Ini part subhanallah buat aku.
gak banyak cincong ya, lagi moody banget!
Bug
"maksud lo apa?" tanya Bagas berteriak setelah mendapat pukulan di daerah perut.
"maksud lo apa?" tanya Saka kembali.
Beberapa penghuni Mabes memisahkan keduanya, namun aksi pemberontakan masih terus berlanjut, hingga mengundang kerumunan.
"Ada apa ini?" teriak seseorang dari belakang kerumunan.
"Tuhan, kau lagi- kau lagi!" bentak laki-laki berpangkat Sersan Mayor.
"sekarang apa?!" bentaknya lagi.
"kau -," ucapan Sersan Mayor itu terhenti ketika wajah garangnya menoleh pada Saka, tak lupa dengan jari telunjuk yang menunjuk ke arah Saka.
"Saya?" tanya Saka. Suara datar Saka membuat Sersan Mayor itu tercekat.
"Izin, Letnan Satu Saka, untuk membawa Sersan Satu Bagas." Ucap Sersan Mayor itu tegas.
"ya, silahkan." jawab Saka.
Saka menatap kepergian keduanya sambil menghela napas. Saka akhirnya menyadari bahwa sikapnya juga salah, tidak seharusnya dia marah hingga membuat keributan di Mabes, tapi jika mengingat alasan Bagas untuk menunda tugas adalah tindakan yang jauh lebih salah, terlebih hanya karena berkas untuk pengajuan. Sungguh bodoh, pikirnya. Negara mempersiapkannya untuk menjaga keutuhan negara bukan untuk memeluk satu wanita dengan seragamnya.
Saka pergi dari Mabes untuk pulang ke rumah dinasnya, namun saat di perjalanan pulang, Saka menerima pesan dari Danyon untuk menemuinya bersama dengan Arinda. Sebelumnya Saka telah menjadwalkan waktu bersama Danyon besok, namun Danyon terpaksa memajukan jadwal karena harus memenuhi undangan Kodam V Brawijaya.
Saka segera pulang mengganti seragamnya dan memberi kabar kepada Arinda tentang berita tersebut.
~~~
"Ha? Sekarang?"
"..."
"kok dadakan sih?"
"..."
"iya, ini juga mau ganti,"
"..."
"waalaikumsalam."
Arinda melempar ponselnya di atas ranjang. Panggilan telpon dari Saka membuatnya panik, padahal dia dan keluarganya baru beberapa menit mendaratkan kaki di istana mereka. Kini Arinda harus kelimpungan untuk mencari pakaian hijau pupus pemberian Saka saat acara lamaran, akibat kecerobohannya, barang itu belum juga di temukan.
Tok tok
Arinda menatap jengah pintu kamarnya, karena si pengetuk pintu yang mengganggu kegiatan Arinda. Ketukan yang cukup keras hingga membuat Arinda terkejut juga menjadi alasan Arinda menatap jengah pintu kamarnya.
"gak sopan banget, gak tau gue sibuk cari baju apa?!" gumam Arinda.
"Ya sebentar!" teriak Arinda.
Arinda berjalan mendekati pintu sambil berceloteh, bahkan tanpa sadar raut wajah kesalnya tidak terkontrol, hentakan kakinya ketika berjalan juga terdengar cukup keras.
"Apa?!" sapa Arinda ketus saat pertama membuka pintu.
"coba ngomong lagi," ucap Deno
"ada apa, Ayah?" tanya Arinda sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintara Perwira [END]
De TodoKisah cinta dari dua insan yang pernah menjalin hubungan, kini kembali di pertemukan dalam satu acara yang sengaja di bentuk oleh kedua keluarga. Pertemuan keduanya tidak berakhir di situ, mereka justru harus di persatukan dengan profesi yang sama d...