"Om Adi ngapain di sini?"Tanya Arinda tanpa basa-basi
"Om mau ketemu Ayah kamu,Om sendiri kesini jadi gak perlu cari Saka ya.."Goda Adi
"oh bagus kalo gitu Om,Arinda mau ngomong kalo Arinda mau putus dari Kak Saka,tolong sampaikan terimakasih untuk pengalamannya"Kata Arinda berusaha tersenyum senang.
"Loh kalian kenapa?berantem?"tanya Adi
Renata menarik tangan putrinya membawanya menjauh dari Adi dan Ayahnya,Arinda segera memprotes sang bunda yang menariknya tanpa bertanya,Renata pun membalas protesan Arinda dengan sedikit kesal.
"maksud kamu apa sih nda?,ngomong kaya gitu,Kalo kamu ada masalah sama anaknya ya selesaikan,bukan kaya pengecut yang sembunyi dibalik punggung.."Kata Renata
" Bun,lebih pengecut siapa?anak dia yang sembunyi dari masalah tanpa bilang sama Arinda,atau Arinda yang lebih milih putus dari pada pacaran sama pengecut kaya dia?"tanya Arinda,sang bunda pun tidak bisa menjawab,Arinda meninggalkan semua orang dan mengistirahatkan pikirannya.
Flashback Off
Arinda memasuki ruanganya dan meminta ijin kepada kepala ruangannya,bahwa Arinda akan mengumumkan tugas,dari Kepala Staf Umum untuk di sampaikan kepada sebagian anggota ruangannya.memang setelah membahas masa lalu Arinda dan anak Kasumnya,Letjen Adi mulai mengucapkan tujuannya memanggil Arinda selain ingin memberinya hadiah Ulang Tahun.
Setelah mendapat ijin dari kepala ruangan Arinda berdiri di depan meja kerjanya dan mulai berbicara.
"Dari beberapa anggota yang sudah terpilih ijin untuk meluangkan waktu untuk melaksanakan Tugas hingga 3 hari ke depan"Jelas Arinda
entah mengapa wajah mereka menegang kala mendengar kata Tugas dan meluangkan waktu keluar dari mulut Arinda.
"Kita mau ngapain?,tugas apa?"Tanya Letda.Yoga serius
"kita akan cek berkas beberapa bulan lalu.."Kata Arinda yang langsung di soraki oleh seluruh anggota Ruangan termasuk Letda Yoga yang langsung berdiri dari meja kerjanya dan menghampiri Arinda,Arinda yang merasa jika Letda Yoga akan menghampirinya gelagapan dan salah tingkah.
"Saya pikir bakal ada perang nda!!"Kata Letda Yoga yang memukul kepala Arinda
"Siap salah!"Kata Arinda
"Lain kali kalo ngomong itu jangan bikin orang lain tegang!"Kata Letda Yoga yang masih setia menyiksa Arinda dengan memukul-mukul pundak Arinda
***
Sepulang kerja Arinda pulang ke rumah Orang tuanya bersama Deno,dia yang duduk di samping kursi kemudi tampak gelisah takut dengan realita yang akan Bundanya lakukan saat pertama kali melihatnya,dia sesekali melihat ke arah jendela mobil dan menghembuskan nafas kemudian menundukkan kepalanya.Hal itu di sadari Ayahnya yang fokus mengendarai mobil.
"Bunda gak akan marah,kan pawangnya ada disamping kamu"Kata Deno menenangkan Arinda
Arinda hanya tersenyum mencoba menenangkan diri dan berfikir positif,Mengingat ingat pengalaman indah yang pernah dia lewati bersama keluarga kecilnya,tiba-tiba dia ingat pada Hadiah ulang tahun pemberian Ayahnya berupa tiga buah jaket dengan jenis dan model berbeda serta dengan ucapan yang di tulis langsung oleh Ayahnya di selembar kertas HVS putih polos.
Terlihat sederhana namun mampu membuat Arinda menangis menahan rasa rindu dan bersalahnya telah bersembunyi dan membuat keluarganya khawatir.
"Ayah.."Panggil Arinda
"Kenapa nak?"Tanya sang Ayah tanpa menoleh pada Arinda karena fokus mengendarai mobil
Arinda terdiam tak menjawab,dia justru menangis sambil menatap Ayahnya yang sibuk mengendarai mobil itu,air matanya mulai mengucur deras hingga isakan tangis Arinda terdengar,Ayahnya pun menepikan mobil dan mengecek kondisi Arinda.
"Kenapa nak?"Kata Ayahnya panik
"Terima kasih yah..."Kata Arinda terus menangis.
"Arinda gak tau harus bilang apa,Arinda dosa banget sama Ayah dan bunda,Arinda tinggalin kalian tanpa pamit,Arinda bahkan mengabaikan Ayah sama Bunda demi ketenangan Arinda,padahal yang Ayah dan bunda rasain justru bertolak belakang,Kalian pasti khawatir dan gak tenang,Tapi Ayah dan Bunda masih anggap Arinda anak kalian.."Kata Arinda terisak
"Dengerin Ayah,sampai kapan pun kamu akan tetap jadi anak ayah,seburuk apapun kamu kamu tetap anak ayah,ayah gak pernah kecewa sama kamu,begitupun bunda,kita jadikan semua pelajaran,Buruknya kamu bukan salah kamu,tapi salah ayah dan Bunda,itu pertanda bahwa kita salah mendidik kamu.Sampai kapan pun kamu anak Ayah,biar tanggungjawab ayah sudah selesai buat kamu,tapi ayah akan tetap jadi Pacar seumur hidup kamu.."Kata Sang Ayah mencairkan suasana agar Arinda tidak menangis.
Mobil kembali berjalan melewati jalan jalan yang sedikit lenggang,rasa bersalah masih ada di dalam hati kecil Arinda,tapi yang ayah berusaha meyakinkannya bahwa kesalahan terbesar bukan berasal darinya.
Mobil berhenti tepat di depan rumah yang lumayan besar,tidak banyak perubahan dari rumah tersebut hanya warna yang berubah,Arinda tersenyum,bayangan masa lalunya muncul,masa masa bahagia dan sedihnya muncul dan mempengaruhi air matanya kembali.
Ayahnya menarik Arinda untuk masuk ke rumah setelah sampai di depan pintu Dia mengetuk pintu sambil mengucap salam,Ayahnya tertawa terbahak.
"Kaya kerumah orang aja,keliatan banget lama gak pulang.."Ejek sang Ayah
Ayahnya mendorong pintu utama hingga pintu terbuka lebar,Arinda pun masuk kedaerah ruang tamu,Arinda terlalu canggung untuk melanjutkan langkahnya menuju ruangan lain,terutama kamar yang sudah lama dia tinggalkan.
Dari arah dalam wanita berusia mendekati usia mendekati 50 tahun mendekat,Wanita itu terpaku melihat kedatangan Arinda,Arinda pun terpaku menatap wanita itu,Wanita itu tampak sehat dan masih cantik,Deno menyentuh pundak Arinda memerintahnya untuk mendekat kepada Wanita itu,Arinda melakukannya walau ragu.
"Bunda.."panggil Arinda sambil meraih tangan wanita yang dia panggil Bunda
Setelah mencium punggung tangan bundanya Arinda menatap dalam mata Bundanya yang mengisyaratkan kerinduannya,Arinda mulai merasa bersalah dan menggenangkan air matanya di pelupuk mata,dia mendongakan kepalanya menahan agar air matanya tidak luruh.
"maafin bunda ya nda bikin kamu kaya gini,selama ini kamu dimana?sama siapa?kamu tinggal di mana? Aduuhhhh Bunda itu khawatir banget sama kamu.."Kata sang bunda memeluk Arinda tiba-tiba
Tangis Arinda pun pecah dia beringsut di depan kaki sang bunda dan mencium kaki bundanya lama,hingga tangis sang bunda ikut pecah,Dia sangat menyesali perbuatannya,berkali-kali dia ucapkan kata maaf pada bundanya.
"sudah-sudah,bangun sayang..,harusnya bunda minta maaf,sekarang kita sama-sama belajar mulai semuanya dari awal ya..,jangan takut ungkapin apa kemauan kamu,tapi kalo bunda sama ayah larang pasti ada alasan sayang,ya?"Kata Sang bunda meminta persetujuan
Arinda langsung memeluk sang bunda sangat erat seolah menyalurkan rasa rindunya,perasaan bodoh menghampirinya sekarang dia sadar kebodohannya yang menyebabkan kiamat kecil bagi kedua orang tuanya.
Drama telah berlalu kemudian Arinda pergi ke dalam kamar yang sudah 2 tahun dia tinggali,menatap setiap sudut kamar yang berisi 1001 kenangan sebagai salah satu saksi dalam pelariannya,Arinda mengistirahatkan tubuhnya di atas kasur dan tertidur.
***
"jadi ayah ibu ngundang kalian dengan syarat..."kata Anin
3 orang yang ada di hadapannya menanti kata lanjutan dari Fania,mereka melihat gerak bibir Anin dengan seksama.
"Harus bawa pasangan!"kata Anin cepat
"What!!"Pekik Fania heboh membuat Bagas dan Arinda yang berada di samping kanan-kiri mereka menutup juga terkejut.
Besok adalah hari dimana meraka akan libur bertepatan dengan acara Ulang tahun pernikahan Orang tua Anin di sore harinya.Arinda terkejut begitupun teman-temannya,bahwa Ihsan dan Nena-Orangtua Anin- meminta sahabat Anin untuk datang ke acara dengan syarat membawa pasangan mereka,karena yang Ihsan dan Nena tahu bahwa Arinda dan Fania tidak pernah mengenalkan pasangan mereka pada mereka.
"ini syarat apa sih?!,gak bisa di biarin ini teh,abdi kudu telpon om ican ini mah"Kata Fania
"gue mah gampang kan ada bagas,ya kan gas?"Kata Arinda santai.
"gue gak bisa!"Spontan Bagas
"kenapa?" Anin dan Arinda mentap Bagas dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintara Perwira [END]
RandomKisah cinta dari dua insan yang pernah menjalin hubungan, kini kembali di pertemukan dalam satu acara yang sengaja di bentuk oleh kedua keluarga. Pertemuan keduanya tidak berakhir di situ, mereka justru harus di persatukan dengan profesi yang sama d...