Selesai menyiapkan semua hasil masakannya ke dalam kotak makan, Andin pun bersiap untuk pergi ke kantor Aldebaran. Kali ini ia ditemani sang asisten, Idoel, lantaran setelah itu ia harus segera ke lokasi photoshoot untuk bekerja.
Hari itu Andin mengenakan setelan hoodie dan celana berwarna hitam. Sebenarnya ia malas untuk mengenakan pakaian serba tertutup ketika keluar rumah. Namun ia tak punya pilihan lain, semua orang pasti akan mengenali dan mengerubunginya jika ia tidak menggunakan hal itu.
"Neng ini kita mau kemana sih, kok kayaknya bukan ke arah lokasi photoshoot?" tanya Idoel dengan gaya nya.
"Kita ke kantor Galendra Group dulu ya..""Hah mau ngapain neng? Tumben mau mampir ke kantor orang, perasaan kalau kontrak itu urusan pipi deh."
"Yee sok tau deh lo, ini gue mau balikin jas dia kemaren.""Ngapain sampai pinjem jas orang neng? Kedinginan di bioskop?"
"Kepo deh lo, kemaren itu dress gue nyangkut di kursi pas gue mau berdiri, jadilah robek sedikit. Terus dia langsung kasih jasnya buat nutupin itu."
"Ya Allah sampai robek neng?"
"Iyaa, lo sih pake acara nggak bisa nemenin kemaren, ketinggalan berita kan jadinya.""Maap ya neng, biasa lah kemaren tuh hehe.." ucapnya genit.
Sesampainya di kantor Aldebaran, ia pun segera mengenakan masker, kacamata hitam, dan topi agar tidak ada yang mengenalinya.
"Tunggu sini aja ya, gue cuma sebentar kok. Awas lo godain satpam kantor orang."
"Hehe iya tenang neng.."Andin pun turun dari mobil sambil membawa paper bag berisi kotak makan dan jas milik Aldebaran.
Rasanya aneh, padahal ia datang ke kantornya hanya untuk mengembalikan jas nya saja, tapi entah kenapa persiapan yang ia lakukan terlihat sangat matang. Ia sampai membawa makanan yang telah ia masak sendiri, hal yang jarang sekali ia lakukan apalagi untuk seorang laki-laki.
"Pagi pak, maaf saya mau ketemu pak Aldebaran bisa?"
"Maaf ibu siapa ya? Apa sudah ada janji dengan pak Al?" tanya satpam itu."Saya Andin pak, sudah ada janji kok dengan pak Al."
"Baik kalau gitu silahkan masuk bu. Ruangan pak Al ada di lantai 15, langsung naik lift saja nanti belok kiri sedikit itu ruangan pak Al.""Baik pak, makasih ya."
"Sama-sama bu."Tak lama, Andin pun sampai di depan ruangan kerja Aldebaran, tepat seperti apa yang dibilang satpam tadi.
Entah mengapa perasaan gugup tiba-tiba menyelimuti dirinya. Tangannya sedikit gemetar dan jantungnya berdegub kencang.
"Lo kenapa sih ndin, kok jadi deg-degan gini? Duhh.." batinnya.
"Maaf bu, ada yang bisa saya bantu?" ucap seorang wanita berpakaian rapih dari arah belakangnya, yang ternyata adalah sekretaris pribadi Aldebaran.
"Ehh iya mba.." ucapnya sedikit terkejut sambil menoleh.
"Perkenalkan saya Felice, sekretaris pribadinya pak Al. Kalau boleh tahu, ibu siapa ya dan apa ibu ada keperluan sama pak Al? Mungkin bisa saya bantu?"
"Em iya mba, saya Andin, saya mau ketemu sama pak Al, tadi sudah ada janji."
"Oh begitu, baik bu Andin, mari saya antar masuk."Felice pun mengetuk pintu ruangan bos nya dan segera masuk. Sementara Andin hanya mengikuti dibelakangnya.
"Permisi pak Al, maaf mengganggu, ada yang mau bertemu dengan pak Al. Katanya tadi sudah ada janji dengan bapak."
"Siapa fel?"
Belum sempat Felice menjawab, Aldebaran terlanjur menoleh ke sebelah kanan nya dan melihat seorang wanita berpakaian serba hitam dan sangat tertutup.
"Andin?"
"Iya pak, saya Andin." ucapnya sambil membuka kacamata dan maskernya."Maaf pak, bu, kalau gitu saya permisi ya."
"Iya makasih fel.""Apaan sih ini cewek, lebay banget mau ke kantor aja sampai pake kacamata sama masker gitu, si paling artis." batin Aldebaran.
"Emm, i-ini pak saya kesini mau kembaliin jas bapak kemarin."
"Saya juga bawa makanan untuk bapak sebagai ucapan terimakasih saya.""Nggak perlu repot-repot."
"Nggak repot kok pak, tadi saya sekalian masak untuk teman saya juga."Tentu Andin berbohong, lantaran sebenarnya ia hanya memasak khusus untuk diberikan Aldebaran saja.
"Kamu masak sendiri?"
"Iya pak, saya udah biasa masak sendiri, ya meskipun sederhana tapi semoga suka ya pak.""Makasih, tapi lain kali nggak perlu begini." ucapnya kaku.
"Emm, ya udah kalau begitu saya pamit dulu ya pak."
"Iya, hati-hati."Andin keluar dari ruangan Aldebaran dengan perasaan yang tidak bisa diungkapkan lagi. Mungkin jika ia bisa teriak dan lompat-lompat, dia akan melakukan itu sekarang. Namun beruntung ia masih ingat kalau itu kantor milik orang lain.
~~~~~
Beberapa saat setelah menyelesaikan pekerjaannya di ruang meeting, Aldebaran pun kembali ke ruangannya. Ia disambut oleh sebuah paper bag yang sedari tadi tergeletak di atas meja.
Tak menunggu lama ia pun membuka isi paper bag itu, terlihat sebuah kotak makan transparan berisi spaghetti carbonara buatan Andin.
Andin memang suka memasak, tidak jarang teman-temannya menyuruhnya untuk membuka restoran lantaran masakan yang ia buat begitu enak dan nagih. Namun Andin selalu menolaknya, ia merasa pekerjaannya menjadi seorang aktris sudah lebih dari cukup untuk memenuhi semua kebutuhannya. Selain itu ia juga tidak mau serakah dan secara tidak langsung menutup peluang usaha orang lain.
Aldebaran membuka kotak makan itu tanpa ada ekspektasi apapun akan hasil masakan Andin itu. Ia berpikir kalau seorang aktris itu hanya bisa berpose dan belagak cantik, selebihnya tidak bisa melakukan hal lain termasuk pekerjaan rumah tangga.
Suapan pertama, kemudian satu suapan lagi untuk memastikan rasanya.
"Kayaknya Andin bohongin gue deh, ini pasti dia beli di restoran. Mana mungkin dia bisa masak seenak ini.." batinnya.
Tidak sedikitpun ia membiarkan mulutnya berhenti mengunyah, hingga tidak terasa kurang dari 5 menit kotak makan itu sudah bersih tak tersisa. Aldebaran terlihat seperti belum makan 5 hari.
"Masa sih ini Andin yang masak sendiri?"
Ia tak berhenti bergumam, ekspresinya sungguh keheranan seperti melihat putri duyung di pinggir pantai.
Saking fokusnya memikirkan hal itu, Aldebaran sampai tidak sadar jika daritadi asisten pribadinya sudah ada di dalam ruangannya untuk memberikan beberapa berkas.
Aldebaran yang sedang memutar bola matanya tiba-tiba terkejut melihat asistennya itu sedang berdiri mematung di dekat pintu.
"Ren? Ngapain kamu disitu? Liatin saya?"
"Eh iya pak, maaf saya kesini cuma mau memberikan berkas ini saja.""Kenapa nggak ketuk pintu dulu?"
"Maaf pak kalau saya lancang, tadi saya sudah ketuk pintu berkali-kali tapi sepertinya bapak tidak dengar makanya saya langsung masuk pak.""Ya udah nggak apa-apa, tapi lain kali jangan diulangin. Taroh aja berkasnya disitu, nanti saya cek." ucapnya kaku.
"Baik pak..""Oiya pak, apa ada yang bisa saya bantu? Tadi saya perhatikan sepertinya bapak sedang memikirkan sesuatu."
"Nggak ada ren, kamu bisa balik ke ruangan kamu."
"Baik pak, kalau gitu saya permisi."Begitulah Aldebaran, jika ia sudah kepergok melakukan sesuatu yang menurutnya memalukan atau kena skakmat dari orang-orang tedekatnya, pasti ia akan langsung mengalihkan pembicaraan.
- To be Continue -
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside Me -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Terlepas dari bagaimana cara kita bertemu. Senang bisa mengenalmu." - Aldebaran Galendra *** Aldebaran Galendra, seorang businessman yang memiliki wajah tampan dan namanya terkenal di kalangan pembisnis sukses lainnya. Sifatnya yang cuek, dingin...