54. Trauma Arinda

2.1K 150 42
                                    

SonyaWilliams

SonyaWilliams

SonyaWilliams



Arinda nampak tegang sambil memegang remot tv,salah satu jarinya bersiap di atas tombol merah remot tv tersebut,jaga-jaga jika sosok mengerikan muncul di layar maka Arinda akan segera mematikan tontonan tersebut.

Ddrrttt..ddrrtt..

"Ayah,Bunda,Bang Alan!!!," pekik Arinda dengan sangat keras hingga membuat Deno,Renata,Alan dan Manda menghampirinya.

Arinda terkejut karena ponselnya yang tiba-tiba bergetar,letak ponsel tersebut berada tepat di belakangnya hingga membuatnya memekik keras.

"Arinda kenapa?,"tanya Renata dengan panik.

Arinda nampak pucat dan tegang,namun sedetik kemudian Arinda terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang mendadak terasa gatal.

"cuma Handphone getar ternyata," cicit Arinda.

Kondisi Arinda yang tegang dan fokus pada tontonan tersebut membuatnya terperanjat saat sesuatu mengejutkannya.

"Kamu tuh berapa kali sih begini,teriak-teriak terus-.." kata Renata yang terus mengomel pada Arinda karena membuat satu rumah terkejut.

Manda menatap wajah Arinda dari jauh,rona pucat itu menghilang secara perlahan,tangan Arinda bergetar namun Sang Empu berusaha menutupinya dengan cara mengepalkan tangannya.

"Bang Alan,aku mau ngomong sesuatu,"kata Manda berbisik di telinga Alan.

Alan pun menggandeng tangan Manda dan membawa Manda ke taman belakang yang menjadi tempat utama pesta para anggota yang akan di gelar nanti malam.

"Ada apa?,"tanya Alan tersenyum lebar pada calon istrinya itu.

"Seharusnya Arinda jangan di marahin,"cicit Manda,membuat Alan mengerutkan dahinya bingung,bukan karena tak mendengar ucapan Manda namun karena ambigunya ucapan Manda.

"Aku yakin Arinda masih syok dan trauma sama kejadian kemarin,aku liat tangannya bergetar hebat,tapi Arinda sembunyikan dengan cara mengepalkan tangannya kuat-kuat,aku liat sendiri tadi," jelas Manda.

"Teriakan yang sering Arinda lakukan itu bentuk trauma dia,itu reflek dia yang ketakutan dengan sesuatu yang aneh di dekat tubuhnya,"

"Seharusnya kita ngertiin dia,kalo aja trauma Arinda terus di tekan akan fatal jadinya,bisa aja psikis Arinda yang jadi sasarannya,"jelas Manda lagi.

"Kamu bilangin ini ke Ayah,Bunda ya,Aku khawatir sama Arinda,"kata Manda.

"Separah itu kejadian di Poso,sampai Arinda kaya gitu?,"tanya Alan menyesali keadaan.

"Mungkin,"jawab Manda,namun kemudian Manda mengelus punggung Alan agar sang calon suami tak terlalu bersedih.

"Bisa sembuh?,kira-kira berapa lama?,"tanya Alan dengan cepat,namun hanya di jawab senyuman oleh Manda.

"Aku tanyain sepupu aku dulu ya,siapa tau bisa bantu,dia psikiater.Tunggu ya,"Manda meraih ponselnya yang ada di sakunya dan berjalan menjauh dari Alan untuk menghubungi sepupunya.

Alan menatap kebelakang,tepat dimana Arinda masih terduduk kaku dengan kepala tertunduk dan masih setia mendengar ocehan bahkan bentakan dari kedua orang tuanya.

Keterlaluan sikap Arinda bagi manusia yang tinggal bersamanya,tapi mereka tidak tahu penyebab Arinda sering berteriak,itulah yang membuat Alan menyesal karena turut merasa kesal saat mendengar Arinda sering kali berteriak.

Bintara Perwira [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang