Glory,Amoi dan Maria akan mencari makanan mereka di hutan bersama dengan beberapa keluarga yang tinggal sedikit jauh dari mereka,inilah kebiasaan mereka setiap minggunya,mereka akan berkumpul setiap seminggu sekali untuk berburu dan mencari makanan,tak jarang mereka menjumpai laut sebagai bentuk berakhirnya tempat perburuan mereka.Arinda dan Bagas berpamitan kepada keluarga Glory untuk melanjutkan perjalanan mereka sebelum matahari menampakkan diri.
"Kak Arinda sering-sering kesini,nanti kita cerita lagi," kata Maria
"pasti disempatkan kalau ada waktu,"kata Arinda
"Kak Arinda sibuk ya?," Kepala Maria tertunduk
Arinda berjongkok di hadapan Maria dan meraih tangan gadis kecil berusia 12 tahun itu kemudian mengecup kedua tangannya. "Kamu akan menjadi gadis pemberani dan cerdas,nanti kita bertemu lagi,Maria."
Maria mengangguk dan menangis sambil memeluk Arinda,Arinda membalas pelukan Maria tak kalah erat,dia kembali mengingat sosok Maisha dalam diri Maria.Rasa rindu dan bersalahnya pada Maisha hadir membuatnya sulit untuk melepaskan Maria,sebelum akhirnya harus terlepas karena tepukkan pada bahunya dari Bagas.
"sudah hampir tiba," kata Bagas.
mereka pun meninggalkan keluarga Glory dengan penghormatan dari Maria yang melepas kepergian Arinda dan Bagas,gadis itu enggan menurunkan tangannya sebelum Arinda dan Bagas menghilang dari pengelihatannya,Hal itu membuat Glory dan Amoi tersenyum karena putri mereka memiliki sifat patriotik yang besar.
Dengan terpaksa Maria menurunkan tangannya setelah tak melihat lagi punggung Arinda dan Bagas kemudian berbalik untuk mengikuti langkah kedua orang tuanya yang akan mencari makanan,dia menghapus kasar air matanya yang menetes kemudian bergumam,"nanti kita bertemu lagi,Kamu sudah berjanji,Kak."
~~~
Arinda dan Bagas kesulitan bernafas akibat keberadaan beberapa ular di atas pohon yang mereka gunakan untuk beristirahat,walaupun Bagas kesulitan bernafas namun senyum tak luntur dari wajahnya saat melihat sebuah Pos bertuliskan "TNI AD 33/202".
"Nda,pelarian kita dari ular laknat itu gak sia-sia,"kata Bagas sambil tersengkal-sengkal
"gak sia-sia pala lo,gue gak bisa napas gini!,"bentak Arinda kemudian mendudukan dirinya di tanah."Aduhh,gue mau mati kayanya,Gas!." kata Arinda lemas dan menampilkan wajah mirisnya namun dengan kesal Bagas mengarahkan kepala Arinda untuk melihat ke arah tulisan yang Bagas lihat.
"Gas,kita gak jadi mati,Kita gak jadi mati!," sorak Arinda sambil memeluk Bagas,Bagas yang tak siap dengan serangan cepat Arinda hampir saja terjatuh ke tanah,namun beruntung karena Bagas masih mampu menahan berat badan Arinda.
"Busset,Nda,gak bisa napas gue!," Tangan Bagas berusaha menjauhkan tubuh Arinda.Arinda pun menjauh dan tersenyum lebar."Gue tuh seneng kita gak jadi mati,"kata Arinda
"Naudzubillah,ucapan adalah doa!,"kata Bagas kemudian meninggalkan Arinda yang masih merutuki ucapannya.
"emang salah ya?,Ucapan gue berarti terkabul karena gak jadi mati,tapi kalo jadi gimana?"tanya Arinda pada diri sendiri.Arinda bergidik ngeri dan menampar mulutnya sendiri kemudian mengejar langkah Bagas yang menuju ke salah satu komandan Apel.
"Bagas,tungguin!,"teriak Arinda,Bagas pun terpaksa menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya pada Arinda,berniat untuk memerintah langkah Arinda untuk lebih cepat.Namun yang dia lihat justru Arinda dengan nafas tersengkal-sengkal dan keringat membasahi sekujur tubuhnya.Bagas dengan sigap menghampiri Arinda dan memungut senjata laras panjang yang Arinda bawa kemudian membantu Arinda untuk berdiri serta menompangkan berat badan Arinda pada badannya karena Arinda yang sudah sangat lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintara Perwira [END]
CasualeKisah cinta dari dua insan yang pernah menjalin hubungan, kini kembali di pertemukan dalam satu acara yang sengaja di bentuk oleh kedua keluarga. Pertemuan keduanya tidak berakhir di situ, mereka justru harus di persatukan dengan profesi yang sama d...