Pagi ini Aldebaran terpaksa harus bangun pagi. Sebenarnya mood untuk berangkat ke kantor belum kembali sepenuhnya, namun apa boleh buat, dirinya harus menepati janji pada kliennya itu.
Dengan tenaga yang sudah mulai terkumpul sempurna, pria itu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Biasanya sudah ada teriakan seorang wanita yang memenuhi telinganya, tapi sekarang ia tak menemukan suara itu lagi.
Keadaan yang sama juga terjadi di meja makan, Alana dan Mama Rossa yang sudah bersiap untuk sarapan bersama itu pun masih khawatir terhadap kondisi Aldebaran.
"Dek, kamu belum ke kamar abang pagi ini?"
"Belum ma, tadi cuma lewat masih sepi, kayaknya masih tidur deh."
"Mama kasihan deh sama abang kamu, sekarang dia jadi murung gini. Makan aja jarang.""Iya ma, aku juga khawatir sama abang. Walaupun nyebelin tapi kalo nggak ada dia rasanya sepi."
"Tapi mama juga khawatir banget sama Andin, sekarang dia dimana ya? Lagi apa, terus sama siapa?""Aku udah coba hubungin mba Andin kemaren ma, dia bilang dia baik-baik aja kok. Terus aku tanya dia tinggal dimana, dia nggak jawab. Ya mungkin mba Andin masih butuh waktu buat nerima semuanya ya ma."
"Iya dek, mama kemaren juga udah sempet kontak Andin, ya jawabannya sama kayak gitu. Mama sih tetep hargain apapun keputusan Andin, soalnya mau gimanapun juga kalo kita ada di posisi dia pasti bakal ngelakuin hal yang sama."
Memang Andin hanya menutup akses komunikasi dengan Aldebaran, ia berfikir masalahnya ini hanya menyangkut dirinya dan sang suami. Ia juga tak ingin jika orang lain mendapatkan imbasnya.
"Sekarang tugas kita cuma berdoa aja ya ma, semoga semua masalahnya mba Andin sama abang bisa cepet selesai."
"Iya dek..."Disela-sela perbincangan mereka, terlihat Aldebaran dengan jas yang sudah menempel ditubuhnya itu menuju kearah meja makan. Alana yang mengetahui hal itu pun langsung memberikan isyarat kepada sang mama.
"Maa.. maa lihat deh." ucap Alana lirih.
"Apa sih dek?" tanya Mama Rossa sambil melirik kearah yang ditunjuk Alana."Eh Al, kamu mau ngantor?" tanya Mama Rossa antusias.
"Iya ma, ada janji sama klien hari ini.""Gini dong bang keluar kamar, gue kangen sarapan bareng lo lagi."
Aldebaran tak mejawab, ia hanya menuangkan segelas air dan langsung meminumnya.
"Kamu mau sarapan apa Al? Biar mama ambilin."
"Nggak usah ma, aku bisa ambil sendiri kok."Mama Rossa dan Alana hanya saling menatap, selama hidupnya baru kali ini melihat Aldebaran dengan kondisi seperti ini.
Mereka pun menikmati hidangan itu dengan perasaan yang berbeda. Berkali-kali Alana sudah mencoba untuk mencairkan suasana disana, namun tidak ada respon lebih dari Aldebaran.
"Bang, gue sama mama ada disini kapanpun lo butuh."
Hanya anggukan dari Aldebaran yang mampu ia berikan.
"Ya udah ma, aku berangkat dulu ya." pamitnya kemudian.
"Eh wait bang." Alana memberhentikan Aldebaran."Kenapa sih?"
"Ini loh." ucap Alana sambil membenarkan jas dan kancing kemeja Aldebaran.Ia menatap Alana sendu, tatapannya kali ini penuh makna.
"Biasanya kamu yang selalu benerin kemeja saya ndin, tapi kenapa sekarang jadi Alana yang gantiin peran kamu." batinnya.
"Nah gini kan lebih rapi, ganteng juga ya abang gue ternyata."
Saat mendongakkan kepalanya, Alana melihat Aldebaran yang menatapnya begitu dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beside Me -Aldebaran & Andin-
General Fiction"Terlepas dari bagaimana cara kita bertemu. Senang bisa mengenalmu." - Aldebaran Galendra *** Aldebaran Galendra, seorang businessman yang memiliki wajah tampan dan namanya terkenal di kalangan pembisnis sukses lainnya. Sifatnya yang cuek, dingin...