29. Sibling's Time!

2.5K 166 11
                                    

Setelah kepergian Adi,Arinda di paksa untuk menginap di rumah bersama orangtuanya,Arinda mengurung diri di kamar selama sehari,Bunda dan Ayahnya telah berkali kali membujuknya untuk keluar,jangankan untuk keluar,bahkan untuk makan pun mereka kesulitan.

Kini saatnya Bagas untuk membujuk Arinda,tapi tak berhasil,Bagas hanya di izinkan untuk memasuki kamar Arinda dan setelah itu Arinda tidak mengatakan apa-apa.

"Mau sampai kapan?,Udah takdirnya kaya gini..ini bukan salah lo Nda"Kata Bagas.

"Pergi gak Lo!,Lo itu gak pernah ngasih solusi,yang ada lo itu selalu memperparah!"Teriak Arinda,kemudian menarik paksa tangan Bagas untuk keluar dari kamarnya.

Tak lama pintu kamarnya terketuk,Arinda membuang nafasnya kasar.

"Arinda,ini Abang..,Kamu buka ya pintunya..Abang mau masuk.."Teriak Alan dari luar pintu Arinda.

"Arinda please.."Lirih Alan namun masih terdengar oleh Arinda dari dalam.

Arinda membuka pintu untuk Alan,Alan tersenyum pada sang Adik dan masuk ke kamar Arinda.

"Ngapain aja kamu seharian di sini?"Tanya Alan sambil mengelilingi Kamar sang Adik yang telah lama tidak dia masuki.

"Wih masih ada ni?,dari taun kapan?"Tanya Alan saat melihat foto masa kecil Arinda dan dirinya di atas meja belajar Arinda.

Arinda tak menghiraukan Alan memilih mendudukan diri di atas kasur,menekuk lutut dan memeluknya.Alan menghentikan langkahnya,berbalik dan melihat Adik semata wayangnya kembali menangis.

"kenapa nangis?"Tanya Alan

"Abang gak akan pernah ngerti rasanya gimana jadi Arinda saat itu!"Kata Arinda

"abang emang gak ngerti,tapi apa kamu mau menentang Tuhan,Tuhan sudah menuliskan takdirnya seperti ini.."Jelas Alan 

"Abang gak malu punya adik pembunuh kaya Arinda?"Tanya Arinda sendu

"Maksudnya?"Tanya Alan bingung.

"Arinda bunuh Maisha,Arinda bunuh Papanya Saka..Lucu ya.."Kata Arinda sambil terkekeh

Alan meraih Arinda dalam dekapannya,Dia juga tidak mengerti harus bersikap seperti apa,Maisha juga adik angkatnya,terkejut?,Pasti,Tapi Alan lebih terkejut saat Arinda menampilkan senyum memilukannya.

"Kenapa tuhan selalu kasih Arinda takdir buruk ya Bang?,Sejak Arinda remaja sampai detik ini rasanya tuhan gak pernah berpihak sama Arinda,Boleh gak sih Arinda benci Tuhan untuk sementara?,Biar tuhan tau gimana rasanya dibenci.."Kata Arinda sambil menangis di pelukan Alan.

"jangan ngomong kaya gitu!,Tuhan sayang sama kamu,Tuhan uji kamu sebagai manusia,Apa manusia seperti kamu cocok berada di surganya atau tidak.."Kata Alan berbicara selembut mungkin.

"Inget omongan Abang,Jangan sekalipun kamu membenci Tuhan,bisa saja Tuhan akan memberi kamu ujian yang lebih dari ini.."Jelas Alan lagi sambil mengrai pelukan.

"Almarhum Om Adi udah tenang nda..,Insya Allah..,Kalo kamu doain dia..,Om gusti bilang ini murni kesalahan Om Adi,penyebabnya karena penyakit jantung yang di derita Om Adi,Om Adi terpeleset dan kepalanya terbentur closet..It's not all you"Kata Alan.Arinda masih diam,enggan untuk menjawab.

"turun yuk!,kita makan ini udah jam 11 malam,Kamu belum makan dari semalam..Yuk!"Ajak Alan,Arinda menggeleng.

"mau sampai kapan?,Saka sama Tante Indah justru lebih sedih liat kamu yang begini daripada kehilangan Om Adi.."Kata Alan,Arinda masih diam

"Tadi mereka pada ngumpul di  bawah.Ayah,Bunda,Bagas,Fania,Kak Manda,Saka,Tante Indah,Dree,Om Gusti..,mereka semua kesini..,Ayah khawatir banget pas liat kamu tiba-tiba nangis kaya semalem.."Kata Alan lagi.Arinda masih diam

Bintara Perwira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang