52. Aaaa..!

2.3K 175 37
                                        

Saka membopong tubuh Arinda sambil berlari menuju Pos Kesehatan 33/202,Alan berniat melaporkan penemuan Arinda pada Mayor.Marno namun di tahan oleh Bagas,dan Bagas meminta Alan untuk menemani Saka dan Arinda.

Bagas segera menuju ruangan Mayor.Marno dan melaporkan berita yang sesungguhnya,Mayor.Marno pun meneruskan laporannya pada Kodam hingga berlanjut menuju Panglima TNI,tak lama setelah melapor kepada Panglima TNI,Mabes meminta agar Arinda dan anggota penyelamatan sandera untuk di tarik dari Poso,Sulawesi Tengah,termasuk Alan.

Bukannya merasa bahagia,Bagas justru berpikiran negatif tentang perintah yang diturunkan langsung oleh Panglima TNI tersebut.Takut jika Bagas dan rekan-rekan lainnya menerima hukuman bahkan lebih berat karena pembangkangan yang dua kali terjadi.Bagas pun melaporkan perintah tersebut pada anggota lainnya dan juga Alan.

"Izin,Ndan. Besok kita ditarik dari Poso ke Pusat,ini surat perintah dari Panglima TNI langsung,"kata Bagas.

"Ada apa?,"tanya Alan sambil membuka surat pemberian Bagas.Bagas pun hanya menanggapi dengan gelengan kecil.

Alan membaca surat tersebut,hanya beberapa detik kemudian Alan kembali menutupnya dan menyimpannya pada saku celananya.Bagas menatap Alan seolah meminta penjelasan,sedangkan Alan yang tak mengerti maksud Bagas menaikkan kedua alisnya.

"Kira-kira apa alasan kita pulang,Nda?" tanya Bagas hati-hati.

"Kenapa?,takut di hukum?,"tanya Alan sambil menggoda Bagas yang ketakutan.

"Siap,tidak takut!,"

"Kalo gak salah kenapa takut?,perintah anggota untuk bersiap," kata Alan menyentuh bahu Bagas.

"Arinda gimana keadaannya,Bang?,"tanya Bagas yang kini hadir sebagai sahabat Arinda.

"Masih di periksa,Saka masuk buat transfusi darah.Jangan khawatir,"kata Alan.

"Arinda pendarahan?,"tanya Bagas terkejut.

"Pendarahan kecil kok,tenang aja." kata Alan lagi.

~~~

18.02 WITA

Alan duduk dengan tenang sambil melantunkan ayat dari surah Yaasin,Alan duduk sambil menghadap Arinda karena kursi itu memang menghadap ke arah brankar.

"Wayatul lahumul-lailu naslakhu min-hun-nahaaro fa izaa hum muzhlimuun."

Arinda membuka matanya,suara lantunan ayat terdengar menggema di telinga Arinda,pengelihatannya belum sepenuhnya sempurna bayangan lampu nampak kabur dan menyilaukan matanya.Warna putih khas plafon membuat Arinda membayangkan indahnya khayangan namun nyatanya khayangan yang Arinda bayangkan tak seindah yang biasa menjadi buah bibir.

"Aaaaa!,"Arinda berteriak sambil mendudukan tubuhnya karena takut melihat khayangan yang tak seindah ekspektasi seseorang.

Alan yang mendengar teriakan Arinda ikut beristigfar kemudian mendekat ke arah Arinda.

"Alhamdulillah kamu sadar,ada yang sakit?,"tanya Alan.

"Gue kira,gue udah mati,"gumam Arinda namun masih bisa di dengar oleh Alan.

"Naudzubillah,mulutmu emang gak pernah sopan ya dari dulu,"kata Alan sambil menggeleng.

"Bangun-bangun dengar orang baca Yaasin,siapa yang gak nethink coba?,"kata Arinda,Alan nampak berfikir karena ucapan Arinda,ucapan Arinda memang ada benarnya hingga membuatnya terkekeh sendiri.

"Kaki kanan ku kok gak bisa di gerakin ya,Bang?,"tanya Arinda

"Jangan banyak gerak dulu nanti-,"

Bintara Perwira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang