60. Alan Wedding's

2.1K 152 27
                                    

"Arinda." panggil Saka sambil menahan kursi roda Arinda dan berdiri di depan Arinda.

"Sekarang apa?," ucap Arinda, napasnya terengah menahan amarah serta mata yang sangat tajam.

"Dengar aku dulu, kamu salah paham. Dia Sarah-,"

"Iya dia Sarah, dokter cantik berhijab, kaya dan berpendidikan." potong Arinda.

"Dia itu-,"

"Siapa?!" bentak Arinda pada Saka, bahkan semua pasang mata menoleh ke arah keduanya.

Waktu menunjukkan bahwa 30 menit lagi acara ijab qabul akan terlaksana, sebagian besar undangan berupa keluarga dan kerabat dekat telah banyak yang hadir.

Maka pertengkaran Arinda dan Saka menjadi tontonan bagi para tamu yang hadir. Emosi Arinda telah mencapai titiknya hingga tak menghiraukan banyak pasang mata yang menilainya buruk, baik dinilai tidak sopan hingga penilaian yang lebih buruk lebih dari tidak berakhlak.

Saka memeluk Arinda untuk menahan emosinya sekaligus menutup wajah Arinda dari ucapan negatif para tamu. Selang beberapa detik, Saka merasakan punggung Arinda bergetar. Saka pun meletakkan tangannya di punggung Arinda sambil membelainya pelan.

"Maafin aku ya," ucap Saka sambil terus membelai punggung Arinda.

Perlahan Arinda melakukan pergerakan, tangannya mulai naik melingkarkan tangannya di perut Saka, kemudian kepalanya bersembunyi di leher Saka mencari posisi nyaman. Senyuman Saka mulai terbit walau tak di saksikan oleh Arinda.

Setelah cukup tenang, Saka melepaskan pelukan Arinda dan menatap dalam wajah yang tak di temuinya seharian kemarin. Matanya nampak lelah walau tertutup oleh riasan, satu hal yang tidak bisa Arinda tutupin dari balik riasan tersebut, yaitu luka lebam tepat di dahi kirinya.

"Ini kenapa?," tanya Saka sambil menyentuhnya pelan,namun pergerakan Saka membuat Arinda meringis.

"Sakit ya?," tanya Saka lagi khawatir.

"Jangan di sentuh, pusing tau." keluh Arinda dengan suara pelan.

"Capek banget kayanya, kamu gak tidur semalam?," tanya Saka lagi sambil menyentuh kantung mata Arinda.

"Tidur kok," jawab Arinda sewot.

"Berapa menit?,"

"8 jam,"

"Jangan bohong, WhatsAap kamu terakhir di lihat jam 4 lebih 6 menit, lokasi terakhir kamu di Bogor," ucap Saka layaknya seorang intel.

"Kamu minta bantuan Kak Dika kan?,ngaku?!," ancam Arinda.

"Ngaku, kamu ke Bogor ngapain?, kenapa gak tidur?, dari Bogor ke Jakarta sama siapa?, dari Jakarta ke Bogor sama siapa?," ancam Saka kembali.

"Di Bogor ada kerjaan penting, dari Bogor-Jakarta,Jakarta-Bogor aku sama orang yang sama kok," jawab Arinda terlihat berhati-hati.

"Kenapa gak tidur?, kerjaan penting apa?,bukannya kamu bebas tugas sampai kamu sembuh, orang yang sama, siapa?, cowo?," tanya Saka lagi, bahkan Saka menanyakan kembali pertanyaan yang tidak Arinda jawab.

"Kamu tuh nyebelin tau gak sih?!, udah jelas aku gak bisa tidur, aku ke Bogor sama Dewa, buat ketemu sama calon istrinya Dewa, karena Dewa di jodohin sama kaya kakaknya dulu, si Kadek." ketus Arinda kemudian berusaha menghindar dengan menepis tangan Saka yang bertengger di lututnya.

"Awas, aku mau minum." ketus Arinda lagi.

"Aku ambilin,"

"Gak usah, aku bukan orang lumpuh,"

Bintara Perwira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang