7.Kalah dan Khawatir

3.6K 210 9
                                    


"Ke..napa?"Tanya Kadek yang bingung



Arinda mengepalkan tangannya dan mengeraskan rahangnya,perlahan kakinya mengarah pada ponsel Kadek yang ada di samping kakinya.



Kreeek..Kreek..



Perlahan Kadek melirik ke bawah melihat ponselnya yang mencium mesra aspal jalan,Kadek pun terkejut segera mengambil ponselnya dari injakan kaki Arinda,dia berdiri dan mengecek ponselnya yang sudah retak pada layarnya dan tidak aktif.



Kadek menatap Arinda dengan tatapan marah begitupun Arinda,Dia tidak ingin kalah dari Kadek, hingga dia juga melototkan matanya,Kadek merasa kalah dia menyerah,Kadek menghela nafasnya pasrah.



"oke kamu menang!,Kamu kenapa Sayang..?"Kata Kadek



Arinda tercekat mendengar perkataan Kadek,wajahnya merubah datar,pipinya mendadak bersemu,dia pun segera membuang mukanya,Kadek yang melihat perubahan wajah Arinda pun paham dan segera menarik bahu menghadapakan tubuh Arinda ke hadapannya dan memeluknya.



"kamu kenapa sih? tadi marah sekarang datar,tapi pipi kamu merah"Kata Kadek yang masih memeluk Arinda



Arinda pun tersadar dan segara mendorong dada Kadek menjauh.



"Lo tu ngajak berantem atau gimana s-"Kata Arinda terpotong karena mendapat tatapan tajam dari Kadek,Arinda menyadari kesalahannya karena menggunakan kata "Lo" dan mengambil nafas dalam-dalam.



"Sayang..Kamu kok asal blokir kontak sih..seratus lebih loh yang kamu blokir,dan kamu hapus semua chat aku,terus kamu unfoll semua akun di Instagram aku..,Lo tuh berlebihan tau gak sih!,Gue gak suka ya cara lo kaya gini,Apaan sih kaya anak kecil tau gak!"Kata Arinda benar benar marah



Kadek yang melihat Arinda benar-benar marah pun menjadi ciut,yang tadinya dia ingin menikmati wajah marah Arinda yang terlihat lucu menurutnya,kini berubah menjadi rasa takut dan bersalah.



"O-oke,Sorry..,Ma-maaf deh maaf.."Kata Kadek menggaruk tengkuknya



"pokoknya harus tanggung jawab.."



"yaudah,iya tanggung jawab.."Pasrah kadek



"Beliin handphone baru,TITIK!"Kata Arinda menakan kata Titik,dan langsung masuk ke dalam mobil Kadek tanpa persetujuan pemilik mobil



Mobil Kadek berjalan melewati jalanan kota metropolitan yang padat karena jam pulang kerja,Kadek terus saja mengajak Arinda berbicara namun Arinda hanya menjawab 'iya','gak',gatau','oh','hm'.Kadek yang merasa di acuhkan pun sadar,semua ini terjadi karenanya,Kadek pun tak henti hentinya mengajak Arinda berbicara,Dia berusaha mengajak Arinda bernegosiasi akibat pemintaan Arinda itu.



Arinda merasa terganggu dengan suara Kadek yang terus mengajaknya berbicara pun angkat suara,karena ide bagusnya untuk tidur sebagai salah satu cara mempersiapkan lemburnya pada lusa dengan banyak beristirahat.



"berisik banget sih,Yaudah gak usah beli hp baru!,But.."Kata Arinda sengaja menahan kata-katanya agar membuat Kadek penasaran.



"Kakak gak boleh hubungin aku sampai besok malam.."lanjut Arinda



"oke,tapi sekarang masih boleh ngomong dong..?"Kadek sepakat,namun pertanyaan yang di ajukan Kadek justru menjadi bumerang untuk Arinda hingga dia menelan salivanya sendiri.



"bo-boleh dong!"



Gocha!

Apa yang Arinda bayangkan benar-benar terjadi,kesepakatan yang Arinda buat membuat Kadek menanyakan 1001 pertanyaan hingga membuat Arinda benar-benar gagal tidur,Arinda pun menjawab pertanyaan Kadek sambil menutup matanya,Dia sengaja agar kadek tau betapa lelahnya dia,Tapi Kadek tak menanggapinya dia justru mencecar Arinda dengan banyak pertanyaan.



"Kak udah dong nanyanya,capek tau aku ngantuk!"protes Arinda yang sudah lemas



"yaudah satu kali lagi.."Pinta Kadek,yang di jawab anggukan oleh Arinda



"Besok berangkat jam berapa?sama siapa?perlu di jemput atau enggak?besok pulang jam berapa?aku jemput atau enggak?katanya mau ke acara orangtua Anin?jadi enggak?terus aku jemput kamu jam berapa buat acara itu?terus aku pake baju apa?warna apa?"cecar Kadek membuat Arinda meremas kepalanya frustasi.



"Yaudah nanti boleh telpon,tapi please ijinin tidur bentar aja.."Kata Arinda yang sudah memasang wajah mirisnya di depan Kadek,Kadek pun merasa kasihan meletakkan telapak tangan kirinya di kepala Arinda dan menggerakkan ibu jarinya.Arinda pun tertidur.



Mobil berhenti tepat di depan rumah dinas Arinda,bertepatan saat Arinda membuka mata,namun tiba-tiba dia seperti orang bingung menatap sekitar mobil berhenti,sedangkan kadek di buat bingung dengan tingkah Arinda,Arinda mengecek jam tangannya 8.30 PM



"kok bisa sampai jam segini?"Pekik Arinda



"Tadi harus lewat tol dulu karena macet,coba aja lewan pantura mungkin kamu sampai rumah jam 3 pagi,mau?"tanya Kadek



Arinda segera turun dari mobil Kadek tanpa mngecapkan terima kasih,Kadek pun menggelengkan kepalanya,dan menunggu Arinda benar-benar memasuki rumahnya,tak di sangka setelah 3 langkah meninggalkan mobil justru Arinda berbalik menghampiri mobil



"eh-emmm nanti kalo udah sampai rumah telpon ya.."Kata Arinda kemudian dia menepuk dahinya



"bukan itu maksudnya,bukan mam mau bilang itu,tapi mau-mau bilang Ma-terima kasih.."Kata Arinda



setelah mengucapkan itu Arinda segera berlari memasuki rumah tanpa jawaban dari Kadek,Kadek pun di buat terbahak karena tingkah Arinda



"katanya gak percaya cinta,tapi kok salah tingkah?!"gumam Kadek



10.12 PM



Arinda hanya menekan-nekan tombol remot tanpa melihatnya tatapannya menoleh pada ponselnya yang berlayar gelap,dia menantikan panggilan telpon dari Kadek.

Arinda meraih ponselnya dengan kasar dan menggenggamnya,jujur saja (aku takut nanti kisah kasih masa lalu terulang lagi...) dia sedang khawatir, karena Kadek masih belum menghubunginya biasanya dari rumah dinas Arinda ke rumah dinas Kadek tak lebih dari 40 menit.

Ponsel berdering menampilkan nomor tak di kenal ,Arinda segera menggeser lambang hijau di ponselnya,tanpa babibu Arinda mencecar Kadek dengan omelan khas ibu-ibu pleton macan.

"Halo,kakak dari mana aja sih!,kakak gak tau apa?!aku itu capek,mau istirahat!mau tidur!,aku itu mau- mau- mau ngomongin soal besok,setelah di omongin soal besok, kakak gak boleh hubungin aku lagi!."Cecar Arinda

"Nge-les aja kaya bajaj,bilang aja khawatir,ya kan?!"Kata Kadek dari sebrang dengan percaya dirinya.

"Bimbingan belajar kali ah!"jawab Arinda kesal

"Itu tempat les nda!,buat belajar!"Kata Kadek mengkoreksi Arinda

"Yang bilang tempat eksekusi mati siapa?!"Kata Arinda ketus membuat Kadek bergidik ngeri,takut jika dirinya yang akan di eksekusi di dalam bajaj.

"Besok pake aja baju yang sopan,terserah,besok jemput aku di provost jam 7 malam,jangan telat!."Kata Arinda cepat dan segera menutup telpon secara sepihak.

Kadek pun menjauhkan ponselnya dari telinga,dia beberapa kali mengecek ponselnya,apahkan ponselnya rusak? Karena yang Kadek tangkap seperti suara lebah kemudian menghilang.

"Untung cantik,kalo enggak udah tiang puputin cai"(kalo enggak udah aku bunuh kau)Kata Kadek.

Tiba-tiba Ponsel Kadek kembali bergetar menampilkan nama Arinda Sayang.Tanpa berfikir Kadek mengangkat panggilan Arinda sambil tersenyum percaya diri,namun senyumannya tak bertahan lama kala mendengar suara dari Arinda.

"JANGAN TELPON ATAU WHATSAAP AKU SAMPAI BESOK MALAM DI PROVOST.!!"Kata kata Arinda benar benar membuat nyali Kadek sang penjaga laut mendadak keos.

Kadek pun menyesali apa yang dia lakukan dan sekarang dia sebatang kara dengan ponselnya yang hampir hancur dan tanpa penelfon,Kadek pun memutuskan menyetel Radio dan merequest lagu kepada penyiar radio dan menitipkan salam bucinnya untuk Arinda.

Bintara Perwira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang