"apa kau akan terus tersenyum begitu" seru Gibran menggeleng gelengkan kepala nya.
" K-kau? Kau yang kemarin itu kan? Kau mengejek ku kemarin" Balas Kanarin mengepalkan tangannya dan mengarahkan nya kepada Gibran.
Gibran terkekeh saat melihat tangan Kanarin yang kecil ada didepan wajahnya itu.
Tak tunggu lama Kanarin pun benar benar meninju Gibran sekuat tenaga di hidung sehingga Gibran mimisan.
Gibran merasakan cairan mengalir dari hidungnya dan menyolek cairan itu. Ia menaikkan alisnya lalu menatap Kanarin.Kanarin sebenarnya takut ,tapi ketika Gibran menatap nya ia berpura pura melihat kearah lain.
" Sudah sudah... Kalau mau bertengkar jangan ditokoku" Seru pemilik toko sambil mengusir mereka dengan sopan .
Gibran yang pernah mengalami hal itu sebelumnya menahan hidungnya dengan tangannya sendiri sehingga darah masih bisa mengalir dari sela sela nya.
Kanarin terus memerhatikan Gibran dan akhirnya ia merasa kasihan padanya.
Ia pun menarik tangan Gibran dan menyuruhnya duduk ditempat duduk dibawah sebuah pohon. Gibran yang merasa sedikit pusing dan menahan matanya agar tetap terjaga itu pun langsung duduk disana.
Kanarin merobek sedikit kain dilengannya. Ia mendekati Gibran dan memegang dagu Gibran dan tangan satunya memegang atas kepala Gibran.
Dengan pelan gadis itu mendongaki wajah Gibran dan menyuruhnya tetap seperti itu sementara ia pun mengelap semua darah yang ada di wajah Gibran dengan kain yang ia robek.
Merasa lelah dengan posisi itu, Gibran menahannya dengan memeramkan matanya.
Kanarin yang tak sengaja melirik pun hanyut dalam pikirannya.
"Mengapa dia sangat tampan...
Lihat ini Kanarin, dagunya mirip dengan tipe mu kan"
Karna larut dalam pikirannya, Kanarin pun dengan santai terkekeh kecil ." Ada apa? Kenapa kau tertawa,kau memikirkan apa" Kata Gibran yang masih setia memeramkan matanya.
"Oh oh tentu saja..." .Kanarin terdiam "bukan apa apa"
Gibran memutarkan bola mata nya dan menatap Kanarin yang tepat didepan wajahnya.
"Aku menyelamatkan mu , seburuk-buruk nya orang itu akan berterima kasih. Lihatlah dirimu" Ujar Gibran sambil melihat kearah lain.
Sontak Kanarin mengelap kasar hidung Gibran membuat nya merintih kesakitan.
" Apa yang kau lakukan?" Seru Gibran dengan nada tinggi.
" Anggap saja ini ucapan terimakasih ku" balas Kanarin.
Gibran menatap Kanarin tak percaya dengan tindakan Kanarin yang baru saja mengasarinya.
"Ngomong ngomong, kenapa kau bisa jatuh dari tebing dan masuk ke air hah?" Tanya Gibran.
Mendengar itu, Kanarin berhenti mengelap darah Gibran dan terdiam. " Aku sendiri tak tau" . Kanarin menyembunyikan Kenyataan yang padahal dirinya sendiri ingat jelas kejadian itu.
"Tapi, b-bagaimana kau mengetahui nya?" Tanya Kanarin bingung.
"Kau tidak ingat, aku menyelamatkan dan memberi nafas buatan padamu" Jawab Gibran terkekeh.
Pupil mata Kanarin membesar dan menutup bibir dengan kedua tangannya.
" Apa?? Kalau aku tak melakukan nya ,kau mungkin sudah disana" Kata Gibran sambil menunjuk langit dan tertawa.
Kanarin mengerutkan keningnya sedangkan pipinya memerah.
Melihat hal itu Gibran tertawa kencang membuat Kanarin tak suka dan memukul Gibran dengan keras.
Gibran terdiam untuk sesaat, ia sedang khusyuk merasakan sakit yang ia terima.
"Kenapa kau selalu menyelamatkan ku hah? Aku tak membayarmu" kata Kanarin kesal.
"Kau pikir aku suka? Aku terus menyelamatkan mu dari masalah dan kau tak menunjukkan rasa bersyukur mu sedikit pun" Balas Gibran tak mau kalah.
Kanarin terdiam sesaat. Ia ingin menjawabnya tapi yang didengar Gibran hanya lah kata kata yang terbata bata.
" Sudah sudah... Bagaimana bisa kau memiliki banyak musuh hah? Semua orang mengincar mu kau tau?" Tanya Gibran.
"Karna aku putri negeri ini" lagi lagi itu jawaban Kanarin.
Gibran mendorong pelan dahi Kanarin dan kembali mengejek gadis itu lagi.
"Dimana pengawal mu tuan putri? Aku takut sekali..."
"Aishhh ... Kau ya, aku akan membuat kau bertanggung jawab ketika aku kembali ke istana lagi"
Mendengar itu Gibran malah makin menjadi jadi, tawa kerasnya membuat orang melihat kearah mereka.
"Lihat saja, aku harus menemui dokter samar dulu. Apa kau tau dia? Dia adalah dokterku" ujar Kanarin lantang.
Gibran hanya mengangguk-angguk kan kepalanya dengan ekspresi menjengkelkan.
"Kau tak percaya? Baiklah ayo kita kerumah nya" Tegas Kanarin sambil menarik tangan Gibran.
*****
Dilain tempat William sudah sampai ke istana Karkaroff, ia datang dengan emosi. Para pelayan yang sedang membersihkan istana menunduk pada sang pangeran.Bukannya menemui Raja Einstein ataupun Ratu, William mendobrak pintu kamar Emely yang merupakan bibinya juga.
"Keponakan tampan ku.... Ada apa sayang" Seru Emely.
William mendekatinya dengan penuh amarah.
" Ini bukan ulahmu kan? Aku hanya memberitahumu waktu itu. Tak ada yang tau selain aku,Kana,dan kau. Menurutmu siapa yang lebih jahat?" Ujar William.
" Ahahaha maafkan aku keponakan, tapi aku pergi karna ada urusan tepat setelah kau pulang malam itu" Kata Emily. " Tapi jika aku jadi kau, aku akan menemui Putri Sekarsha "
" Apa maksudmu?" Seru Gibran semakin marah.
" Pangeran William?" Seru Ratu Casandra tersenyum yang kebetulan lewat disana.
William berbalik dan memberi penghormatan kepada sang Ratu sambil membalas senyuman itu.
William menatap sekilas Emily dengan sinis dan segera ramah kembali saat menghadap sang ratu. Ia meraih tangan sang Ratu dan mengecupnya dengan sedikit berlutut.
Sang Ratu pun menanyakan tujuannya yang tanpa kabar itu. Tak banyak basa basi, William langsung menanyakan keberadaan Kanarin.
Ratu yang tadinya penuh senyuman diwajahnya kini mendatar setelah mendengar nama putri nya itu.
" Owh.. maafkan aku Ratu" Seru William
" Tidak apa apa nak, ayo temui dan tanyakan pada Raja saja" Kata Ratu Casandra.*****

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Or Kingdom
Ficción histórica⚠️Semua pict yang ada di cerita ini real editan sendiri!!! Dilarang mengambil tanpa ada persetujuan "Kukira aku memiliki segalanya dengan menjadi penguasa,padahal perkiraan ku seutuhnya salah..." Kanarin Einstein (Jennie Kim) adalah Putri Kerajaan K...