73. Bro and Sist

1.2K 105 5
                                    

Poso, 2.50 AM

Saka telah bersiap dengan seragam lengkapnya, 10 anggota juga tengah menanti satu komandan utama yang akan memimpin operasi. Semua anggota saling meneliti kekurangan satu sama lain, tak jarang beberapa anggota juga saling memberi semangat. Saka yang melihat kekompakan dari anggota sedikit merasa yakin bahwa misi operasi pasti berjalan lancar.

Derap langkah mendekat ke arah Saka hingga dia menoleh dan melihat seorang Letnan Dua bernama Gio yang tengah mengangkat tangan memberi hormat. Saka pun membalas dengan anggukan , satu hal yang membuat Saka bingung, Letnan Dua itu juga siap dengan seragam lengkapnya.

"Lapor, Saya Letnan Dua Gio Anugera Manurung, siap menggantikan Kapten I Made Wiradasa untuk melaksanakan operasi penyelamatan sandera asing, laporan selesai." ucap Letda. Gio dengan tegas.

"Kemana Kapten?" tanya Saka.

"Siap, Kapten tengah sakit dan harus di rawat di rumah sakit," jawab Letda. Gio.

Bukan hanya Saka yang merasa kecewa, tapi seluruh anggota juga cukup merasa kecewa. Mereka semua tau bahwa Kapten Wiradasa yang di tunjuk untuk menjadi komandan utama justru memerintah anggota lain yang jauh di bawahnya dan jauh pengalamannya.

"Mentang-mentang," bisik salah satu anggota pada anggota lain, Saka pun mendengar bisikan tersebut, terlihat nada sedikit kecewa.

"Kita lari-lari tengah malam, bertaruh nyawa. Dia tidur di brankar?" celetuk salah satu anggota lain sambil tersenyum miring.

"Jika operasi ini berhasil? dia yang akan di angkat jadi mayor? Kita?" tanya anggota lain sedikit tinggi.

"Operasi ini bukan tentang pangkat, kita semua sama, sama-sama bisa mati, sama-sama makan nasi, sama-sama prajurit negara." tegas Saka.

"Hei, Letnan kau bisa berbicara seperti itu karena kau juga berpeluang mendapatkan promosi jabatan," cibir seorang Serka.

"Hei, Serka. Tanpa mengurangi rasa hormat. Jika abang iri dengan pangkatnya, lalu untuk apa abang menjadi prajurit? Tidak ingatkah untuk apa abang menjadi prajurit sebelumnya?" ucap Saka tegas pada seorang Serka.

"Sumpah demi Allah, saya berdiri di sini karena misi kemanusiaan, bukan karena pangkat dan kepentingan pribadi." ucap Saka lagi, yang kini matanya menatap kepada semua anggota menunjukkan keseriusannya. Mendengar penuturan Saka, semua anggota hanya bisa membuang pandangan mereka dari seorang Saka yang kini tengah bersumpah. Mereka tidak bisa melawan, jika Tuhan sudah menjadi tandingannya.

"Izin, Ndan. Waktu kita sudah-,"

"Bentuk barisan!" perintah Saka dengan nada cukup tegas. Dia bahkan menghiraukan Letda. Gio yang berbicara padanya beberapa detik sebelumnya.

"Selamat malam, disini saya akan menjadi komandan menggantikan Kapten I Made Wiradasa. Tanpa banyak arahan, lakukan sesuai prosedur yang telah kita diskusikan tadi malam, perubahannya Tim merah bersama saya dan tim putih bersama Letda. Gio." ucap Saka

"Ada pertanyaan?"

"Izin Ndan, saya keberatan." ucap seorang Sertu.

"Keberatan, silahkan kembali," ucap Saka dengan santai.

"Izin, bukan seperti itu, Ndan. Tim putih sudah mengatur strategi berasama, jika komandan bergabung bersama tim merah, bagaimana strategi yang sudah di rancang sebelumnya, izin petunjuk, Ndan." Jelas seorang Sertu tersebut.

"Batalkan strategi yang sudah di bentuk, saya yakin Kapten Wiradasa tidak akan memilih seorang perwira muda tanpa rencana." sindir Saka.

"Ada pertanyaan lain?" tanya Saka lagi, namun tak sedikitpun yang bersuara.

Bintara Perwira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang