20. Rencana Pembantaian

2.9K 197 5
                                    

Arinda menatap Saka,dia tidak bisa mengartikan raut wajah Saka,terdapat kesedihan juga kebingungan.

"Tante,Maaf banget sebelumnya..,Dua tahun tanpa kepastian dan kejelasan,gak gampang buat Arinda tante.."Kata Arinda selembut mungkin,berharap Wanita di depannya mengerti.

"Tante tau,gimana keadaan kamu waktu itu..,Tante salah pandang kamu, sayang.."Kata Indah menitihkan air mata.

"Ma,udah..jangan di paksa..,Mama sama Papa ya..,biarin Saka selesaikan ini sendiri,ini masalah Saka,Saka udah gede ma..,Mama pulang ya.."Kata Saka menengahi pembicaraan kedua perempuan yang Saka sayangi,saat melihat Arinda kebingungan mengatasi Ibunya menangis.

Beruntung tak sulit Saka memerintah Ibunya untuk pergi,Saka menatap Arinda yang masih duduk di tempatnya semula,namun menghadap lurus kedepan.

Arinda menghembuskan nafasnya berusaha berfikir apakah keputusannya salah,padahal Arinda sudah berusaha menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin,mengapa justru masalahnya tak selesai.

Saka mendudukan dirinya di samping Arinda,ikut menatap lurus ke depan,melihat berbagai bunga yang melambai tertiup angin.

"Aku tau,gak mudah mudah buat kamu selama 2 tahun,tanpa kejelasan dan-"

"Semua udah jelas..,saya rasa tidak perlu di jelaskan lagi.."Ketus Arinda enggan melihat lawan bicaranya.

"Nda,percaya sama aku..,gak ada satu pun perempuan kaya kamu,kamu gak taukan gimana bingungnya aku waktu harus putusin kamu..tolong maafin aku Nda.."Kata Saka.

"Sudah saya maaf kan,"Kata Arinda

Saka mengulurkan tangannya,mengajak Arinda berjabat tangan,Arinda yang tak paham mengangkat seluruh alisnya ke atas.

"Salaman.."kata Saka dan langsung di balas oleh Arinda.

"Semoga nanti punggung tanganku ini bisa menyentuh dahi,hidung dan bibir mu.."Kata Saka menggoda Arinda.

"Dasar bucin!"Ejek Arinda kemudian pergi menjauh meninggalkan Saka yang masih tersenyum menatap punggung Arinda di tempatnya.

***

Arinda berjalan menjauhi Saka,berniat menemui sang pemilik acara,siapa lagi jika bukan Alan dan Amanda,Arinda belum menemui calon kakak iparnya itu.Namun langkahnya harus menabrak Bagas yang juga ada di sana.

"Ngapain lo disini!"Seru Arinda

"Pake ngegas lagi,gue disini gara gara lo,coba aja lo datang dari tadi pagi,gue sama Fania gak bakal kaya sekarang!"Kata Bagas marah pada Arinda.

"Mana Fania?"tanya Arinda tanpa rasa bersalah.

"Nemenin calon kakak Ipar lo di dalam,katanya sih benerin make up.."Kata Bagas.

"Gue masuk dulu ya.."Kata Arinda yang di jawab anggukan oleh Bagas,namun kemudian Arinda melihat jam yang melingkar di pergelarangan kanannya.
"Gue mau cerita,enaknya jam berapa?"tanya Arinda saat melihat sahabatnya itu tengah sibuk membawa ini itu,yang seharusnya menjadi pekerjaan Arinda sejak Pagi tadi.

"Abis shalat maghrib ya.."Kata Bagas lembut saat melihat kembali raut wajah Arinda yang sedikit aneh,bagi Bagas terlihat raut sedih dan lelah terpampang di wajah Arinda,membuat Bagas merasa iba dengan skenario yang tuhan catatkan untuk Sahabatnya itu.

Arinda pun mengangguk sambil tersenyum menanggapi Bagas

18.30 PM

Acara tertunda karena waktu adzan maghrib,tak banyak tamu yang datang hanya tersisa beberapa keluarga yang masih menetap di rumah Keluarga Arinda.

Bintara Perwira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang