15. Tetangga Perwira

3.1K 180 16
                                    

Plak

Tamparan keras mendarat di pipi kiri Arinda,tamparan itu berasal dari Anin yang geram dengan tingkah Arinda yang menurutnya terlalu kekanak-kanakan.

"Sadar dong! Dewasa dikit! Pake kalo lo punya otak! Lo pikir kita gak tersiksa liat lo kaya gini?!"Kata Anin berteriak di hadapan Arinda,hal itu membuat Bagas bergantian menarik Anin dari dekat Arinda.

"Nin udah dong jangan emosi juga..,masalah dia gak akan kelar kalo kita ikut emosi.."jelas Bagas,Arinda pun menghentikan tangisnya,rasa kecewa terhadap teman-temannya tiba-tiba muncul membuat tatapan mata Arinda menajam pada semua temannya.

"Biar dia tau!, gue sama Fania gak bisa tidur sama sekali dari semalam,Bagas ninggalin kerjaannya di Mabes bahkan ninggalin apel siangnya buat Lo,Fania gagal mesra-mesraan karena Fania mentingin lo,Lo juga tau kalo hubungan Fania dan Bagas sedikit renggang,dan sekarang lo pikir kita gak pernah ada buat lo?! Iya?!"Kata Anin membentak Arinda,Arinda tampak berfikir dengan kata-kata Anin yang baru saja terucap.

Anin di tarik paksa oleh Bagas untuk keluar dari rumah dinas Arinda,Fania masih setia menunggu Arinda sambil menenanglan Arinda yang kini tengah menangis,tersadar dengan kata-kata Anin tadi.

"Fan gue minta maaf,maaf bikin kalian susah,lo boleh pergi kok..,gue gapapa sendiri.."Kata Arinda menangis

"Kok gitu sih..,gue gak akan ninggalin lo sendirian begitupun yang lain,ya.."Kata Fania memeluk Arinda.

Tanpa di sangka hal tadi membuat banyak tetangga Arinda yang keluar rumah,mengintip bahkan mendatangi langsung rumah Arinda,beruntung Bagas bisa menjelaskan bahwa yang terjadi hanya masalah kecil,mereka pun memilih pergi dan menyerahkan masalah pada Bagas agar tidak mengganggu tetangga lainnya.

Bagas dan Anin memutuskan mengajak Fania untuk pulang,Fania pun kebingungan memutuskan mengikuti langkah Bagas yang menjauhi rumah Arinda.

Tangis Arinda makin menjadi saat sadar apa yang dia lakukan membuat sahabatnya menjauh,dia terlalu egois seolah masalah hidupnya teramat rumit dari masalah sekitarnya,itulah Arinda di balik sosoknya yang vokal dan pemberani,namun dia adalah sosok yang mudah tenggelam dalam kesedihan.

***

3.50 PM

Arinda berjalan menuju kamar saat selesai melaksanakan mandi sore,menghilangkan beban pikirannya dengan mandi dan membulatkan tekadnya untuk meminta maaf pada sahabat-sahabatnya.

Namun saat akan memasuki kamar Arinda melihat tetangganya Serka.Martius mengintip rumahnya sambil duduk tepat di depan rumah Arinda,Arinda memutuskan menghampirinya setelah shalat Ashar.

"Bang,ada apa nih?"tanya Arinda yang menggunakan sandal japitnya.kemudian duduk di hadapan Martius.

"Eh ini..,numpang duduk..,biasalah ribut sama istri..,dari pada strees mending nunggu dia adem dulu,baru masuk rumah,kalo tak begitu..,emh mampuslah aku"Kata Serka.Martius yang awalnya gelagapan membuat Arinda tertawa.

"Kau kurangi lah judi mu itu bang! Cari mati saja kau sama mamak mamak"ejek Arinda.

"Weh asik ngobrol nih.."Kata Pratu.Eja menghampiri mereka,dan duduk di samping Martius

"Ajak-ajak lah,ngobrol kok berdua nanti yang ada istri dia makin marah!"Kata Pratu.Rahmat yang juga datang tiba-tiba.menunjuk Martius.

"Buat apa kau datang,disini sudah ada Eja,jadi istriku tak mungkin marah!"ketus Serka.Martius bercanda.

"Justru aku kemari mau membantu dia!"Kata Rahmat kini menunjuk Eja.

"Kenapa pula aku!"Kata Eja bingung.

Bintara Perwira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang