Saka dan Arinda masih di rundung canggung, keduanya diam tanpa suara. Arinda yang enggan mengeluarkan suaranya karena masih di kuasai ego dan Saka yang takut untuk bersuara karena tatapan tidak santai dari Arinda.
Saking kesalnya Arinda, panasnya suasana siang hari yang bersamaan dengan panasnya hati, membuat Arinda memiliki ide untuk menyuguhi Saka sebuah cokelat panas sedangkan Arinda asik menyeruput cokelat segar bercampur es batu. Sesekali Arinda menggerakkan gelasnya hingga suara es batu yang bertabrakan dengan gelas kaca itu terdengar sangat segar.
Saka menggelengkan kepalanya beberapa kali sekaligus menahan senyum melihat tingkah Arinda. Tingkahnya itu membuat keberanian Saka untuk berbicara tiba-tiba muncul.
"aku mau kasih ini," Saka meletakkan tablet dan beberapa lembar kertas di atas meja.
"Jadwal Pengamanan?!" pekik Arinda tanpa sadar, namun sedetik kemudian Arinda kembali memperdatar wajahnya.
"Terima Kasih." ucapnya lagi dengan ketus.
"aku mau-,"
Ting..
Tablet yang tergeletak itu menampilkan surel dari Lettu. Jihan, dengan gerakan cepat Arinda meraih tablet itu dan membukanya. Sebelum membaca isi surel tersebut, Arinda teringat dengan ucapan Bagas beberapa jam yang lalu, hingga Arinda meletakkan kembali tabletnya di atas meja.
Saka yang tak pernah lepas akan setiap gerakan Arinda yang ada di depannya, tiba-tiba mengerutkan dahinya saat melihat Arinda meletakkan kembali tabletnya, padahal saat tablet itu berbunyi Arinda tampak antusias.
"kenapa?"
"kenapa apanya?" Arinda kembali bertanya.
"Kok di taruh lagi, itu e-mail dari Lettu. Jihan 'kan?"
"Iya," jawab Arinda singkat.
"kenapa gak di baca?"
"ini bukan waktunya kerja, ini waktunya mantengin cowok berengsek di depan saya." Ucap Arinda dengan cepat.
Saka sedikit tersudut ketika mendengar penuturan Arinda yang begitu menohok, bahkan Saka sempat menarik napas dalam sebelum berbicara kembali.
"Jadi, cowok berengsek di depan kamu ini mau minta maaf, apa kesalahan saya bisa di maafkan?"
"udah di maafin" ucap Arinda masih ketus.
"kamu itu orangnya pedendam, ya?"
"enak aja kalo ngomong, orang kaya aku tuh setia, emang kamu?!" ucap Arinda cepat.
"kenapa aku?"
"Kamu si cowok berengsek, yang bisanya ninggalin tanpa kesepakatan yang jelas dan cuma bisa ngasih harapan palsu, semua itu hanya karena paras dan tittle." ucap Arinda berapi-api karena gagal mengontrol emosinya.
"Sorry, kelepasan, harusnya saya bisa bersikap lebih dewasa." gumam Arinda membuat Saka tersenyum.
"asal kamu tau, Si Cowok Berengsek ini masih dinantikan perempuan setia 2 tahun lebih lamanya."
"Dan saya rasa perempuan itu adalah perempuan yang bodoh." Arinda tersenyum miring.
"dan perempuan bodoh itu kamu," ucap Saka
"Ha?!"
"Iya, perempuan itu kamu, perempuan yang setia menanti saya dua tahun lebih lamanya, padahal kamu sudah tau bahwa saya hampir melangsungkan acara lamaran waktu itu, tapi kamu masih menunggu saya, bahkan sampai saya kembali lagi ke pelukan kamu."
"beda tipis sih antara setia sama gak bisa move on,"sindir Saka sambil terkekeh.
"Saya gak lagi bercanda!" ketus Arinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintara Perwira [END]
De TodoKisah cinta dari dua insan yang pernah menjalin hubungan, kini kembali di pertemukan dalam satu acara yang sengaja di bentuk oleh kedua keluarga. Pertemuan keduanya tidak berakhir di situ, mereka justru harus di persatukan dengan profesi yang sama d...