau makan nasi padang yang di deket puskesmas, disana sepi soalnya." ucap Indah tiba-tiba mengganti topik.
"Ayo, ayo keburu sore, naik mobil Mama aja." ucap Indah kemudian menarik kunci mobil Arinda yang masih Arinda genggam dan meletakkannya di atas meja ruang tamu.
Arinda tidak bisa menolak, selain mengikuti perintah Indah yang sedikit membingungkan menurutnya. Arinda juga tidak diberikan kesempatan untuk menanggapi, namun Arinda juga tidak berniat menolak ajakan Indah.
Mobil membelah jalanan yang cukup padat. Indah beberapa kali melamun, Arinda yang menyetir mobil milik Indah menjadi kepo, namun Arinda enggan menanyakan.
Saat mereka tiba di tempat tujuan, mata Arinda berbinar melihat sederetan jenis makanan padang berjejer di depannya. Indah pun tertawa melihat tingkah Arinda yang ingin melahap semua makanan di depannya.
"Ma, kayanya Arinda bakal gagal diet." Wajah Arinda murung. Dietnya seminggu terakhir ini akan benar-benar gagal.
"Gak perlu diet. Ayo di ambil, Arinda mau apa, Nak?"
Seolah mendapat persetujuan dari Indah, Arinda langsung mengacungkan jari telunjuk lentiknya menunjuk makanan yang dia mau hingga meja makan tempat mereka penuh dengan berbagai macam lauk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintara Perwira [END]
RandomKisah cinta dari dua insan yang pernah menjalin hubungan, kini kembali di pertemukan dalam satu acara yang sengaja di bentuk oleh kedua keluarga. Pertemuan keduanya tidak berakhir di situ, mereka justru harus di persatukan dengan profesi yang sama d...