1. Bagas

19.4K 520 27
                                    

Seorang wanita berusia 21 tahun berjalan di lobby menuju kantor MABES TNI AD yang lengkap dengan rambut pendek dan seragam loreng yang dia kenakan. Sapaan datang dari berbagai orang dan sang empu membalas dengan senyum terbaiknya.

Siapa yang tidak mengenal anak Staf Ahli Panglima TNI, sosok gadis yang ramah dan vokal itu disukai banyak orang, tubuh tinggi, kulit putih dan jago menembak membuat banyak pria dari kalangan Abdi Negara maupun warga sipil di buat terpesona, tak jarang Arinda banyak memiliki teman laki-laki dan perempuan, bahkan banyak laki-laki yang mengajaknya untuk berhubungan lebih dari sekedar teman.

Serda. Arinda Atthalia Soewarno namanya, sosok yang selalu berucap apa adanya dan realistis ini tidak pernah lagi percaya akan 'Cinta', cinta dari sosok laki-laki yang berbeda darah dan menjadikannya seorang kekasih nantinya.

"Arinda. Selamat pagi," sapa Kelasi Satu Kadek.

I Kadek Santikayana adalah sosok laki-laki berdarah Hindu Bali yang tak pernah putus memperjuangkan hati Arinda, laki-laki lulusan Tamtama AL ini berulang kali mengutarakan isi hatinya yang mencintai Arinda walaupun berbeda keyakinan, namun Arinda selalu menolaknya dengan alasan,

"Cinta itu Ilusi!,yang ada hanya cinta pada diri sendiri!"

Laki-laki itu tersenyum pada Arinda, sedangkan Arinda hanya bergumam kesal dan merotasikan matanya malas. Dapat dipastikan bahwa laki-laki ini pasti mengganggu di setiap minggunya tanpa absen sedikit pun.

"ada apa?!" ketus Arinda.

"Gimana?" tanya Kadek dengan alis naik turun.

"apanya?!"

"hati kamu?"

"kenapa hati gue?!"

"udah berubah belum?" tanya Kadek sambil menatap mata Arinda penuh harap. Arinda yang jengah dengan pertanyaan yang sering Kadek tanyakan tentang hatinya itu memilih memolehkan wajahnya kearah lain untuk memutuskan pandangannya dengan Kadek. Arinda juga terus berusaha bersabar dengan mengambil napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan.

"Lu bloon ya!? Mana bisa hati berubah?" sentak Arinda yang siap mengepalkan tangannya akan memukul Kadek, namun dia tahan karena sadar tatapan banyak orang yang kini menatap ke arah mereka.

"seneng dengarnya dapat panggilan sayang dari kamu," kata Kadek tersenyum lebar.

"udah sana! Ngapain lo disini? Nyasar? disini MABES AD kalo lo lupa!"

"perhatian banget nanyain kegiatan aku disini," kata Kadek menyentuhkan telunjuknya pada dagu Arinda. Arinda segera menghapus sisa sentuhan telunjuk Kadek pada dagunya.

Arinda tak menjawab dan meninggalkan Kadek menuju kantornya, dengan sengaja Arinda menabrakkan bahunya pada bahu Kadek. Arinda terlanjur kesal pada Kadek pun tak sadar menggerutu hingga sumpah serapah dia ucapkan selama perjalanan memasuki kantor. Tak tanggung, sangat banyak kata-kata kasar dia ucapkan dengan intonasi lantang membuat orang yang berlalu lalang di dekatnya menatap Arinda aneh.

"Bagaimana bisa sosok anggun yang diagungkan banyak pria ini bersikap demikian?"  pikir banyak orang.

Hal tersebut membuat Arinda terkesan negatif di mata orang lain, namun Arinda tak pernah mengiraukannya, baginya semua orang sama, mereka mungkin akan melakukan hal yang sama saat seseorang berada di posisinya.

Arinda berhenti tepat di depan lift menuju ruangannya, dia menekan tombol panah keatas di samping lift,l. Arinda masih saja menggerutu dan terus menyumpahi Kadek. Rasa kesalnya lebih besar dari rasa malunya dari tatapan sekitar akibat rasa kesal yang mencapai ubun-ubun.

"Sok ganteng juga lagian jadi cowok, jijik banget gua, muka babi gitu," gerutu Arinda terhenti kala merasa ada seseorang yang menatapnya dari samping dengan intens membuat Arinda risih dan menoleh kepada orang tersebut.

Bintara Perwira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang