62. Dokumen N1-N4 2 bulan

2.1K 152 32
                                    

2 bulan kemudian..

Arinda selesai melakukan pengamanan Ibu presiden beberapa menit yang lalu, Arinda memutuskan mengunjungi rumah Saka untuk menemui Indah, calon mertuanya.

Arinda tengah menyantap nasi goreng favorit buatan calon mertuanya, sesekali mereka saling bercerita tentang masa kecil Saka dan masa-masa indah antara almarhum Adi dan Indah.

Saka pun berniat hadir disana untuk mengistirahatkan tubuhnya yang penat. Bebas dari senjata dan duduk bersantai di belakang meja Markas Besar menjadi impian banyak prajurit, seperti yang Saka rasakan sekarang, meski terbebas dari itu semua, namun Saka harus membersiapkan banyak berkas dan membuka matanya lebar-lebar di depan layar monitor hingga waktu larut.

Kini saat yang tepat untuk Saka mengistirahatkan jasmani dan rohaninya dengan cara bertemu obat utamanya, yaitu Arinda. Akibat terlalu lelah, Saka meminta Serda. Viko untuk mengantarnya pulang dan menjemputnya nanti saat jam istirahat siang akan berakhir.

Tak membutuhkan waktu yang lama untuk menghampiri Rumah Saka dari Mabes AD, sekarang kakinya telah menginjak pelataran rumahnya dan menatap kepergian mobilnya yang di kendarai Serda Viko.

Tepat saat membuka pintu, ucapan salam yang akan Saka lontarkan harus tercekat karena melihat sepatu fantovel yang ada di depan pintu. Saka mengerutkan dahinya sambil berpikir. "Ini sepatu siapa?,"

Sedetik kemudian terdengar tawa dua perempuan dari dalam rumahnya, Saka mulai masuk dengan mengendap-endap seperti rampok. Langkah Saka terbawa untuk menuju sumber suara, tepatnya di daerah ruang makan. Rambut pendek, kemeja putih yang rapi dengan setelan celana kain beserta ikat pinggang itu membuat Saka mengerutkan dahi.

"Iya beneran, Saka itu dulu paling susah buat minum susu, nanti kalo Arinda udah punya anak pasti ngerasain susah, apa lagi kalo anaknya turunan dari Saka, bikin amsyong." jelas Indah.

"Apa sih, Ma?" balas Arinda sambil tersipu akibat ucapan Indah.

Mendengar percakapan keduanya, Saka yakin bahwa orang yang sempat asing di matanya itu adalah calon istrinya sendiri, yaitu Arinda.

Saka melangkah dengan perlahan di belakang Arinda dan Indah, kemudian..

Grep

Plak

"Aw.." ringis Saka saat tangannya berhasil memeluk tubuh Arinda dari belakang dan mendapat pukulan keras di bahu akibat gerakan reflek Indah yang ada di sebelah Arinda.

"Saka, emang benar-benar anak satu ini gak ada akhlak ya," omel Indah sambil terus memukul pelan anak semata wayangnya itu.

Arinda terus tertawa dalam dekapan Saka, sedangkan Saka tak menghiraukan pukulan sang Ibu justru terus menikmati mendekap tubuh Arinda, bahkan kini Saka meletakkan dagunya di pucak kepala Arinda sambil sesekali mencium aroma rambut Arinda.

"Alhamdulillah, akhirnya sampai rumah." ucap Saka tanpa melepas dekapannya.

"Kamu tuh datang-datang bukannya sapa Mama," omel Indah lagi.

"Ya ampun nyonya Adi," ucap Saka di sambung dengan kecupan singkat di pelipis Indah kemudian kembali mendekap Arinda.

"Nasi gorengnya masih ada, Ma?"

"Kamu abisin punya ku, aku udah kenyang," pinta Arinda.

"Yaudah, suapin." jawab Saka tanpa melepas dekapannya.

"Kalian nikahnya masih lama?," tanya Indah, mendadak membuat Arinda dan Saka saling tatap satu sama lain.

"Ini udah dua bulan loh, Ka." ucap Indah.

Bintara Perwira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang