Part 32 - Cincin

1.8K 430 38
                                    

     Setelah selesai dengan berbagai macam persiapan acara tunangan itu. Aldebaran merasa bahwa ada satu hal lagi yang kurang. Sesuatu yang bisa dibilang sangat penting untuk melengkapi momen bahagia itu. Ya, apalagi kalau bukan cincin.

Aldebaran pun berinisiatif menelpon Alana dan memintanya untuk menemaninya pergi ke mall tanpa mengatakan tujuan sebenarnya, sebab Aldebaran tak mengerti banyak seputar perhiasan. Hanya pernah sekali dirinya mengantar sang mama ke toko perhiasan, itu pun ia hanya menunggu di luar sambil memakan es krim sendirian.

"Lo udah selesai kelas kan? Gue jemput sekarang ya."
"Mau kemana sih bang, ya Allah."

"Nurut aja kenapa sih, nggak bakal gue culik juga tenang aja."
"Hm iya iya, ya udah cepetan bang."
"Iya sabar.."

Sekitar tiga puluh menit kemudian, Aldebaran telah sampai di kampus Alana. Suasana disana tampak begitu ramai, karena saat ini memang sedang jam pulang kuliah.

Alana terlihat sudah menunggu sang kakak di lobby kampusnya. Ia hanya sendiri, sebab teman-temannya sudah pulang terlebih dahulu.

"Abis mampir Afrika bang? Lama bener, mana gue nunggu sendirian, huft."
"Lo pikir Jakarta nggak macet?"

"Ini mau kemana sih sebenernya?"
"Entar juga tau."
"Dih, awas ya lo bang."

Sebagai anak gaul Jakarta, sepertinya jalanan ini tidak asing bagi Alana. Dengan mudah ia bisa langsung menebak arah tujuan sang kakak tanpa perlu diberitahu.

"Mau ke mall bang? Ngapain, nggak salah ini abang gue ngajak ke mall?"

Aldebaran memang jarang sekali pergi ke mall jika itu bukan permintaan sang mama. Apalagi sebagai orang yang tidak begitu suka keramaian, mall terlalu bising untuknya.

"Tinggal nurut aja susah banget."

"Jawab dulu bang, lo mau beli apaan di mall? Kalo nggak gue turun nih." ancam Alana.

"Sok banget lo, pake ngancem segala."
"Ya udah sih, tinggal jawab aja ribet banget."

"Gue mau beli cincin."
"Hah?!"
"Tadi nanya, udah dijawab malah hah."

"Lo mau beli cincin buat ngelamar mba Andin bang?"
"Ya buat siapa lagi, aneh pertanyaan lo!"

"Ya ampunnn, abang gue beneran mau lamar cewek."
"Lo pikir gue bercanda? Kemarin lo sendiri yang kasih gue ide, giliran mau dilakuin beneran malah gitu."

"Bukan gitu bang, gue nggak nyangka aja kalau ternyata bakal secepet ini. Gue salut sih sama lo."

"Kenapa?"
"Ya lo keren aja bang. Lo nggak punya pengalaman apapun soal cewek, tapi bisa se-gentle itu."

Aldebaran hanya tersipu malu mendengar perkataan adiknya.

"Eh tapi mama udah tau?"
"Belum, nanti aja waktu pulang gue ceritain."
"Oh ya udah."

Sesungguhnya Aldebaran juga masih belum percaya kalau wanita yang menjadi lawan main sahabatnya itu akan menjadi istrinya. Pertemuan tidak sengaja mereka saat itu ternyata adalah awal dari kisah keduanya.

Kini mereka sudah berada di salah satu mall di daerah Jakarta Selatan. Mereka pun berjalan menuju sebuah toko perhiasan yang cukup terkenal. Berbagai jenis perhiasan ada di toko itu, dari mulai cincin, kalung, anting, gelang, dan yang lainnya.

Disaat Alana sedang melihat beberapa model cincin keluaran terbaru, pandangan mata Aldebaran langsung tertuju pada sebuah cincin berlian dengan model sederhana.

"Mba mau liat yang ini boleh?" ucap Aldebaran
"Baik mas, sebentar." jawab salah satu pegawai toko itu.

"Silahkan ini mas."
"Makasih mba."

"Untuk ngelamar pacarnya ya mas?"
"Iya mba."
"Wah, pas banget itu mas, model keluaran terbaru."

"Andin suka nggak ya?" batinnya.

Aldebaran pun memanggil Alana yang terlihat sedang sibuk di bagian lain. Ia pun menunjukkan cincin berlian itu.

"Bagus nggak?"
"Ih bagus banget bang, pasti mba Andin suka."

Ucapan sang adik itu membuat Aldebaran semakin yakin bahwa cincin itulah yang cocok untuk melingkar di jari manis Andin.

"Kok lo bisa nemu sih, gue aja daritadi belum nemu yang pas."
"Nggak jago lo milihnya."
"Dih mentang-mentang lo yang nemu, biasanya juga minta tolong gue."

"Ini berapa mba?" tanya Alana.
"500 juta mba, limited edition itu." jawab pegawai toko.

"Udah ambil bang, bagus banget ini modelnya, simple tapi elegan. Limited edition pula."

"Lo yakin Andin bakal suka?"
"Yakin 100 persen bang, gue aja suka modelnya.. Lo nggak mau beliin gue juga?"

"Makanya cari pasangan biar cepet dilamar, entar juga lo dikasih cincin."
"Yee, dipikir pasangan bisa cari di online shop kali."

Tanpa berpikir panjang lagi, Aldebaran pun akhirnya membeli cincin berlian seharga mobil itu. Harga sama sekali tidak menjadi masalah baginya, yang penting Andin suka dan bahagia.

"Ya udah mba, yang ini aja." kata Aldebaran.
"Baik mas, saya siapkan dulu ya."

Setelah selesai membayar, mereka tidak langsung pulang. Alana meminta jatah membeli baju karena sudah menemani sang kakak.

"Dasar emang nggak ikhlas lo nemenin gue."
"Ya sekali-kali lah bang, mana pernah lo nemenin gue ngemall kan?"

"Apa gue temenin aja ya, sekalian gue beli baju untuk ngelamar Andin."  batinnya.

"Iya iya, gue temenin."
"Aaa makasih abangku yang paling ganteng."

Aldebaran sok mendengus. Mereka pun masuk ke salah satu merk toko baju terkenal.

Kurang lebih empat puluh lima menit mereka menghabiskan waktu di toko baju itu, sebelum akhirnya mereka kembali pulang. Alana telah membeli baju-baju yang diinginkan, sementara Aldebaran juga telah mendapatkan baju yang menurutnya cocok dipakai saat acara nanti.

~~~~~

Kini kakak beradik itu sudah berada dirumah, mereka disambut oleh berbagai macam pertanyaan dari sang mama.

"Habis darimana kalian? Tumben pulang berdua.."
"Biasa ma, kalo abang lagi ada maunya ya gini."

"Maunya apa? Mama nggak ngerti deh."
"Iya tadi abang minta ditemenin ke mall ma, jadi dia jemput aku di kampus."

"Minta ditemenin ke mall? Sejak kapan abangmu suka ke mall?"
"Ada yang mau dia beli ma, tapi kayaknya biar abang aja deh yang cerita." ucap Alana sambil menoleh ke arah kakaknya.

"Kamu beli apa Al? Cerita dong sama mama."
"Iya ma, tadi aku minta ditemenin Alana karena mau beli cincin. Aku mau ngelamar Andin ma."

"W-what? Mama nggak salah denger? Anak mama ini mau ngelamar perempuan?" ucap Mama Rossa sedikit terkejut.

"Iya ma, dari kemarin aku udah mau bilang sama mama, tapi kan kemarin mama masih di Surabaya, jadi ceritanya nanti aja kalau udah di rumah. Maaf ya ma, aku baru bilang sekarang."

"It's okey sayang, mama malah seneng sekali dengernya, langgeng terus ya kalian."
"Amin, makasih ya ma."

"Tapi kamu udah bener-bener siap kan Al? Karena menikah itu bukan hal yang mudah, apalagi kamu sebagai imam dalam rumah tangga nantinya, itu tanggung jawabnya seumur hidup."

"Insyaallah siap ma. Andin udah buat aku sangat yakin kalau dia memang yang terbaik. Doain ya ma, semoga semuanya lancar."

"Tanpa kamu minta, sudah kewajiban mama untuk selalu doain kamu. Insyaallah kalau niatnya memang baik, akan dimudahkan semuanya sama Allah."
"Amin." jawab Aldebaran dan Alana bersama.

- To be Continue -

Are you ready for the next chapter?

Beside Me -Aldebaran & Andin-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang