Jangan liar!

146 22 5
                                    

Brukkk!!!!

"Astaga!!!" Ucap Pejabat James kaget saat seseorang datang dengan menendang pintu.

Ia mencari sumber suara gaduh itu yang ternyata berasal dari sang kepala internal sendiri. Dengan wajah yang terlihat kesal ia masuk kekantor nya dan duduk di kursinya.

Gibran bahkan melewati sang pejabat yang berada didepan nya tanpa berkata apa apa.

"Ada apa dengan nya?" Tanya James pada dirinya sendiri.

"ARGHH!!"
Gibran kembali membuat kegaduhan saat melempar benda benda yang ada diatas mejanya.

"Ada masalah apa ini?" Seru James menghampiri pria itu.

Gibran tidak menjawab, nafasnya memburu, tatapan tajam ia lontarkan kesatu arah didepannya,yaitu lukisan Ratu Kanarin yang terpajang di dinding ruangan nya.

James ikut melirik apa yang sedang Kepala internal itu tatap.

"Ratu sepertinya membuat nya marah" ujarnya dalam hati.

Kalau keadaan terus begini,pejabat James tak akan bisa mengutarakan maksud kedatangan nya. Karna itu,ia berencana untuk segera mencairkan suasana dengan duduk di kursi sisi lain meja pria itu.

"Tuan Gibran.. kelihatannya kau sedang marah ,kau bahkan tidak menyadari kedatangan ku didepan"

Sang Kepala internal yang mendengarnya langsung membuang tatapannya dari lukisan sang Ratu dan balik menatap pria yang didepannya itu.

Wajah Gibran Seakan mengatakan apa kau tidak memiliki mata pak tua? Jelas aku sedang marah

"Katakan Apa maumu?" Tanya Gibran dingin.

"Aku membawa kan kabar baik untukmu,Nyonya Emely dan Tuan Alex membuat sebuah rencana untuk mengeluarkan jenderal Andrew dari genggaman Ratu Kanarin" Jawab Pejabat James.

Pupil matanya langsung mengarah ke pria itu.

"Iya benar Tuan,rencana ini berhasil jika kau mengatakan iya"

Gibran mendorong Kursinya lebih mendekat ke meja dan menopang tangan disana.

"Katakan apa itu,aku akan melakukan nya jika memungkinkan"

******

Di istana, pengawal Ratu Kanarin mulai terlihat. Gerbang istana dibuka lebar oleh penjaga yang bertugas dan para pelayan wanita berlarian untuk berbaris saat kereta kuda sang Ratu lewat.

Vanka terus berkuda lambat di dekat jendela kereta berlapis berlian sang Ratu supaya bisa terus memantau keadaan Wanita itu.

Sampai keempat roda kereta tersebut berhenti didepan teras luas istana, Sang Ratu masih saja terlihat lesu.

Siapapun pejabat yang mengajak nya bicara selalu tidak dihiraukan oleh nya.

Akibatnya,Vanka harus terus meminta maaf atas nama Ratu terhadap para pejabat yang  terabaikan tersebut.

******

"Jenderal!!"

Andrew menoleh saat seseorang memanggil nya. Orang tersebut mendekat dan ternyata itu adalah Tuan Gibran yang sedang memegang sesuatu.

Sang jenderal yang tampak bingung pun menaikkan satu alisnya. Gibran berhenti dan duduk didepan nya.

"Ini adalah dekrit yang berisi tanda tangan para pejabat yang setuju untuk memindahkan mu ke penjara pengasingan" Ujar Gibran sambil membuka pengikat benda tersebut.

Andrew menatap pria itu tajam.
"Bagaimana dengan yang Mulia? Apa Ratu setuju?" Tanya Andrew.

"Dengan memperlihatkan dekrit ini yang mulia akan langsung menyetujui nya. Tidak mungkin baginya untuk menolak suara para pejabat"Jawab Gibran santai.

Love Or KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang